16.

13K 727 37
                                    

Vanya yang baru saja mendengar bel istirahat langsung membereskan alat tulisnya dengan semangat, ia sudah tidak sabar untuk memborong semua kantin dengan Rega dan Mevan yang akan membayarnya.

"Buruan lama!" kata Vanya sambil menarik ke tangan Mevan dan Rega.

"Sabar eh! gua belom masukin buku gua," kata Rega yang tengah berusaha melepaskan tangan Vanya dari tangannya.

"Tinggalin! buku lo gak akan ada yang nyolong kok," Vanya terus menarik tangan Rega dan Mevan Keluar dari kelas.

"Kak!"

Vanya, Mevan dan Rega refleks menghentikan langkahnya, mereka berbalik dan melihat siapa orang yang memanggil.

Dan di sana ada Lutry dengan beberapa buku di tangannya.

"Kenapa Lut?" tanya Mevan.

"Gua mau minta tolong ke kakak buat bantuin gua ngerjain matematika lagi," kata Kutry dengan gaya bicara yang sudah berubah.

Vanya yang mendengar gaya bicara Lutry yang sudah tidak mengunakan Embel-embel Aku pun merasa sedikit terkejut.

Kali ini apa yang tidak ia ketahui lagi? Dan sejauh mana kedekatan Mevan dengan Lutry saat ini?

"Emang gak bisa nanti? Ini jam istirahat! Mevan mau makan siang!" ucap Vanya dengan terus menatap Lutry dengan tatapan tak suka.

"Anya!" panggil Mevan.

"Lo belom makan siang Van," ujar Vanya sambil menatap Mevan.

"Ngajarin Lutry gak lama Nya, cuman 20 menit," kata Mevan yang seperti tengah meminta izin pada Vanya agar di beri izin.

"Dan lo istirahat cuman 10 menit?" Vanya menatap Lutry dengan tatapan yang masih terlihat tak suka, lalu kembali menatap Mevan sambil menghela nafas. "yaudah gih pergi, gua sama Rega aja," Vanya menarik tangan Rega pergi, tidak memperdulikan Mevan maupun Lutry.

Apa benar selama ini ia hanya belengu bagi Mevan? Sebuah tembok tinggi yang menghalangi Mevan dengan orang lain? Sebuah penganggu pada kehidupan Mevan?.

"Gua cuman gak suka sama Lutry Ga, apa salah?" Vanya menatap Rega yang duduk di sampingnya, yang terus memperhatikannya dengan diam tanpa berusaha.

"Kenapa gak suka sama Lutry?" Rega balik bertanya dengan nada bicara yang terdengar santai, tidak ada emosi atau rasa kesal.

"Gak tau," jawab Vanya acuh dan kembali menyibukan diri dengan menatap gorengan di hadapannya yang tidak membuatnya berselera lagi.

Rega tertawa kecil, mengacak rambut Vanya hingga berantakan.

"Kek nya ada yang suka sama sahabat sendiri nih," sindir Rega yang membuat Vanya membulatkan matanya.

"Suka? Gua suka sama Mevan? Yaelah Rega... Rega! Gua bukan suka sama Mevan doang kali, gua juga suka sama lo," kata Vanya sambil terkekeh pelan.

"Ogah! Males banget harus di sukai sama cewek model lo," kata Rega dengan mengidikkan kedua bahunya.

Vanya semakin mendekatkan tubuhnya pada Rega, menatap Rega dengan tatapan menggoda.

"Kalo lo suka sama gua mampus lo!" ucap Vanya. Rega yang mendengar itu langsung menjauhkan Vanya darinya.

"Jauh-jauh lo dari gua onta!" kesal Rega yang malah membuat Vanya tertawa mendengarnya.

"I love you Rega sayang," Vanya tertawa sambil beranjak dari duduknya.

Mevan yang sedari menonton dari kejauhan hanya bisa tersenyum geli melihat kelakuan dua orang yang seperti kucing dan anjing. Vanya yang selalu menganggu dan Rega yang selalu mengeluarkan tanduk karna kesal.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now