....andai aku bukan siapa-siapa, apakah kau masih memperhatikanku?....
*
**
***Kota Fredericksburg
Sang fajar belum cukup tinggi menaiki sang cakrawala. Dari ufuk timur baru terlihat bias cahayanya. Namun, penduduk kota penuh misteri itu sudah terbangun. Sesuatu menganggu kota mereka.
"Nadine! Nad!" Seru James membangunkan Nadine dari tidurnya. Matanya sudah mulai memburam karena matahari sudah mulai naik.
Nadine menggeliat dan terbangun dari tidurnya. "Ada apa? Hoaamm.."
"Kita harus segera pergi. Para Hunters telah mengepung kota ini, mereka mengincarmu dan diriku."
"APA?!" Nadine terkejut. "Tapi... Bukankah, mereka tak dapat masuk? Karena pelindung sihir yang kalian buat?"
"Iya, mereka tak dapat masuk. Tapi, mereka mengintai di setiap sudut kota ini, menunggu siapapun keluar dari kota ini. Jadi, belum ada yang bisa keluar sekarang. Kami sedang merencanakan cara untuk mengusir mereka." Terang James.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?!"
"Tak apa, aku akan melindungimu. Bersiaplah, kita akan pergi setelah mengusir mereka."
"Baiklah, aku akan bersiap." Sahut Nadine.
James menyadari sesuatu. "Di mana kalung yang aku berikan, Nad?"
Nadine meraba lehernya. "Oh iya, aku menaruhnya di sini.." iapun membuka laci nakasnya dan meraih kalung tersebut. "Ini dia."
"Nadine, berhati-hatilah. Kau tak boleh sembarangan melepasnya begini.." James nampak panik.
"Maafkan aku, James." Nadinepun merasa bersalah.
"Bukan maksudku membuatmu merasa bersalah, Nad. Tetapi, para Hunters itu mengincar kalung ini. Jika mereka memiliki kalung ini maka mereka akan mampu keluar dan masuk tempat ini secara bebas."
"Rupanya begitu.." sahut Nadine kembali.
"Tak apa, mari berikan padaku, biar aku kenakan.."
Jamespun mengenakan kalung itu ke lehernya Nadine.
*Tok.. tok.. tok..
Suara ketukan pintupun membahana. James yang telah buta kembali meminta Nadine membantunya keluar. Dari luar terdengar suara panggilan dari para kaum shapeshifters kepercayaan James.
Mereka melaporkan kepada James bahwa jumlah para Hunters yang mengepung mereka tidaklah banyak. Jadi, mereka yakin bisa mengatasi mereka dengan cepat.
James mengiyakan, lalu meminta Nadine untuk tak perlu khawatir lagi dan segera bersiap.
Setelah beberapa saat.
Nadinepun selesai bersiap. James yang telah menunggunya meminta untuk selalu berada di dekatnya dan jangan jauh darinya.
"James, apakah kita akan melewati jalan ini?" Tanya Nadine ketika James dan para kaumnya membawanya melewati belakang kota, yaitu hutan tempat ia dan anak-anak di sana bermain.
"Begitulah, Nad." Sahut James.
"Tuan Putri, maaf, tapi kenakanlah jubah merah ini." Ucap Terra.
Jubah kerudung merah itu dipakai hampir semua gadis di sana, dari anak-anak hingga remaja.
Nadine melihat ke arah mereka dan semua gadis-gadis itu mengenakan kerudung merah.
YOU ARE READING
Dari Balik Mata Sang Gagak
FantasyDari balik mata Sang Gagak, seorang Gadis Periang berdiri tegak. Menatapnya pasti dengan desiran darah nya yang berarak. Entah ia ketakutan atau apa, namun kakinya tetap melangkah mendekati sang Gagak. Sang Gagak pikir ia sama saja seperti Gadis lai...