Bagian 5: Tidak Terima

393 10 0
                                    


""Saluna!" panggil Jiboy.

Saluna yang merasa terpanggil pun berhenti dan menoleh.

"Pacaran yuk!" teriak Jiboy.
Namun Saluna malah mengernyitkan dahi. Jarak mereka teralu jauh, gadis itu pun mendekat.

"Hah? Ya?"

Jawaban Saluna sontak membuat senyum Jiboy mengembang.
"Iya?" tanya Jiboy yang malah menambah kerutan di dahi Saluna.

"Ternyata gampang juga bikin dia jadi cewek gue. Gue kira susah," batin Jiboy.

"Eh? Iya. Iya?" Saluna bingung.

"Kamu mau, gak nunggu gue? Eh, aku? Latihan sebentar lagi kelar!" seru Jiboy dengan wajah semringah. Saluna hanya melempar senyumnya karena sesungguhnya ia tidak begitu dengar apa yang Jiboy bicarakan.

"Kalo gitu lu, eh maksudnya kamu, jangan pulang dulu. Kita pulang bareng," kata Jiboy.

Sayang, Saluna malah geleng-geleng kepala.
"Hah? Dia kenapa, sih?" Saluna bingung lalu pergi begitu saja.

Ketika Jiboy selesai latihan, ia mencari Saluna ke seluruh pelosok sekolah. Sialnya, tadi ia tidak memiliki nomor ponsel Saluna. Satu-satunya yang ia miliki hanyalah ID IG-nya.
"Masa gue nge-DM dia?" gerutunya.

"Woy, Jiboy, lu gak pulang?" tegur Rifky yang kebetulan melihatnya.

"Gue nyari Saluna," sahut Jiboy.

Dahi Rifky mengernyit.
"Saluna? Ngapain nyari dia? Dia udah pulang, kali dari tadi."

"Oh, gitu ya? Kalo gitu gue duluan, daah," kata Jiboy.

"Tapi, tunggu!" cegah Rifky sambil menarik bahu Jiboy, membuat Jiboy berhenti.

"Buat apa lu nyari dia?" selidik Rifky.

Jiboy berbalik sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Hebatnya, sekarang gue sama dia udah jadian," sombong Jiboy, lalu pergi meninggalkan Rifky.

"What?? Heh!! Lu jangan bercanda!! Wooy!!" Sayangnya Jiboy tak menggubris dan langsung hilang dari pandangan Rifky.

"Gak bisa dibiarin! Gue harus konfirmasi ke Saluna!" gumam Rifky. Padahal jelas-jelas baru saja ia menyuruh sahabatnya sejak kecil itu untuk menjauhi Jiboy.

Di sisi lain, Saluna sedang asyik memasak untuk makan malam. Di atas meja dari tadi ponselnya berdering, tetapi ia tidak menghiraukannya.

Raymond, kakak laki-lakinya yang awalnya berniat mencomot makan malam, malah terganggu dengan dering ponsel Saluna dan menghampirinya.
"Rifky? Kenapa nih anak?" gumam Raymond lalu mengangkat telponnya.
"Ha—"

"Saluna! Lu jadian sama Jiboy??!!!" heboh Rifky di seberang.

"Hah? Saluna jadian sama siapa?" bingung Raymond, tetapi juga penasaran.

"Eh? Bang Ray," Rifky malah kaget karena yang menerima telponnya bukan Saluna.

"Ky, cepetan kasih tau gue, dia jadian sama siapa?"

"Lu tanya Salunanya aja, dah. Emmm, daah, Bang Ray." Tiba-tiba telpon ditutup.

"Ck.., dasar!" umpat Raymond lalu meletakkan ponsel Saluna di tempatnya.

"Kayaknya ada yang perlu di interogasi, nih," katanya lalu segera pergi ke dapur.

Raymond memandang Saluna yang sedang menata makanan di piring saji.
"Ada apa, Bang Ray?" tanya Saluna yang masih fokus pada masakannya.

Lelaki tampan nan tinggi itu mendekati Adik perempuannya.
"Adikku yang manis...." Raymond mulai membuka pembicaraan dengan kalimat manis.

"Hm?"

"Kamu udah jadian,ya?" selidik Raymond tanpa basa-basi.

"Jadian?" Saluma pun menghentikan kegiatannya dan menatap Abangnya.
"Sama siapa?" tanya Saluna.

