57.

5.9K 293 10
                                    

"Anya buka pintunya!" pinta Mevan dengan terus mengedor pintu kamar Vanya, namun tetap tidak di dengar oleh Vanya.

Astaga... ini benar-benar salah paham.

"Lo salah paham Nya! Apa yang lo liat gak sama kaya yang ada di pikiran lo."

"Anya buka pintu!"

"Anya gua gak main gila di belakang lo, buka pintunya biar gua jelasin!"

"ANYA SAYANG!"

"TINGGALIN ANYA SENDIRI! ANYA NGANTUK! ANYA MAU TIDUR!"

Mevan terloncat kaget saat Vanya balas berteriak dengan suara mengelegar.

"Anya buka pintunya dulu, biar Mevan jelasin," pinta Mevan yang masih terus mengedor pintu kamar Vanya.

"Anya... Mevan sayang Anya, Mevan gak mungkin selingkuh," ucap Mevan dengan nada penuh ketulusan.

"KALO LO SAYANG GUA LO GAK MUNGKIN PELUK CEWEK LAIN BANGSAT!" teriak Vanya kembali, membuat Mevan kini terloncat ke belakang.

Mevan mengelus dadanya, ia benar-benar terkejut, namun setelahnya ia kembali berusaha membujuk Vanya, mengetuk pintu terus menerus hingga membuat Vanya yang tengah menutup seluruh tubuhnya dengan selimbut itu mengeram kesal.

Dengan penuh kekesalan Vanya turun dari kasur, berjalan menuju pintu dan...

Bugh.

"Aww... Anya!" Mevan mengusap kepalanya yang di pukul oleh Vanya dengan ponsel.

"Pergi! Gua gak mau ketemu sama lo!" usir Vanya dengan mata yang kembali berkaca-kaca, ia siap untuk kembali menangis.

"Anya..." panggil Mevan dengan lirih.

"Gua gak mau nangis lagi Van, gua udah cape nangis mulu, tolong pergi dan biarin gua sendiri," pinta Vanya dengan suara gemetar.

Sekuat apapun Vanya menahan diri tetap saja ia akan menangis, meluapkan kembali apa yang membuat hatinya sesak.

"Ini menyakitkan Van," lirih Vanya, menyeka air matanya yang sudah membasahi pipinya.

"Maaf," Mevan membawa Vanya ke dalam pelukannya, mencoba menenagkan Vanya yang kembali terisak.

Sungguh Ia tak bermaksud membuat Vanya seperti ini, apa yang Vanya lihat itu tidak benar.

"Lo harus percaya sama gua Nya, apa yang lo liat itu gak bener, Renata pingsan dan dengan terpaksa gua gendong dia ke UKS, dan lo yang liat gua lagi pelukan sama Renata itu karna Renata ber terima kasih ke gua karna udah nolong dia," jelas Mevan dengan hati-hati, ia tak mau membuat Vanya kembali salah paham jika ia terlalu cepat menjelaskan.

Vanya menjauhkan tubuhnya dari Mevan, menyeka air matanya yang masih membasahi pipinya.

"Kenapa lo gak nolak pelukan Renata? Kenapa seakan-akan lo nyaman dengan posisi itu?" tanya Vanya dengan mata tak lepas memperhatikan Mevan.

Meskipun Mevan telah menjelaskan, tapi tetap saja Vanya masih merasa sesak.

"Nya... dia meluk gua sebatas berterima kasih doang gak lebih. Tolong percaya Nya," Mevan memcoba menggengan tangan Vanya, namun ditepis oleh Vanya.

"Lo nyuruh gua percaya ke orang yang bakal ngerusak hubungan kita?" tatapan Vanya benar-benar terlihat kecewa, Vanya begitu tidak percaya dengan apa yang diucapkan barusan oleh Mevan, mencoba percaya sama saja merelakan hubungannya dengan Mevan di rusak oleh Renata.

"Renata gak akan ngerusak hubungan kita, dia gak akan ngerebut gua dari lo. Anya... gua milik lo, selamanya akan kaya gitu," ujar Mevan dengan mencoba meyakini Vanya, apa yang di takuti Vanya itu terlalu berlebihan.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt