Bagian 52

203 6 0
                                    

"Mira!!" Jiboy memanggil nama gadis yang pernah singgah di hatinya itu. Namun kali ini ia tidak lagi canggung dengannya, perasaannya pada Mira dulu benar-benar tidak tersisa lagi.

Melihat sosok Jiboy di hadapannya membuat senyum Mira mengembang,

"Jiboy..." Mira langsung menghampirinya, "ka,kamu Dateng....," Kata Mira.

"Iya, gue Dateng...," Kata Jiboy.

"Gue?"

"Iya, ada yang salah?"

"Uhmm...,"

"Gue punya sesuatu yang harus gue omongin ke elu, Mira....,"

"Aku suka kamu, Jef." Kata Mira buru-buru.

"Apa?"

Mira lalu membawa Jiboy ke tempat yang lebih sepi,

Mira menarik nafas dalam-dalam,

"Mira, maksudnya, tadi apa?" Tanya Jiboy.

"Aku udah putus dari Randy, itu karena aku masih suka sama kamu Jiboy!!" Kata Mira.

"Hah?"

"Kalau Mira putus sama pacarnya sebelum kita putus, kamu harus balikan sama dia..,"
Tiba-tiba terngiang kata-kata Saluna di telinganya, Jiboy langsung mundur satu langkah,

"Jiboy, kenapa kamu menjauh?"

"Gak, ini gak bener...," Kata Jiboy.

"Apanya yang gak bener?? Aku gak bohong, aku masih suka sama kamu. Soal aku yang pernah putusin kamu..., Itu karena aku bener-bener bodoh. Aku, aku harusnya bisa lebih ngerti kamu, bukannya malah jauhin kamu aku...,"

"Mira, sorry." Kata Jiboy memotong.

"Apa maksud kamu bilang itu?"

"Gue tau kenapa lu sampe mutusin gue waktu itu. Gue tau, gue udah jadi penghalang lu waktu itu."

"Penghalang?"

"Gue cuman khawatir waktu itu sama lu karena lu terus-terusan terluka karena latihan lu yang terlalu keras. Tapi harusnya gue sadar kalau itu adalah salah satu perjuangan lu untuk mencapai salah satu dari mimpi Lu."

"Jiboy...,"

"Udah. Itu aja yang mau gue sampein. Gue gak berharap lu maafin gue. dari awal emang gue yang salah. Gue yang bikin kita gak bisa lanjutin hubungan lagi__,"

Tiba-tiba Mira menutup mulut Jiboy dengan tangan nya, "makanya, aku pengen kita balikan lagi, Jef...," Kata Mira.

"Saluna?" Tiba-tiba nama itu muncul di kepala Jiboy.

Jiboy langsung melepas tangan Mira dari mulutnya,

"Mira, ini gak jauh dari panggung,kan?" Tanya Jiboy.

"I,iya..., Emangnya kenapa?"

"Gue harus cari cewe gue. Duuh, gue bego banget!!" Katanya hendak pergi, tapi tangannya langsung ditarik Mira,

"Jef.., terus, kita gimana? Apa gak mungkin?"

"Jangan panggil gue dengan sebutan Jef lagi. Cuman Saluna, cewe gue yang boleh manggil gue begitu!" Kata Jiboy lalu melepaskan tangannya dari genggaman Mira. Ia lalu berlari pergi.

*

Saluna berjalan sendirian, dari tadi air matanya tidak bisa berhenti mengalir, sampai akhirnya ia menemukan stand barang-barang antik,

"Boleh, kakak, dilihat dulu barang antiknya, eh? Saluna?"

Saluna mengangkat kepalanya untuk mengetahui siapa yang barusan memanggil namanya,

"Bang Ben....," Katanya lalu air matanya bercucuran makin deras,

"Waduh..., Saluna, siapa yang bikin kamu nangis gini...," Kata Bang Ben lalu menghampirinya dan memeluknya,

"Cup, cup...," Kata Bang Ben.

Saluna lalu melepas pelukan Ben.

"Aku..., Aku..., Gak ngerti, bang Ben. Aku tiba-tiba aja nangis. Padahal gak ada hujan gak ada angin, kenapa juga aku nangis di saat panas terik begini?? Hwaaa....," Kata Saluna masih menangis.

"Ya ampun..., Saluna, aku juga gak tau kalo gitu. Cuman kamu yang tau penyebab kamu nangis. Coba pikir, tadi kamu abis ngapain?" Tanya bang Ben.

"Ngapain,ya?"

"Apa pertunjukan drama sedihnya udah dimulai?" Tanya bang Ben.

"Emang ada?"

"Entahlah." Kata bang Ben sambil mengangkat bahunya.

"Tunggu, pertunjukan drama sedih..., Hiks...," Saluna sesenggukan.

"Duuh, tadi kayaknya udah mulai reda, kenapa nangis lagi?"

"Bang Ben, sini sebentar deh." Kata Saluna.

"Apa? Aku harus mendekat ke kamu?" Tanya Bang Ben.

"Iya," kata Saluna lalu memeluk Ben.

"Eeh?" Ben bingung dengan perilaku Saluna.

Saluna memejamkan mata, ia berusaha memastikan sesuatu,

"Saluna...," Bang Ben memanggilnya.

Saluna segera melepas pelukannya, ia lalu memandang bang Ben sambil tersenyum, meskipun air matanya masih mengalir.

"Apa?"

"Bang Ben, makasih,ya." Kata Saluna.

"Hah? Makasih? Makasih buat apa?"

*
*
*

Sebuah Pelarian (END)Where stories live. Discover now