Vanya kembali menatap Mevan yang masih menatapnya.

"Renata bawa buah-buahan buat jenguk lo," kata Mevan.

"Gua ngantuk Van, gua mau istirahat," balas Vanya yang kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, namun tidak dengan kepalanya.

"Belum mendingan juga?" tanya Renata.

"Gua ngantuk Van!" ucap Vanya dengan nada kesal.

"Nya gua ke bawah dulu yah," pamit Rega yang peka dengan suara Vanya yang terdengar tidak suks, Rega langsung menarik Renata pergi, tidak memperdulikan Renata yang menolak di bawa.

"Renata maksa buat ikut Nya, gua udah nyuruh Rega buat ngelarang Renata ikut, tapi Renata terus maksa buat ikut. Dan dengan terpaksa gua ajak dia, maaf yah," kata Mevan yang ternyata sudah sadar apa yang telah membuat Vanya seperti ini.

"Lo belom makan kan dari pagi? Makan yah, gua bawain lo donat loh," ucap Mevan mengubah topik.

"Lo tau kan Van apa yang bikin mood gua buruk?" tanya Vanya, tatapan tajamnya tak lepas menatap Mevan yang tengah membuka kotak berisi donat.

Mevan mengganguk paham.

"Tapi lo juga selalu tau Van apa yang bikin mood gua kembali baik," kata Vanya yang langsung merubah posisi tidurnya menjadi duduk, merampas kotak donat di tangan Mevan dan memakan donat dengan begitu semangat.

Mevan tersenyum singkat melihat Vanya memakan donat yang ia beli dengan lahap.

Seorang Mevan memang selalu gampang membuat mood Vanya buruk, tapu seorang Mevan pun selalu punya ribuan cara untuk mengembalikan mood Vanya lagi.

***


Sudah hampir seminggu Vanya tidak masuk sekolah karna masalah hidung yang masih tidak bisa bernafas seperti biasanya, dan Vanya tidak menyukai itu.

Namun kali ini dengan paksaan Mevan pada Vanya yang selalu menyuruh meminum obat dan makan dengan teratur, kini Vanya sudah mulai membaik, kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, hidungnya sudah mulai membaik, tubuhnya pun sudah tidak terasa habgat lagi.

"Cepet sembuh dan kembali jadi Vanya biasanya lagi yah," pinta Mevan sambil memakaikan jaket tebal pada tubuh Vanya yang sudah mulai membaik.

"Gerah Van," ucap Vanya sambil mencoba membuka kembali jaket yang tadi di pakaikan oleh Mevan.

"Udara lagi dingin, jangan di buka," kata Mevan sambil menahan ke dua tangan Vanya agar tidak membuka jaketnya.

Vanya menurut, membenarkan kembali jaket di tubuhnya, dan memasukan ke dua tangannya pada saku jaket.

"Gimana hari-hari lo di sekolahan tanpa gua Van?" tanya Vanya sambil menyederkan kepalanya pada pundak Mevan. Menatap ke arah jalanan yang baru saja tergujur hujan.

"Ngerasa ada yang hilang, dan gua gak suka itu," jawab Mevan, merangkul tubuh Vanya agar lebih dekat padanya.

Vanya tersenyum senang mendengarnya, hari esok ia akan masuk sekolah agar Mevan tidak kembali merasa ada yang hilang.

"Boleh nanya?" tanya Mevan dengan nada serius, membuat Vanya merasa penasaran.

"Apa?" Vanya balik bertanya sambil menatap Mevan.

"Arti dari IPS apa?"

"Ilmu Pengetahuan Sosial."

"Kalo IPA?"

"Ilmu Pengetahuan Alam."

"Kalo KPK?"

"Komisi Pemberantasan Korupsi, ngapain nanya itu sih Van? Anak TK juga tau kali artinya apa," kata Vanya dengan sebal.

"Tapi arti KPK salah lo Nya," ujar Mevan sambil tersenyum.

"Lah?" Vanya menatap Mevan dengan kening berkerut.

"Artinya itu Kamu Punya Aku," kata Mevan yang langsung membuat Vanya merasa salah tingkah.

"Garing nyet!" balas Vanya sambil membuang muka, menyembunyikan ke dua pipinya yang terasa panas.

"Garing tapi salah tingkah yah," sindir Mevan sambil menahan tawa.

"Apaan sih gak jelas! Gak berbakat lo ngegombal kek gitu!" ucap Vanya dengan nada sedikit kesal.

Mevan terkekeh pelan, kembali menyandarkan kepala Vanya pada pundaknya dan merangkulnya dengan erat.

"Terimakasih telah menjadi pelangi di hati gua," ucap pelan Mevan.

"Pelangi hadir hanya sesaat Van," kata Vanya.

"Tapi lo hadir untuk selamanya," balas Mevan tanpa memperdulikan maksud dari ucapan Vanya barusan.

Bagi Mevan Vanya adalah segalanya, ia ingin selalu bersama Vanya untuk selamanya, ia benar-benar tak ingin kehilangan Vanya.

Meski Mevan sadar, jika masih ada orang-orang yang tidak menginginkan mereka bersama, Mevan sadar jika masalah di hubungan mereka masih belum di mulai, dan ia harap jika masalah terbesar itu datang pada hubungan mereka, Mevan harap kepergian salah satu di antara ke duanya bukan akhir dari cerita mereka.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang