Chapter 20 - Mari menikah...

753 75 69
                                    

[Chapter ini berisikan 4rb kata jadi setara dengan dua chapter, semoga kalian tidak bosan membacanya. Happy reading.]







....Semua terjadi begitu saja, Iapun belajar untuk menerima semuanya. Mungkin saja semua memanglah takdirnya, dan semoga ada hikmahnya...

*
**
***

[No details proofreading. Jadi Jikalau kalian menemukan kesalahan tulisan atau alur jgn sungkan utk memberitahukan author. Thx.]

Fajar mulai menyingsing, namun sinarnya belum sepenuhnya menerpa tanah bumi.

Di saat itu James terbangun, lalu ia segera bangkit. Matanya akan segera kembali buta, ia tau itu. Oleh karena itu ia segera pergi menuju jendela kamarnya Nadine. Berniat pergi sebelum matanya kembali buta.

Sebelum pergi, James menoleh melihat ke wajahnya Nadine. "Maafkan aku, Nad. Aku akan segera kembali dan menemanimu bersama cabang bayi kita. Tetapi, aku masih punya urusan lain. Aku harus segera pergi. Sampai jumpa."

Saat itu Nadine terbangun, ia membuka matanya. Samar-samar ia melihat sesosok pria berdiri di ambang jendelanya. Namun, belum sempat ia benar-benar sadar dan menyeru, orang itu telah pergi melalui jendela.

Nadine tersentak saat pria itu melompat keluar jendela. Seketika Iapun terbangun. "Ja.. James?" Bibirnya terbata. Apakah yang ia lihat tadi adalah James.

"Apakah hanya khayalanku saja?"

Nadine bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Kepalanya terasa sakit, dan perutnya mual. Ia segera berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

"Nadine?"

Tiba-tiba sang Nenek menegurnya saat keluar dari kamar mandi.

"Apa kau masih sakit?" Tanya sang Nenek.

"Mm.. iya, Nek. Tapi tak apa, sebentar lagi juga sembuh." Dusta Nadine.

"Nenek khawatir, sebaiknya Kita pergi ke rumah sakit, Nad."

"Ha?!" Nadine tersentak, jika mereka ke rumah sakit. Neneknya akan tahu jika ia sedang hamil. "Jangan! Nek!"

"Kenapa? Sudah lama kau muntah-muntah."

"Aku tak apa, Nek. Sungguh.. nanti jika aku memang merasa perlu, aku sendiri yang akan ke rumah sakit."

"Benarkah?"

"Iya, Nek."

"Baiklah."

Neneknya lalu berlalu pergi, Nadine masih berdiam diri di sana.

***


Di dapur. Nadine dan Neneknya sedang sarapan. Ia memilih untuk hanya memakan sayuran, dan berdusta kepada sang Nenek jika ia sedang diet.

"Kau sedang sakit, untuk apa diet?" Celetuk Neneknya Nadine.

"Tak apa, Nek. Hanya masuk angin biasa, tidak akan menganggu dietku."

"Ckck.. gadis muda zaman sekarang." Neneknya menggelengkan kepalanya.

Tepat setelah sarapan, seseorang mengetuk pintu rumahnya Nadine. Dan itu adalah Shawn, ia menjemput Nadine untuk pergi bersama ke kampus.

Sang Nenek sama sekali tak curiga mengapa Shawn bisa menjemput Nadine. Dan semua berjalan lancar-lancar saja.

Shawn membawa mobil sang Kakek, jadi mereka tak perlu naik bis.

"Shawn..." Seru Nadine pelan.

"Ha?"

"Apa kita akan pergi ke kampus?"

Dari Balik Mata Sang GagakWhere stories live. Discover now