48.

6.6K 346 4
                                    

Berada di situasi seperti ini bukan lah yang Vanya inginkan, saling diam dengan Mevan tanpa ada yang berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, tapi Vanya pun enggan untuk bersuara terlebih dahulu.

Bodoh memang karna Vanya tetap menemui Mevan meski akhirnya seperti ini, saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Mau terus kaya gini? Diem-dieman?" tanya Mevan yang ternyata sudah bosan di situasi seperti ini dan memilih mengalah.

Vanya menoleh pada Mevan, menghela nafas kemudian menggeleng pelan.

"Sini duduk di samping gua," titah Mevan sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Vanya yang semua tengah sibuk di tonton oleh televisi, kini berpindah tempat menjadi di atas kasur, di samping Mevan yang tengah duduk menyila.

"Jangan selalu kaya gini, sehabis ada masalah malah diem-dieman, balik biasa lagi seolah-olah masalah itu gak pernah terjadi, bisa?" tatapan Mevan tak lepas pada Vanya yang tengah membuang muka, enggan menatapnya.

"Tapi lo juga sama! Lo malah ikut diem-dieman tanpa niatan buat membuka pembicaraan duluan," balas Vanya dengan nada kesal.

"Iya gua minta maaf, dan gua kesiksa kaya gini," ujar Mevan.

"Yaudah... gua pulang yah," pamit Vanya yang sudah berani menatap Mevan.

"Kok pulang sih?" tanya Mevan.

"Gua ngantuk pengen tidur."

"Tidur disini aja, biar gua yang jagain."

"Yaudah minggir dikit."

Mevan bergeser, memberi tempat untuk Vanya tidur.

"Pas gua tidur jangan jailin gua yah," ucap Vanya dengan menatap tajam Mevan.

"Iyaiya engga, udah tidur gih."

Vanya membaringkan tubuhnya, memejamkan matanya dan tak lama terlelap di alam tidurnya.

Mevan tersenyum, merasa gemas pada Vanya yang gampang sekali tidur, namun sangat susah untuk bangun.

Mevan mencondongkan tubuhnya pada wajah Vanya, menayap lekat-lekat wajah Vanya yang terlihat sangat polos layaknya anak kecil, tidak seperti saat Vanya bangun yang penuh dengan hal gila, raut wajah Vanya saat damai, layaknya tidak pernah bersedih maupun mendapatkan masalah.

"Selamat tidur miliku," ucap pelan Mevan tepat di depan wajah Vanya, kemudian mengecup kening Vanya sedikit lama.

***

Udara dingin yang sangat terasa di tubuh Vanya membuat Vanya terbangun dari tidurnya, mencoba kembali tidur sambil mengeratkan selimut yang melilit tubuhnya namun udara yang benar-benar terasa dingin itu membuatnya tak bisa kembali tidur.

Vanya membuka matanya, menatap keluar jendela yang ternyata tengah hujan deras, pantas saja terasa dingin.

"Masih dingin?"

Suara Mevan membuat Vanya menoleh.

Vanya merubah posisi tidurnya menjadi duduk, menatap Mevan yang duduk di samping kasur dengan nyawa yang belum terkumpul semua.

"Sejak kapan ujan?" tanya Vanya, mengeratkan selimut di tubuhnya.

"Satu jam yang lalu," jawab Mevan.

"Van!" panggil Vanya dengan suara sedikit keras.

"Apaan Nya? Gua disini ngapain teriak?"

"Hari ini gua ada janji mau jalan sama Rega!" kata Vanya dengan raut wajah terkejut.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang