Chapter 5 - James's House

557 77 37
                                    

....rumah besar tua dengan banyak tumbuhan menjalar dan berdebu. Terlihat cukup usang, namun indah di dalam...

*
**
***

[No details proofreading.]

Keesokan paginya.
Nadine bersiap pergi untuk mengunjungi Neneknya.

"Ja.. James?!"

Nadine tersentak melihat James yang telah menunggunya di depan pintu rumahnya. Dengan setelan serba hitam dan kacamata hitam pula.

"Apa kau sudah siap?" James bertanya.

"I..iya." jawab Nadine.

Ternyata apa yang dikatakan James semalam bukalan khayalan belaka ataupun dusta. Nadine sempat curiga, jika pria buta semalam hanya berdusta. Sehingga, tadi pagi ia sangat merana. Memikirkan nasib Neneknya.

Namun, kekhawatirannya terbayar sudah. Ternyata pria buta ini tepat menjemputnya. Nadine sangat bersyukur karena Tuhan menakdirkannya bertemu dengan James, seorang pria buta misterius yang mengaku sebagai temannya.

Nadinepun berjalan berdampingan dengan James menuju jalan utama, melewati jalan kecil dengan lampu dan kursi taman tua.

"Kemana gagak itu?" Gumam Nadine saat melewati lampu jalan tua itu. Karena biasanya setiap kali ia lewat akhir-akhir ini, seekor burung gagak bertengger di sana dan seperti memperhatikannya.

"Ada apa?" Usut James saat mendengar gumaman Nadine.

Nadine tersentak, ia tak sengaja bergumam. "Oh, Mm... Bukan apa-apa!" Sangkalnya.

Sungguh Nadine tak bermaksud mencari gagak itu. Ayahnya dulu memelihara sepasang gagak saat ia kecil. Namun, ia tak pernah suka dengan gagak, hingga ia dewasa dan pindah ke London. Ia bertemu lagi dengan banyak gagak. Walaupun, ia tak suka. Akhir-akhir ini, ia menyadari bahwa warna di bulu gagak itu sangatlah indah.

"Tuan.." Oculuspun langsung menggandeng lengan James dan menuntunnya menuju ke mobil mereka yang telah terparkir di pinggir jalan.

Nadine melihat ke arah Oculus. Entah mengapa, di mata Nadine, Oculus terlihat berbeda dari orang biasanya. Mungkin seperti pemain sirkus ataupun bintang film.

Rambutnya panjang berwarna keemasan. Hidungnya mancung dan bungkuk seperti paruh burung. Setelan jas hitamnya sedikit berbeda, lengkap dengan topi panjangnya.

"Ada apa denganmu?!" Bentaknya. "Mengapa kau memandangiku begitu?!" Usut Oculus dengan wajah tak suka membuat lamunan Nadine buyar.

"Ti.. tidak.." elak Nadine terbata.

"Oculus!" Tegur James.

"Maaf, Tuan." Ujar Oculus. Lalu kembali menatap Nadine. "Masuklah." Tukasnya malas.

Nadinepun masuk ke dalam mobil itu dan duduk di samping James. Sedangkan Oculus yang menyetir mobil itu.

"Kenapa orang ini sepertinya tidak suka padaku?"
Pikir Nadine. Namun, ia tak terlalu memikirkan hal itu. Ia berusaha menguburnya dalam-dalam.

"Nadine, maafkan Oculus. Ia memang seperti itu di hadapan orang yang baru ia kenal." Ujar James seolah mendengar suara hati Nadine.

Nadinepun tersentak dan menoleh. "Eh... Mmm.. iya, tak apa.." sahut Nadine seraya melempar senyum kepada James. Walaupun ia tau jika James tak dapat melihatnya.

"Ooh.. jadi, namanya Oculus? Sepertinya, aku pernah mendengar kata itu di suatu tempat."

Mobil itupun melaju ke rumah sakit Neneknya Nadine.

Dari Balik Mata Sang GagakWhere stories live. Discover now