prolog

7.8K 315 21
                                    

"Tasya," panggil sang kakak.

"Ada apa kak Mila," jawab sang adik.

"Kamu lihat foto laki-laki ini, dia adalah sahabat baik kakak."

"Tampan ya, boleh jadi jodoh aku kalo udah besar nanti," pinta sang adik dengan wajah polosnya.

"Tentu saja boleh."

"Siapa nama sahabat kakak?"

"Namanya Kevin. Kakak dan laki-laki ini sudah berjanji kalo udah besar nanti kita harus bersama."

"Berarti akan jadi jodoh kak Mila dong, berarti gak bisa buat Tasya dong." wajah adik kecilnya cemberut dan sedih.

"Jangan sedih, kamu akan menggantikan posisi kak Mila."

"Kenapa?"

"Karna kakak gak akan bisa menempati janji itu. Kamu sanggup kan?"

"Sanggup." Jawab sang adik dengan senyum manisnya.

"Tasya, Mila ayo siap-siap. Katanya mau pergi ke taman bermain, itu udah di tunggu Pak Wanto." panggil sang bunda.

"Ayo kak kita pergi." Tasya menarik tangan kakaknya menuju mobil.

"Dadah bunda." gadis kecil itu melambaikan tangan ke arah bunda dan ayahnya.

Setelah kepergian kedua putrinya Efi dan Vanio kembali masuk ke dalam rumah. Lalu mereka bersantai di ruang keluarga.

"Mas, gimana hasilnya? Ibu udah kasih kabar?" tanya Efi pada suaminya.

"Sudah. Jantung Mila tidak cocok dengan Nasya, dan hanya Tasya yang cocok," jawab Vanio.

"Efi, kenapa kamu minta ibu lakukan pemeriksaan itu? Apa kamu sudah nyerah dengan keadaan Mila sekarang?" tanya Vanio heran.

Efi menatap suaminya dengan serius. "Mas dengarkan aku, Mila yang minta sama aku dan itu sudah menjadi pilihan dirinya sendiri."

"Mas aku takut kehilangan mereka semua, aku gak bisa hidup tan–" ucapan Efi menggantung karna bunyi handphone nya.

081520******calling......

"Mas ini nomer siapa?" tanya Efi.

"Sudah angkat aja." jawab Vanio.

"Halo."

°°°°°

Efi dan Vanio masuk dengan tergesa-gesa di lorong rumah sakit menuju ruang ICU. Tepat saat mereka sampai seorang dokter baru saja keluar. Mereka pun langsung melontarkan pertanyaan.

"Dok, bagaimana keadaan kedua putri kami?"tanya Efi panik.

"Bapak dan ibu sabar dulu, saya akan jelaskan semuanya." ucap dokter tersebut.

"Sebelumnya kami dari pihak rumah sakit meminta maaf kepada bapak dan ibu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi pendarahan di kepala Mila tak bisa di hentikan. Mila kehabisan banyak darah sedangkan pembuluh darahnya tidak bisa memproduksi sel darah merah lagi. Dan pihak rumah sakit telah menyatakan putri bapak dan ibu Mila sudah tiada."

Seketika kaki Efi terasa lemas dan ia pun tersungkur jatuh ke lantai dengan air mata yang mengalir dengan derasnya. Vanio mengusap punggung Efi untuk menenangkan istrinya.

"Terus bagaimana dengan putri saya Tasya?" tanya Vanio.

"Tasya selamat. Hanya saja–" ucapan dokter itu menggantung.

"Hanya saja apa dok!" bentak Vanio tak sabaran.

"Tasya mengalami kebutaan karna pecahan kaca mobil. Tapi kami telah memeriksa kornea mata Mila dan ternyata cocok dengan kornea Tasya. Jika bapak dan ibu mau kami bisa melakukan operasi cangkok mata sekarang juga."

"Lakukan saja dok!" ucap Efi yakin.

°°°°°

Note:

Maaf bila ada kesamaan nama tokoh,latar tempat, serta kata-kata yang sama. Cerita ini murni dari hasil pemikiran saya sendiri. Dilarang plagiat.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote dan komentar. Sampai bertemu di part selanjutnya.

The Day With You (COMPLETED)Where stories live. Discover now