Part 39 - Rahasia Raisya

2.9K 60 5
                                    

Jika kebencian bisa membuat seorang kehilangan akal. Apakah aku akan begitu jika membencimu.

-The day with you-

_____________________________

     Mata Tasya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya. Penempatkan tempat tidur di bawah jendela dan berhadapan langsung dengan pintu membuat mata Tasya menyipit karena pantulan sinar matahari yang mengintip di balik tirai jendela.

Tasya mengubah posisinya menjadi duduk dan matanya berkeliling mengamati sekitar. Kamar ini memiliki nuansa bertema Vintage Feminine dan ia tahu betul tema kamar tersebut.

Kesan feminin yang dihadirkan lewat furnitur berdesain simpel namun dinamis membuat Tasya yakin kamar ini pasti milik seorang cewek. Lihat saja penggunakan warna-warna pastel lembut pada cat dinding dan satu bagian dinding yang diberi warna marun serta kursi berwarna pink di bagian sudut tempat tidur untuk menghilangkan kesan kaku dan dingin pada desain kamar tidur minimalis dengan ukuran standar.

Sebenarnya ini kamar siapa, itulah yang ada dipikiran Tasya saat ini. Cewek itu berusaha mengingat kejadian sebelumnya hingga kepalanya berdenyut dan terasa sakit.

Suara ketukan pintu berulang kali membuat Tasya menoleh ke arah sumber suara. Di depan pintu Raisya berdiri dengan tangan membawa sebuah nampan berisi makanan.

"Raisya," ucap Tasya sambil menyeringai.

Raisya berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berada di sudut tempat tidur. "Sya, lo makan dulu," ucap Raisya sambil menyerahkan makanan yang di bawanya.

"Ini kamar lo?" pertanyaan itu meluncur dari Tasya sebelum cewek itu mengambil makanan tersebut. Raisya mengangguk.

"Kenapa gue bisa ada di kamar lo?" tanya Tasya lagi.

"Lo makan dulu, nanti gue kasih tahu." Raisya meletakkan makanan tersebut di depan Tasya. Cewek itu menurut dan memakannya perlahan.

Raisya memandang sendu wajah Tasya yang sedang menikmati makanannya. Hatinya merintih melihat wajah polos Tasya yang tak berdosa.

Raisya menunduk, meremas jemarinya. "Maaf Sya." Ucapan Raisya terdengar lirih di telinga.

Tasya tersedak lalu menoleh, ia menghentikan sejenak kegiatan makannya dan menatap Raisya dengan kening yang berkerut tipis.

"Lo kenapa minta maaf?" tanya Tasya heran.

"Karna gue merasa bersalah sama lo," sahut Raisya masih dengan posisi kepala menunduk.

"Atas dasar apa lo merasa bersalah sama gue?" Raisya tidak merespon. Bahu cewek itu bergetar dan terdengar sayup-sayup suara isakan tangis.

"Raisya, lo gak perlu takut buat bilang yang sejujurnya. Apapun itu gue akan berusaha menerimanya." Tasya mengusap pelan bahu Raisya.

"Seharusnya gue gak perlu melibatkan lo dalam masalah gue." Wajah Raisya mendongak dengan air mata yang membanjir.

"Apa yang udah gue lakuin itu hampir membuat lo celaka," sambung Raisya.

"Tapi gue gak punya keberanian buat menolak. Sekali lagi maaf Sya," tambah Raisya.

Kedua alis Tasya di tekuk. "Gue gak paham lo bicara apa?" Tasya balas bertanya, menatap tidak mengerti.

"Gue masukin obat tidur di minuman lo waktu di cafe," ucap Raisya terang-terangan.

Tasya tersentak kaget dan menatap Raisya dengan serius. "Kenapa lo tega lakukan itu!" seru Tasya menyuarakan protesnya.

The Day With You (COMPLETED)Where stories live. Discover now