Part 40 - Kita Sudah Berakhir

1.1K 70 7
                                    

Tolong jangan kecewain sabarnya seseorang. Karna kamu gak akan pernah tau nahan kecewa berbarengan sama rasa sabar itu susah.

-The day with you-
_____________________________

   Bela duduk di samping Efi sambil mengusap bahu wanita itu untuk menenangkannya. Sudah dua hari ini wanita itu terlihat murung dan tak henti hentinya menangis memikirkan kondisi Tasya.

Di seberang sana, Vanio terlihat berkali-kali menghela nafas panjang sambil berjalan mondar-mandir. Garis-garis cemas terlihat jelas di wajah Vanio. Laki-laki itu mendengus frustasi setiap kali selesai menelepon.

"Gimana mas? Ada kabar soal Tasya?" tanya Efi dengan suara parau. Vanio menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menoleh dan menggeleng membuat raut cemas terlukis di wajah wanita itu.

"Tante sabar dulu. Bela sama yang lain juga lagi berusaha mencari Tasya," ucap Bela menenangkan Efi.

"Gimana tente bisa tenang Bela! Tasya itu sakit dan kondisinya mudah drop!" bentak Efi naik darah.

"Tasya itu orangnya keras kepala, dia tidak pernah mau mendengarkan permintaan tante. Setiap tante minta dia untuk segera cemotherapy pasti Tasya selalu mencari alasan untuk menundanya," oceh Efi mengomel sendiri.

"Sekarang tante bingung harus seperti apa lagi menghadapi Tasya." Efi menghela nafas frustasi. Bela bungkam, takut terjadi adu mulut jika cewek itu salah bicara.

Vanio melangkah mendekat ke tempat Efi dan Bela sambil berdecak. Vanio bersikukuh mulai sebal dengan anak buahnya yang di tugaskan mencari putrinya, namun sampai saat ini tidak membuahkan hasil.

Efi melempar tatapan pada Vanio dengan wajah kesal. "Mas, masa tidak ada satu pun anak buahmu yang berhasil menemukan keberadaan Tasya! Jumlah mereka ada banyak kan!"

"Kamu pikir mencari keberadaan seseorang itu semudah membalikan telapak tangan!" cetus Vanio.

"Kalo begitu buat apa membayar mereka mahal-mahal jika mencari satu orang saja tidak bisa! Lebih baik pecat saja mereka!" seru Efi menyuarakan protesnya.

"Terus siapa yang akan mencari Tasya! Kamu? Kamu saja bisanya hanya duduk dan menangis!" Efi melotot. Bukannya menghibur, suaminya malah mengajak adu mulut.

"Mas! Kamu lihat dirimu sendiri dulu! Selama ini kamu kemana saja! Memang kamu pernah perhatian dengan Tasya! Tidak pernah mas! Kamu cuma bisanya bekerja dan dengan santainya memberi uang tanpa tahu apa keinginan Tasya!" Efi bangkit berdiri dan bersedakap dada. Teriakannya berhasil menyulut emosi Vanio.

"Sekarang saya tanya, apa bedanya kamu dengan saya?! Kamu juga tidak pernah perhatian dengan Tasya! Kamu dengan santainya malas-malasan di luar negeri dengan teman-teman kamu!" gentak Vanio membuat hati Efi merintih bagaikan di tusuk seribu pisau.

"Mas, aku di sana membantu bisnis kamu bukan santai-santai! Teman-temanku adalah kolegan perusahaan kita, wajar jika aku sering ikut kamu ke luar negeri," sergah Efi terdengar lirih di telinga. Tetes air matanya jatuh menerpa wajah.

Bela mengelus dada dan menghembuskan nafas memperhatikan perdebatan dua orang tersebut. Cewek itu hanya bisa duduk terpaku tanpa melakukan apapun. Ia tidak mau gegabah dalam bertindak, bisa-bisa nanti masalah makin runyam.

The Day With You (COMPLETED)Where stories live. Discover now