"Lo masih mau goda pacar gua? Silahkan. Goda pacar gua semau dan sebisa lo. Jika memang akhirnya dia tergoda gua akan lepas dia buat lo dengan senang hati, karna jika dia tergoda berarti dia emang gak pantes buat dapetin kesetiaan gua. Silahkan goda, gua gak ngelarang, tapi ingat batasan!" jelas Vanya dengan raut wajah biasa saja, tidak seperti Renata yang terlihat sangat terkejut saat Vanya mengucapkan itu.

"Inget Ren, jika Mevan tergoda berarti dia rela melepas berlian demi biji cabe!" ucapan Vanya benar-benar membuat Renata kesal.

Vanya tidak perduli, ia memilih pergi dari hadapan Renata sebelum ia muak dan membuat keributan.

"Lo pun harus inget Vanya, saat ini gua udah mulai bisa membuat Mevan nyaman, lo salah besar udah ngizinin gua buat ngegoda pacar lo yang notabanenya akan jatuh ke pelukan gua. Well, selamat menyambut kehancuran hubungan lo dan Mevan," ucap Renata dengan tersenyum penuh kemenangan.

****

Mevan mendudukan bokongnya di pinggir lapangan, memperhatikan Vanya yang tengah mengelilingi lapangan, gadisnya itu tertidur saat jam pelajar berlangsung dan berakhir mengelilingi lapangan selama lima putaran.

Mevan hanya bisa memperhatikan dari pingir lapangan, tidak ikut berlari karna di larang oleh Vanya, dan mau tidak mau ia menurut.

"Vanya belom selesai juga?"

Mevan menoleh pada Rega yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya.

Raut wajah Rega sangat sulit untuk di artikan, tiga hari lalu pria di sampingnya ini bebicara seolah-olah apa yang menjadi miliknya akan di rebut, tapi sekarang pria di sampingnya ini terlihat biasa saja, bahkan terlihat seperti tidak mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

Tiga hari yang lalu apa Rega benar-benar serius dengan ucapannya atau hanya sebuah ancaman untuknya? Entah lah Mevan benar-benar binggung dengan pria di sampingnya.

"Lah malah natap gua! Heh cubluk! Awas suka lo sama gua," cibir Rega yang kesal karna Mevan malah terus menatapnya seolah dirinya cau.

"Najis! Gua bukan homo nyet!" balas Mevan sambil bergidik ngeri.

"Siapa tau kan, lo terpesona dengan gua," kata Rega yang malah mengoda Mevan.

Mevan mendorong tubuh Rega agar menjauh darinya, sungguh, apa yang di ucapkan Rega begitu menjijikan untuk ia dengar.

"Mit amit tujuh tanjakan gua!" kata Mevan yang langsung berlari pada Vanya, meninggalkan Rega yang tertawa kecil.

Rega membenarkan posisi duduknya, memperhatikan Vanya dan Mevan. Ada rasa iri di hati Rega saat melihat Vanya dan Mevan yang terlihat serasi, sedangkan dirinya hanya sebatas sahabat yang tidak boleh bersikap berlebihan.

"Kenapa gak gua aja yang ada di posisi itu?" guman Rega dengan miris.

Rega menatap langit yang tertutup oleh awan, hujan akan kembali turun sebentar lagi.

"Mendung pada langit, bercerita tentang gua yang menderita pada hati yang telah menjadi milik orang lain," Rega menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan setelah mengucapkan itu, bagaimana bisa ia beranggapan seperti itu? Sudah jelas-jelas bulan ini tengah musim hujan.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.حيث تعيش القصص. اكتشف الآن