13 | The Begin Truth

358 34 1
                                    

"Motifnya Mas, aku tidak melihat apa motif orang-orang gila ini sebenarnya," Indra tampak frustrasi.

Indra kembali ke rumah tua milik keluarga Om Bagus, Papanya Iva. Dia menghempaskan tubuh kekarnya di atas sofa tua sembari melihat potret-potret lama keluarga mereka. Ada potret Iva kecil yang masih berusia sekitar empat atau enam tahun bersama Om Bagus.

Pria itu tahu, apa yang dilakukan Om nya saat itu adalah tindakan bodoh yang merusak kehidupan dirinya sendiri serta istri dan anaknya. Seandainya dia tidak terbujuk rayuan wanita lain mungkin kisah ini akan berjalan berbeda. Mungkin sekarang mereka masih bisa mendampingi putri semata wayang yang mereka cintai itu.

Indra yakin, Om nya sangat mencintai Iva. Dia ingat betul kenangan masa kecilnya di Yogyakarta. Iva merupakan dunia Om Bagus dan Tante Asri yang saat itu tidak memiliki keturunan. Mereka cukup puas dengan kehadiran Iva di tengah-tengah keluarga. Iva gadis manis yang membuat Om Bagus jatuh cinta pada pandangan pertama saat dia menggendong tubuh mungil di rumah sakit 29 tahun yang lalu.

Indra merogoh saku celananya berusaha meraih ponsel dan mencoba menghubungi gadis yang dari tadi memenuhi pikirannya itu. Usaha Indra gagal, dia tidak berhasil menghubungi gadis itu. Kemudian dia mencoba menghubungi keamanan apartemen Iva untuk memastikan gadis yang diam-diam disukainya itu baik-baik saja. 

Dia sedikit terlihat santai setelah memastikan gadis itu baik-baik saja dan ada di apartemennya malam itu.

Keesokan harinya sebelum berangkat memulai serangkaian jadwal yang sudah disusunnya pada malam hari kemarin. Indra berupaya menghubungi Iva, namun lagi-lagi tidak dijawab. Sekali lagi dia menghubungi pihak apartemen.

Indra terlihat tidak tenang saat itu setelah mendengar jawaban pihak keamanan.

"Penghuni apartemen lainnya? Secepat itu dia dapat teman?" gumam Indra, sambil mengetik pesan ke WhatsApp Iva. Tidak lama pesannya dibaca dan dijawab oleh Iva membuat nya sedikit merasa lega walau dia tetap penasaran dengan teman baru Iva ini.

Indra telah sampai di rumah sakit tempat dimana Om dan Tantenya membawa Iva kecil dan ketiga orang lainnya yang terluka parah saat kejadian kecelakaan waktu itu. Indra menyusuri lorong rumah sakit, sebelumnya dia sudah membuat janji dengan pihak rumah sakit.

"Mas Indra?" tanya seoarang wanita paruh baya ketika bertemu dengan Indra.

"Ya Bu, saya yang menelpon Ibu beberapa hari yang lalu." Jawabnya ramah.

"Baik, silahkan Mas kita ke ruangan saya saja" lanjut wanita itu menuntun ke sebuah ruangan yang di penuhi buku-buku.

"Langsung saja Bu, saya ingin menanyakan perihal yang sebelumnya sudah saya konfirmasi saat ditelpon" ucap Indra tidak lama ketika dia duduk di sofa abu-abu yang ada di ruangan itu. Wanita paruh baya itu kemudian mengambil sebuah map berwarna merah muda dari laci di meja kerjanya.

"Ketika saya ditelpon oleh Mas Indra, saya sempat curiga dan tidak berani buka mulut." Ucap wanita yang merupakan kepala administrasi rumah sakit.

"Dulu, sempat pernah terjadi kebakaran di ruang arsip lama kami, bertahun-tahun yang lalu. Dulu, saat Iva di adopsi ada dua orang tidak dikenal datang menanyakan identitas pasangan yang mengadopsi bayi yang selamat dari kecelakaan waktu itu. Mereka datang setahun setelah Iva di adopsi oleh Bapak Bagus Wijaya dan istrinya. Saat itu kami menjalankan prosedur rumah sakit dengan tidak sembarangan memberikan identitas pasien kami, tapi karena kedua orang itu tampak mencurigakan saya memberi tahu Pak Bagus." Pembicaraannya terhenti ketika pintu masuk ruangan diketok dari luar, seseorang masuk dan menyajikan dua cangkir teh hangat. Wanita yang menyajikan teh hangat itu kemudian pamit pergi.

Indra meminum tehnya dan kembali fokus menunggu kelanjutan cerita, "Lalu Pak Bagus meminta saya untuk tidak memberikan informasi tentang keberadaan mereka kepada siapa pun jika orang-orang tersebut tampak mencurigakan. Jika mereka adalah keluarga si bayi maka mereka akan melibatkan kepolisian, namun hal itu tidak terjadi"

"Lalu apa mereka kembali?" tanya Indra penasaran.

"Tidak, setelah mendapatkan jawaban dari kami mereka tidak datang kembali. Kemudian tahun-tahun berlalu dan saya masih menjabat sebagai staff administrasi yang tengah bertugas di bagian informasi. Saya ingat betul kejadian ini. Seorang wanita muda bersama seorang pria yang bertampang sangat dingin datang, mereka tiba-tiba menanyakan apakah mereka bisa mendapatkan identitas tiga orang korban kecelakaan 14 tahun yang lalu. Saat itu rekan saya memberitahukan kepada mereka berdua bahwa hal itu dapat kami lakukan namun, butuh waktu. Lagi pula mungkin akan lebih cepat jika bertanya kepada pihak kepolisian, begitu jawaban rekan saya saat itu"

"Kemudian mereka berdua pergi begitu saja, karena saya penasaran saya mencari dokumen tentang kecelakaan 14 tahun yang lalu, dan saya bawa pulang untuk dibaca. Besoknya saya mendapatkan kabar bahwa gedung arsip rumah sakit kami habis terbakar. Saya tertegun Mas, entah apa yang saya pikirkan saat itu, wajah wanita muda dan pria itu terngiang-ngiang. Saat itu saya berusaha menghubungi pak Bagus namun tidak berhasil"

"Saya rasa saat itu adalah saat Om dan tante saya bercerai jadi ..." kata-kata Indra tertahan.

"Ya, Bapak Bagus sudah cerita soal itu." Jawab Wanita berseragam biru muda itu tenang.

"Ibu sempat bertemu dengan Om saya?" tanya Indra penasaran kembali.

"Pada buku catatannya Om hanya menulis rumah sakit ini dan nama Ibu. Dia tidak memberikan informasi lainnya" ucap Indra serius kembali.

"Ya, saya bertemu beliau tiga kali, dan kali ketiga adalah hari terakhir saya bertemu dengannya kemudian kecelakaan maut itu terjadi. Mas, jujur saja wanita tua yang hobi dengan film-film misteri seperi saya ini yakin 100% setelah mendengar cerita pak Bagus sebelumnya, kematiannya adalah tindak pembunuhan terencana." Ucap wanita paruh baya itu tenang sambil mengangkat gelas keramik dekat dengan bibir.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Where stories live. Discover now