Chapter 8 - The Blood

625 89 64
                                    

...Waktu bergulir, setitik sesal mulai timbul. Bisakah air mengalir naik sehingga sesal tiada hanyut...

*
**
***

[No details proofreading.]

Keesokan paginya. Di rumah sakit tempat Neneknya Nadine dirawat.

Nadine yang masih sulit menerima semua yang terjadi di hadapan matanya saat itu, mengalami sulit tidur. Sehingga, kantung matanya muncul secara tiba-tiba.

"Nad, jika kau masih mengantuk. Sebaiknya, kau tidur saja lagi, dan tak usah masuk kuliah." Ucap sang Nenek yang sudah terlihat bugar. Sungguh aneh memang.

"Ng.. iya, Nek. Tapi, aku tak apa-apa. Lagipula, aku harus pergi bekerja." Sahut Nadine.

"Maafkan Nenek, Nad. Kau harus bekerja keras, demi biaya rumah sakit ini." Sesal sang Nenek.

"Nek, jangan meminta maaf begitu. Ini semua bukan salah Nenek." ... "Bukankah, Nenek sendiri yang mengajari bahwa semua yang terjadi adalah kehendak dari Tuhan dan Ia sudah punya alasan mengapa melakukannya. Bukan begitu, Nek?"

Neneknya tertunduk dan mengangguk. Hal itu tak bisa ia pungkiri. "Kau memang cucuku yang paling kusayang. Kemarilah.." ia lalu merentangkan tangannya untuk memeluk Nadine.

Nadine menghampiri sang Nenek, dan memeluknya.

Kemudian beberapa perawat datang dan berkata bahwa sudah saatnya untuk Nyonya Mallard menjalani pemeriksaan CT scan-nya.

Kembali ke kejadian semalam.

"Nadine, jangan menangis.." ucap sang Nenek.

Perawat tadi masih tercengang, ia sulit percaya dengan apa yang ia lihat. "Nona Mallard, saya akan memanggil dokter, dan memeriksa keadaan Nenek anda."

"Hmm..." Nadine yang masih berusaha menahan tangisnya dalam pelukan sang Nenek hanya bisa menjawab dengan dehemannya.

Setelah beberapa menit. Perawat tadi datang kembali dengan beberapa perawat lainnya, dan juga seorang dokter yang sama dengan dokter yang menyatakan kematian Neneknya Nadine.

"Maaf, Nona Mallard. Sebaiknya anda menunggu di luar." Ucap salah seorang perawat.

Nadine melepas pelukannya. "Baiklah, aku keluar dulu, Nek." Pamitnya.

"Iya, Nad. Tunggulah di luar, dan percayalah Nenek merasa benar-benar baik-baik saja." Sahut sang Nenek.

Nyonya Mallard ini mana tau, jikalau sang dokter dan para perawat itu sungguh-sungguh terkejut dengan apa yang terjadi padanya. Mereka sangat yakin bahwa sang Nenek telah tiada sebelumnya. Namun, bagaimana ia bisa hidup kembali, dan lagi ia terlihat jauh lebih sehat dari sebelumnya.

Nadinepun keluar dari ruang rawatnya sang Nenek.

Dengan harap cemas, Nadine mondar-mandir di hadapan pintu kamar rawat. Ia berdo'a di dalam hati tentang keadaan sang Nenek, dan tanpa ia sadari, iapun diam-diam berdo'a untuk James juga.

Nadine menyadari, bahwa James terlihat sangat lemah tadi saat ia memergokinya dan Jamespun berlari keluar jendela tadi.

Beberapa saat kemudian.

Sang dokterpun keluar dari kamar rawat Nyonya Mallard. Nadine yang sudah tak sabaran, langsung menghampiri sang dokter.

"Bagaimana kondisi Nenek saya, dok?"

"Mmm.. ini sungguh keajaiban, Nona Mallard. Kondisi Nenek anda benar-benar membaik."

"Benarkah itu, dok?" Nadine serasa sulit percaya dengan apa yang didengarnya.

Dari Balik Mata Sang GagakWhere stories live. Discover now