Bagian 39

207 7 0
                                    

Tok
Tok
Tok

"Bang Ray..., Bang Ray di dalem gak?" Tanya Saluna dari luar kamar abangnya.

"Woy, lu ngapain di depan kamar gue, cantik?" Tanya Raymond yang ternyata ada di belakang Saluna.

Saluna berbalik dan berdiri menghadap Raymond,

"Abaaang....," Rengek Saluna dengan wajah yang sembab,

"Waduh..., Gawat ini, masuk cepetan ke kamar gue," kata Raymond langsung membukakan pintu kamarnya dan mendorong Saluna masuk, sedangkan Raymond memastikan tidak ada siapapun di sana.

Saluna masih sesenggukan, sedangkan Raymond melanjutkan tugasnya dengan laptopnya,

"Abaaang....," Rengek Saluna lagi.

"Kalo udah bisa ngomong, baru panggil gue, gue lagi ngerjain tugas, nih." Kata Raymond yang masih fokus dengan laptopnya.

"Sekarang..., Sekarang udah bisa, tapi Saluna mau minum dulu."

Raymond menghela nafas, "tunggu di sini, gue ambilin di bawah." Kata Raymond lalu men-save tugasnya lalu keluar kamar.

Saluna meminum segelas air yang diambil Raymond untuknya, sedangkan Raymond kembali fokus dengan laptopnya.

"Abaaang..., Gimana ini...,"

"Gimana apanya?"

"Sebentar lagi aku sama Jiboy mau putus, heuheu...,"

"Terus?"

"Aku..., Kayaknya gak yakin mau putus sama dia....,"

"Ya udah, ga usah putus."

"Ih, ini semua gara-gara bang Ray yang mempengaruhi aku,"

"Kok gue?"

"Iya, bang Ray bilang aku suka sama Jiboy, sekarang aku jadi gak yakin mau putus sama Jiboy, padahal udah perjanjiannya aku putus sama dia. Lagian, dia itu sukanya sama mantannya. Bukan sama aku. Hubungan ini gak bisa dilanjutin!!!"

"Jadi salah gue?"

"Iya !"

"Terus, gue harus ngapain?"

"Ugh...," Saluna mengacak-acak rambutnya frustasi, "aku juga gak tau...,"

"Kalo lu emang suka sama Jiboy dan lu tau Jiboy gak suka sama lu, ya bikin dia suka sama lu lah. Gimana, sih? Jadi orang tuh licik sedikit gak apa-apa kali."

"Ih, Abang mah ajarannya gak bener. Nyesel nih curhat sama playboy."

"Et dah ! Durhaka lu ya sama gue. Gue ini mantan playboy, udah pensiun gue jadi playboy!!"

"Iya,iya bercanda."

"Bisa bercanda songong juga lu ternyata kayak si bungsu!"

"Maaf abangku sayang."

"Ah, gak terpengaruh gue sama kata-kata manis lu. Sorry, gue lebih berpengalaman."

Saluna lalu mendekati Raymond dan memeluknya dari belakang,

"Abang, maaf."

"Ck, iya,iya, lagian gue juga berhutang Budi sama lu."

"Berhutang Budi apaan, bang?"

Raymond tersenyum, "udah minta Jelita ke sini sampe malem, terus secara gak sengaja, papa minta Abang anterin dia sampe rumahnya."

Saluna melepas pelukannya,

"Waduh, Abang beneran anterin sampe rumah dengan selamat,kan??"

"Ya iyalah ! Emang gue cowo apaan?"

"Abang itu mencurigakan, soalnya mantan playboy, hehe ..," kata Saluna lalu keluar dari kamar Raymond.

"Woy, sialan ! adek durhaka lu !!" Kata Raymond,

"Ah, coba gak ada tugas, udah abis tuh anak?" Kata Raymond lalu kembali fokus ke laptopnya.

*

Rifky tersenyum mendengar ocehan gadis yang sedang menelponnya,

"Terus jadinya kalah apa menang?" Tanya Rifky.

"Kalau lah, lagian udah ketinggalan poin begitu, ditambah lagi lawan pake  nambahin six poin. Ck. Kacau deh."

"Ya, tapi cheers harus tetep kasih semangat dong."

"Iya. Harus. Kita yang semangat sampe akhir. Harusnya tuh tim basket nyadar diri, malu sama tim cheers yang bersemangat sampe akhir, jangan KO cuman gara-gara ketinggalan poin. Haduuh...,"

"Jadi kamu yang repot."

"Ih, kok jadi pake aku-kamu ngomongnya?"

"Kenapa emangnya?"

"Aneh aja."

"Harus dibiasain lah."

"Oh, iya, elu..., Maksudnya kamu, gimana latihannya? Jangan terlalu maksain diri loh."

"Tenang. Kan semuanya udah diatur. Kita di sini juga harus tertib. Nanti kamu nonton ya pertandingannya, tujuh belas hari setelah latihan ini."

"Eh? Sebentar banget dong lu istirahat nya? Eh, maksudnya kamu...,"

"Gak apa-apa. Jangan maksain Ngomong pake aku-kamu."

"Tapi, Ky, gue mau ngajak elu ke pensi sekolah gue, kira-kira tiga hari sebelum pertandingan kamu. Kamu bisa gak? Ah tapi pasti lu latihan intensif yaa?"

"Enggak kok. Malah gak intensif banget. Nanti aku Dateng ke pensi sekolah kamu."

"Beneran?"

"Iya, anggap aja sebagai ngedate kita yang kedua?"

"Ih, apaan, sih? Kapan juga yang pertamanya?"

"Abis inilah. Jalan kek kemana gitu, nonton atau ngapain."

"Ya udah, nanti diomongin lagi. Ini udah malem. Lu tidur, istirahat yang cukup."

"Iya."

"Bye."

"Bye-bye."

*
*
*

Sebuah Pelarian (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora