Prolog

2.4K 39 1
                                    


Hari sudah mulai sore, suara-suara ranting pohon yang bertubrukan karena semilir angin membuat suasana seolah-olah menjadi ramai.

Tapi tidak dengan isi hati Jiboy. Hatinya benar-benar kosong setelah dilukai oleh satu-satunya gadis yang ia cintai.

Namun, tiba-tiba saja matanya malah terusik dengan kehadiran seorang gadis berambut keriting dan bertubuh gemuk yang sedang sibuk dengan ponselnya di depan pintu lobby sekolah. Diam-diam lelaki berambut jabrik itu tersenyum sambil nelangkah mendekati gadis tersebut.

"Saluna," seru Jiboy yang entah bagaimana nama gadis gemuk itu terlintas di kepalanya. Sebenarnya Jiboy tidak terlalu dekat dengan gadis itu hingga dia wajib menyapanya tetapi ia seperti diberikan energi baru untuk menyapa gadis gemut itu.

Saluna menoleh sambil melemparkan senyum lebar nan manisnya.
"Eh? Jiboy."
Seketika Jiboy membeku. Jantungnya tiba-tiba berdebar. Dia kenapa?

Namun remaja itu mengabaikan reaksi aneh tubuhnya seraya membalas senyum Saluna.
"kok belum pulang?" tanya Jiboy basa-basi.

Bukannya menjawab, dahi Saluna mengernyit sembari memperhatikan Jiboy dari atas sampai bawah.

"Kamu anak futsal juga?" tanyanya yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jiboy. Hal itu membuat Jiboy jadi kikuk.

"Iya ... umm, tapi-"

"Kalau gitu aku pulang dulu, ya!" potong Saluna yang semakin membuat Jiboy bingung.

"E-eh, i-iya. Hati-hati ...." Dia menimpali ala kadarnya saja.

Saluna mengangkat tangannya yang mengepal.
"Semangat latihannya!" seru gadis gemuk itu yang langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan Jiboy.

Sementara Jiboy ternganga. Percakapan apa yang barusan terjadi di antara dia dan Saluna? Tahu-tahu Jiboy malah geli sendiri.
"Sial. Dia menarik juga ternyata ...." gumamnya. Tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung mengejar Saluna.

"Saluna!" panggil Jiboy.
Merasa dipanggil, Saluna menghentikan langkahnya dan berbalik. Dia memandang Jiboy yang berdiri jauh darinya sambil mengernyitkan dahi.

"Saluna!" teriak Jiboy yang kini tersenyum lebar. Sementara kerutan di dahi Saluna semakin bertambah.

"Pacaran yuk!" ajak Jiboy to the point.

Saluna melangkah lebih dekat ke arah Jiboy.
"Hah? Ya?"

***

Sebuah Pelarian (END)Where stories live. Discover now