Chapter 23 - Malam tanpa bintang

654 62 53
                                    

....saat malam tiba dan langit pun menjadi gelap gulita, bahkan bintang harapan yang berjumlah banyak juga bersinar terang tak mampu menerangi, di sana ada sebuah bulan yang walaupun sendirian ia mampu menyinari jiwa-jiwa orang yang melihatnya kembali. Cahayanya memang tak hangat, tapi ia membawa harapan yang lebih besar dan dingin cahaya itu merangkul dengan hangat. Itulah simbol dari seorang wanita...

*
**
***

[No details proofreading.]

Sudah 40 hari sejak Nadine kehilangan keperawanannya. Nyatanya ia masih hidup, itu semua karena kehamilannya.

Juga, sudah sekitar dua minggu sejak James menikahi Nadine. Namun, sejak itu juga Nadine tak pernah keluar dari rumah besar mereka. Ia terisolir di dalam sana.

Bohong jika Nadine bilang ia tidak merindukan sang Nenek dan para sahabatnya. Tapi, mau bagaimana lagi. James sudah memperingatkannya agar jangan pernah keluar rumah atau setidaknya tidak keluar dari batas pekarangan rumah mereka yang telah di selimuti perisai. Hal tersebut dapat membahayakan hidupnya dan terutama bayinya. Walaupun, ia tak terlalu paham akan hal tersebut, namun jika sudah menyangkut bayinya, ia menurut saja. Padahal awalnya ia membenci kehamilannya, tetap saja itu darah dagingnya sendiri.

Pernah suatu waktu, Nadine terpikir, entah jadi apa anak yang akan ia lahirkan kelak. Ayahnya adalah seorang Shapeshifter yang tidak murni, sedangkan ia adalah manusia, tetapi sejak ia mengetahui kekuatan darahnya, ia menjadi merasa aneh dengan dirinya sendiri. Entahlah apa jadinya anak mereka kelak. Yang terpenting ia bisa melindungi sang anak dari siapapun.

Malam itu,

"James, kau pergi lagi?" Tanya Nadine.

"Hmm.." Angguk James. "Tidurlah, aku akan ada di sampingmu saat kau terbangun di pagi hari."

Nadine kecewa, lagi-lagi ia ditinggal sendiri. Ia akan tidur sendirian lagi. Ia menunduk dan tiada senyuman.

"Aku pergi..." Pamit James, dan keluar lewat jendela kamar mereka.

"Hey..!" Seruan Nadine terlalu lambat, James telah pergi.

Yeah, begitulah. Nadine selalu ditinggal tidur sendirian atau bisa sampai satu hari penuh, James selalu tidak ada di rumah, di siang hari ia hanya akan menghabiskan waktu untuk tidur.

Jika diingat-ingat, hanya di saat malam pertama pernikahan mereka itu, James menghabiskan malamnya bersama Nadine. Setelah itu, ia selalu saja keluar rumah saat penglihatannya kembali.

Nadine pernah menanyakan ke mana James pergi, tapi pria yang sudah menjadi suaminya itu hanya menjawab bahwa ia pergi untuk urusan yang sangatlah penting. Nadine tak bisa mengusut James lebih dalam. James memang pintar mengelak.

Nadine juga pernah mencoba menggoda James agar tidak pergi seperti di malam pertama mereka. Namun, sejak James menidurinya di malam pernikahan mereka, itu menjadi yang terakhir kali mereka melakukan 'itu'. Nadine selalu gagal menggoda James. Bahkan ia sempat berpikir bahwa James sungguh tak ada rasa padanya dan hanya menikahinya karena kehamilannya. Ia menjadi tak percaya dengan perkataan James dahulu bahwa suaminya itu mencintainya. Karena semua itu terasa tak nyata dan hanya bualan.

"Huh.." Dengus Nadine. "..lagi.. Aku selalu ditinggal sendirian. Lalu, kenapa aku tak boleh keluar? Sedangkan ia selalu saja keluar rumah." Gerutunya, ia tetap saja menggerutu begitu walau sudah tau alasannya mengapa.

Nadine pun memandang ke seluruh ruangan kamarnya, dan tak ada yang menarik. Ia sudah bosan membaca buku-buku nya. Ia juga sudah bosan dengan kegiatan merajutnya, ia sudah merajut sepatu bayi, dan topi bayi, kini ia lanjut merajut pakaian bayi, tapi belum selesai dan ia sudah merasa bosan. Jadi, itulah yang ia lakukan untuk menghilangkan kebosanannya.

Dari Balik Mata Sang GagakWhere stories live. Discover now