Chapter 12 - Menyambut sang Raja dan sang Putri

441 76 43
                                    

....ketika sinar bulan menerangi kelam malam....

*
**
***

[No details proofreading.]

Di bawah langit kelabu itu, senyappun kian menderu.
Empat orang sahabat sedang terkenang nasib seorang yang tertinggal.

"Hiks.. hiks.." suara tangis Bella terdengar jelas di dalam mobil yang melaju itu.

"Bella, tenanglah.." ujar Mia.

"Aku tak bisa, hiks.. aku tak bisa berhenti memikirkan nasib buruk Nadine. Hiks.. apa yang akan mereka lakukan.. hiks.. padanya?.." tukas Bella.

"Mari berdo'a saja, aku yakin mereka tidak akan menyakiti Nadine." Ujar Russell.

"Aku juga sedang khawatir tentang nasibnya Nadine.." celetuk Shawn

"Kita semua mengkhawatirkan dirinya, Shawn." Timpal Mia.

"Kalian pikirkan saja laporan kalian, jika bisa besok aku akan menjemputnya sendirian ke kota itu." Russell menyarankan.

"Sendirian?" Usut Bella. "Kakak tidak takut?"

"Tidak, aku tak takut dengan mereka. Lagipula, aku hanya ingin Nadine selamat." Sahut Russell.

"Kalau begitu, aku juga akan ikut." Shawn menimpali.

"Tak perlu, Shawn. Kalian buat saja laporan kalian, biar aku saja yang menjemputnya." Tolak Russell, walaupun Shawn terus mendesak ia akhirnya menyerah dan membiarkan keputusan Russell.

"Lalu apa yang harus kita katakan kepada Neneknya Nadine?" Usut Shawn.

"Oh iya, kau benar, Shawn bagaimana dengan Neneknya?" Sambung Mia.

"Haruskah kita membohonginya?" Saran Russell kembali.

"Berbohong?" Ujar Shawn, Mia, dan Bella serentak.

"Bagaimana kalau kita diam saja, dan tak usah berkunjung. Neneknya akan mengira kita semua menginap di sana." Ujar Mia.

"Memang begitu, tapi yang kumaksud, bagaimana jika Neneknya menelpon kita?" Ucap Russell. "Kita berbohong saja atau kita matikan saja ponsel kita."

"Tapi, bagaimana jika Neneknya menelpon ke telpon rumah kita?" Tanya Shawn.

"Oh iya, telpon rumah. Apakah kita juga harus meminta orang-orang di rumah kita untuk berbohong bahwa kita juga belum kembali ke rumah?" Ucap Russell mencari cara lain.

"..atau kita jujur saja?" Ujar Mia.

"Neneknya akan sedih nanti, kasihan beliau baru saja pulih dari sakitnya." Sahut Shawn.

Merekapun terdiam sejenak memikirkan cara untuk memberitahukan Neneknya Nadine, sedangkan Bella masih saja teringat Nadine dan tak bisa berhenti menangis.

"Ya sudah, biarkan aku yang menelpon Neneknya Nadine. Dan aku akan berkata bahwa hanya aku yang kembali dan kalian semua akan kembali besok, karena kita tak mungkin berkata jujur jika Nadine sendirian di sana. Apa yang akan dipikirkan Neneknya Nadine nanti, bahwa kita meninggalkan cucunya." Tukas Russell.

Mereka sudah bingung dengan cara lain, sehingga mereka hanya mengiyakan saran tersebut.

****


Kembali ke kota Fredericksburg.

Nadine membeku, ia berdiri tanpa berbicara ataupun bergerak. Semua mata para kaum shapeshifters itu memandanginya dengan tatapan aneh, penampilan mereka juga aneh, sama seperti penampilan Oculus.

Dari Balik Mata Sang GagakWhere stories live. Discover now