42.

7.9K 408 8
                                    

Siang ini Mevan baru saja selesai bermain bola, ia berjalan ke pinggir lapangan untuk mengambil anduk kecil yang di berikan Vanya beberapa menit yang lalu sebelum ia bermain bola.

"Kalo panas main bolanya pake payung aja, kalo kagak jagain pake terpal aja atas lapangannya biar kagak panas juga, dan satu lagi, kalo mau mending minjem AC orang aja biar pas main bola iti dingin."

Ucapan tak masuk akal Vanya itu kembali teringat di pikirannya, bahkan Mevan tidak sadar jika sedari tadi ia senyam-senyum sendiri seperti orang yang kemasukan jin.

"Kak Mev!" panggilan dari arah samping membuyarkan lamunan Mevan, cepat-cepat Mevan merubah raut wajahnya.

"Kenapa?" tanya Mevan saat melihat Lutry di sampingnya.

"Nih dari Kak Vanya," kata Lutry sambil menyodorkan botol aqua pada Mevan.

"Vanya kemana?" tanya Mevan sambil menerima botol aqua dari Lutry.

"Di perpus lagi ngebantuin gua sama yang lain ngerjain tugas, udah yah gua balik ke perpus dulu," kata Lutry yang langsung berlalu pergi.

Mevan memutar tutup botol, berniat untuk meneguk isinya namun tertahan saat tersadar jika ada sebuah kertas yang di selipkan di balik lebel aqua.

Mevan membaca tulisan yang ia tau betul jika Vanya lah yang menulisnya.

Dear cubluk♡.

Sorry karna bukan gua yang nganterin aquanya, karna gua udah janji sama Lutry mau bantuin dia ngerjain tugas.
Sorry juga karna cuman air aqua bukan teh manis atau teh jus gula batu, maklum naik lagi serebu kan sayang buat beli gorengan:v.
Udah ah cape gua nulis, pulpen gua juga mau abis.

Jangan kepo!
Yang jelas gua orang.
Plus pacar lo:v.

Mevan kembali senyam-senyum sendiri setelah membaca apa yang Vanya tulis, Vanya benar-benar moodnya.

"Mevan!"

Mevan mengeratkan gengemannya pada aqua yang tengah ia pegang  membuat air dari botol aqua tersebut tumpah dari dalam botol.

Mevan menatap tajam gadis yang berdiri di hadapannya ini, kekesalannya kembali hadir setelah satu minggu ini hilang.

"Gu-gua minta maafn," ucap Renata yang kini tengah menatap Mevan dengan raut wajah cemas.

"Untuk," tanya Mevan, ia berpura-pura tidak tahu, padahal yang sebenarnya ia begitu ingin memberi pelajaran pada gadis di hadapannya ini yang telah membuat Vanyanya menangis.

Gadis di hadapannya ini yang telah menampar Vanya, yang telah menyakiti Vanya di saat semua orang tidak berhak menyakiti Vanya.

"Gua minta maaf karna telah ngomong kasar sama Vanya, gu-gua nyesel karna telah nampar Vanya, maaf Van... gu-gua bener-bener ngerasa terkejut saat Vanya bilang kalo dia suka sama lo. Lo tau kan kalo gua suka sama lo, dan tanpa sadar gua nampar Vanya, gua bilang kalo Vanya bukan temen gua, padahal dia orang yang bantuin gua buat deket sama lo, gua ngaku gua bodoh Van, dan gua minta maaf." jelas Renata dengan kepala menunduk, tapi Mevan tidak tau jika Renata menunduk, karna ia telah membuang muka, Mevan benar-benar tidak sudi menatap wajah orang tang telah menyakiti Vanya.

"Gua bener-bener minta maaf Van," lirih Renata dengan suara pelan.

