Bagian 21

227 7 0
                                    

Pak Robynson, Raymond, , Rifky, Edo dan Jiboy lagi-lagi membuat taruhan, siapa yang paling banyak berkeliling car free day, dia pemenangnya. Dan yang kalah harus push up 100 kali berolahraga. Kali ini Array tidak ikut karena menemani Saluna yang baru pertama kali, sedangkan pak Abdullah sedang pergi dinas ke luar kota.

"Jefri ! Ayo!" Kata pak Robynson yang berlari mendahului nya.
"Cemen lu." Kata Raymond yang juga mendahului nya.
"Jangan malu-maluin gue!" Kata Rifky yang merupakan kapten tim sepak bola di sekolahnya.
"Cemungut eyaa..," kata Edo.

Jiboy hanya diam saja. Dari tadi kepalanya ini terus memikirkan Saluna.
"Duuh..., gue kenapa, sih?" Kata Jiboy sambil mengacak-acak rambutnya.

"Jef...," Tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Iya Sal__," Jiboy terdiam, "Mira?"
"Hai....," Sapanya.
"Heh..., Sejak kapan kamu manggil aku pake nama aku?" Tanya Jiboy.
"Yah, coba aja."
"Kamu ada perlu sama aku?" Tanya Jiboy,

"Duuh.., lu kenapa judes gitu,sih nanyanya???" Batin Jiboy.

"Sekarang kamu berubah jadi agak judes,ya?"
"Ck, kamu sendiri? Pacar kamu mana?"
"Dia sibuk." Mira terdiam, "uhmm..., Kamu sama pacar kamu,ya?" Tanya Mira.
"Itu__,'

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Jiboy,
"Jefri..., Ayo, jangan kalah sama bapak."

Jiboy menoleh, rupanya orang yang menepuknya adalah Pak Robynson alias papanya Saluna,

"Eh, iya, pak...," Kata Jiboy.
"Loh, ini siapa?" Tanya Pak Robynson saat menyadari kalau Jiboy tidak sendirian.
"Di,dia..., Dia temen Jefri, pak."
"Ooh, bagus, itu, coba suruh temenin Saluna. Oh, iya, kamu jangan sampai kalah sama Saluna, loh." Kata pak Robynson.
"I,iya, Pak." Kata Jiboy,
"Ya, udah, bapak lari lagi, yaah....," Kata pak Robynson.

Sejenak suasana menjadi canggung,
"Saluna? Itu,nama pacar baru kamu?" Tanya Mira memecah suasana.
"I,iya..., Uhm..., Aku, lanjut lagi,ya." Kata Jiboy hendak pergi, tapi dicegat oleh Mira,

"Apa?" Tanya Jiboy.
"Aku..., Aku masih suka sama kamu." Ungkap Mira.

*

Mata Jiboy kini sudah seperti panda. Hanya karena sebuah kalimat dari mantannya yang memberikannya harapan lagi, ia tidak bisa tidur nyenyak,

"Waaa...., Kuntilanak !!" Teriak Saluna.
"Mana? Mana? Mana?" Tanya Jiboy kaget dan langsung bersembunyi dibalik badan Saluna.
"Kamu kuntilanaknya Jefri al-giffari Abdullah!" Kata Saluna.
"Lu, mah! Bikin gue kaget! Dasar gentong sesajen!!"
"Ih, sesajen mana ada pake gentong, tumpeng kali, nanti kembung lagi mbahnya." Kata Saluna diikuti dengan tawa.
"Ah elah! Elu!" Kata Jiboy makin kesal. Lalu kembali duduk di bangkunya.

"Hei, hei...," Kata Saluna sambil mencolek tangan Jiboy,
"Hm?"
"Aku tadi mau nonton permainan kamu di lapangan,tau, tapi jamunya gak ada, eh ternyata lagi ngelamun sendirian di kelas. Mikirin apa,sih sayangku ini?" Tanya Saluna sambil mencubit pipi Jiboy.

Deg!

"Sa,sayang?" Batin Jiboy.

"Apaan, sih lu? Kita,kan cuman berdua doang. Gak usah pencitraan." Kata Jiboy,
"Oh, gitu..., Jadi ngomong-ngomong gimana ngobrol nya kemaren sama Mira? Berencana mau putus lebih cepet,gak?" Tanya Saluna.
"Apaan, sih? Dateng-dateng minta putus?? Baru, ge sebulan jadian." Kata Jiboy.
"Jangan kira aku gak tau...," Kata Saluna.

"Gak tau?"
"Kamu itu kemaren ngobrolin__," Jiboy langsung menutup mulut Saluna,
"Iya, gue ceritain semuanya." Kata Jiboy.

*

"Woaah..., Kabar bagus dong?? Dia masih suka sama kamu. Balikan, balikan...," Kata Saluna heboh sendiri.
"Gak segampang itu, dia juga masih pacaran sama si Randy itu."
"Ya, gak apa-apa, kan kamu jadi gampang gitu ngerebut dia dan aku bisa bebas Yee..!!"
"Tapi,kan perjanjian kita lima bulan?? Gak bisa. Belum tentu besok dia masih suka sama gue? Lagian tuh cewe aneh, plin-plan. Kalo masih suka sama gue kenapa dia mutusin gue waktu itu??"
"Ya udah, ya udah, berarti empat bulan lagi kita bakalan putus. Saluna akan bersabar sampai waktunya tiba. Tapi Jiboy harus janji, nanti kalau kita udah putus dan perasaan kalian masih ada satu sama lain, dan kalian sama-sama jomblo, kalian harus balikan?"
"I,iya." Kata Jiboy, namun dengan raut wajah yang kecewa.

"Yeaay...., Kalian imut deh." Kata Saluna bahagia,

"Entah kenapa gue kesel ngeliat senyum elu kali ini, Saluna. Apa karena senyum lu itu mewakilkan kebahagiaan lu yang bakalan berpisah sama gue? Duuh..., Akhir-akhir ini gue kenapa, sih?"
.
.
.
.

Sebuah Pelarian (END)Where stories live. Discover now