"Aah, Bang Ray jangan mancing-mancing emosi, deh. Kemarin, 'kan aku baru ditolak, gak usah bahas lagi! Udah sana pergi!" usir Saluna kesal. Gadis ini mana pernah lupa bagaimana ia ditolak berkali-kali oleh lelaki bernama Ben.

"Eeh? Bukan, kata Rifky lu udah jad—" belum sempat mengatakannya, Saluna sudah mengeluarkan Raymond dari wilayahnya.

Ting!
Ting!
Ting!

Ponsel Saluna berbunyi lagi. Saluna langsung mengambil dan memeriksanya.

"Siapa,sih dari tadi ?? Bikin hape jadi heboh deeh!" katanya kesal. Ia melihat notifikasi ponselnya dan langsung membulatkan mata.
"Jiboy?" gumamnya.

Jiboy
Saluna, rumah lu dimana? Besok gue mau jemput elu.

"Hadeeh, nih anak masih aja!" gerutu Saluna lalu ia mengabaikan pesan dari lelaki tak jelas itu.

Keesokan harinya, baru saja Saluna mau menginjakkan kakinya ke kelasnya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Betapa kagetnya Saluna begitu sadar ada seseorang menariknya dan membawanya pergi.

"Hey, kamu siapa? Kenapa narik-narik aku kayak gini, iih!" Saluna berusaha melepaskannya, tetapi orang itu terlalu kuat untuk menariknya. Saluna mulai terpikir sesuatu.

"Hey, jawab! Kalo enggak...." Langsung Saluna mengerahkan kekuatannya dan menarik tangannya yang ditarik seorang laki-laki yang tidak ia kenal itu.

Alhasil tangannya berhasil lepas, laki-laki itu berbalik dan mengambil tangan Saluna lagi.

"Jiboy?" kaget Saluna.

"Cepetan, sini, gue mau ngomong sama elu!!" paksanya marah.

Saluna segera menyembunyikan tangannya di balik punggung.

"Apa? Mau ngomong apa?" tegas Saluna.
Jiboy menghela nafas kesal, berusaha bersabar.

"Pokoknya penting!!" kata Jiboy.

"Ngomong aja disini!" tega Saluna.

"Gak bisa! Lu harus ikutin kata-kata gue!!" paksa Jiboy.

"Hah? Emangnya kamu siapanya aku? Deket juga, enggak!!" Kata Saluna tegas.

"Gue? Lu nanya gue siapanya elu? Bahkan gue itu lebih deket dari si Rifky, tuh temen lu yang sok!" seru Jiboy.

"Hah?" Saluna makin bingung.

Jiboy tersenyum sambil mengulurkan tangan.
"Kenalin...." kata Jiboy.

"Gue Jefri Al-Giffari Abdullah, alias Jiboy, pacarnya Saluna Ratu Andriana."

Saluna menatap Jiboy dengan serius, tetapi ia tertegun begitu sadar sesuatu.

"Saluna Ratu Andriana itu 'kan nama aku? Idiiih.... Sok ngaku-ngaku! Kapan juga jadiannya???" seru Saluna yang enggan menjabat tangan Jiboy.

"Kemaren sore," jawab Jiboy.

"Haah?????!!!" Saluna tak Terima.

"Kemaren sore gue nembak elu dan elu setuju !" sahut Jiboy.

"Haah??? Apa-apaan ini? Kamu penipu,ya?" tukas Saluna.

"Kok penipu?"

"Ya iyalah. Aku gak pernah ngerasa jadian sama kamu." ujar Saluna lagi.

"Udah, deh, pokoknya Kita itu udah jadian, titik!!" tekan Jiboy.

"Enggak, enggak ! Aku gak mau. Kalo kita emang pernah jadian, mendingan sekarang kita put—" Belum sempat Saluna menyelesaikan kalimatnya, Jiboy langsung menutup mulutnya.

"Please, jangan lagi. Gue gak mau denger kata itu lagi." mohon Jiboy.
Saluna segera menyingkirkan tangan Jiboy.
"Nanti istirahat pertama kita perlu bicara!" ucapnya Saluna lalu pergi meninggakkan Jiboy sendirian.

Jiboy pun menghela napas.
"Gila. Gue gila!" gerutunya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Sebuah Pelarian (END)Where stories live. Discover now