"Dengan lo minta maaf itu gak bakal bisa bikin Vanya gak ngerasain tamparan lo! Maaf lo iti gak bakal bisa bikin Vanya gak ngerasain rasanya di teriakin di depan banyak orang! Di permaluin lalu berakhir gak mau sekolah! Dan baru sekarang lo minta maaf? Ke gua?" Mevan menatap Renata dengan raut wajah yang tengah menahan emosi, jika saja Renata bukan perempuan, bisa di pastikan sudah sejak tadi Mevan memberi Renata pelajaran.

"Bodoh! Gak gua lo minta maaf ke gua! Yang lo sakitin dan lo permaluin itu pacar gua! Vanya, bukan gua," Mevan kembali membuang muka saat Renaya kembali menatapnya dengan raut wajah terkejut. Mevan yakin jika Renata terkejut saat ia mengucapkan jika Vanya adalah pacarnya.

"Minta maaf ke Vanya, bukan ke gua! Dan... Vanya pacar gua, jadi hapus perasaan lo ke gua karna gua gak akan pernah bisa jadi milik lo! Gua cuman cinta sama Vanya, dan lo..." Mevan menunjuk Renata dengan telunjuknya. "jangan berani-berani ngancurin hubungan gua sama Vanya, kalo itu sampai terjadi? Lo bakal tau Renata apa yang bakal gua perbuat ke lo!" Mevan membuang asal botol aqua yang ia pegang, kemudian berlalu pergi dari hadapan Renata dengan emosi yang terus saja ia tahan.

Renata menatap kepergian Mevan dengan ke dua tangan terkepal kuat, ia benar-benar di permalukan oleh Mevan di hadapan teman-teman pria itu.

Niat ia untuk meminta maaf dengan tulus, tapi malah ia di permalukan seperti ini, ia mengaku ia salah tapi apa tidak bisa di bicarakan pelan-pelan? Mengapa harus membuat ia malu seperti ini?.

***

Entah ada apa dengan Mevan saat ini, sedari siang tadi terus saja diam tak banyak bicara, tidak gesrek seperti biasa.

Vanya pun sudah menanyakannya pada Rega tapi pria itu malah menggeleng tidak tau.

Dan hari ini Vanya sengaja mengajak Mevan dan Rega ke rumahnya, meminta Mevan dan Rega untuk menemaninnya di rumah saat mamahnya pergi.

"Van, ayam tetangga gua kemaren diem aja besoknya mati loh," ucap Rega yang di beri pelototan oleh Mevan.

"Oke," balas Rega yang lagi-lagi di buat kesal sendiri.

Vanya merubah posisi duduknya menjadi di samping Mevan, menatap Mevan untuk mencari tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Kenapa Van?" tanya Vanya pelan.

Mevan menghela nafas, menyandarkan kepalanya pada kepala sofa.

"Renata minta maaf ke lo?" tanya Mevan sambil menoleh pada Vanya dan di berikan gelengan oleh Vanya.

"Tadi siang dia minta maaf sama gua," kata Mevan.

"Terus?"

Mevan menceritakan kejadian tadi siang dari awal hingga akhir pada Vanya.

"Lo bales dendam Van?" tanya Vanya yang membuat Mevan binggung.

"Lo bikin dia malu Van, di lapangan pasti banyak temen-temen bola lo kan? Astaga Van... kok jahat sih? kasian Renata."

"Gua cuman ngelakuin apa yang emang gua kudu lakuin, selebihnya gua gak tau. Lagian gua emang gak butuh kata maaf dia, harusnya dia minta maaf ke elo Nya bukan gua!" emosi Mevan kembali hadir, dengan perlahan Vanya mengusap tangan Mevan, mencoba menenangan Mevan yang kembali emosi.

"Maaf," ucap Vanya.

Mevan hanya mengganguk, kemudian membawa kepala Vanya agar bersandar pada pundaknya.

Mevan mencoba menenangkan dirinya, ia tidak mau mau membuat Vanya kembali takut jika ia sampai mengeluarkan emosinya itu.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now