Part 42 - Mampukah Aku Bertahan?

1.2K 72 9
                                    

Sekuat dan sehebat apapun kamu mempersiapkannya, perpisahan selalu meningalkaan duka dan luka yang mendalam.

-The day with you-
_____________________________

   Raisya dibawa petugas kepolisian ke sebuah tempat yang dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan yang merupakan Unit Pelayanan Teknis di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dapat dipastikan saat ini Raisya sudah bercucuran keringat dingin, tangannya bergetar sambil meremas jemari saat pertama kali ditangkap lalu digiring petugas ke kantor polisi setelah Reno menghubungi pihak berwajib.

Di ruang interogasi, Raisya tak akan mampu lagi berkutik, apalagi ia hanya seorang cewek SMA yang selama ini tidak pernah berurusan dengan hukum. Ruangan itu hanya diterangi lampu temaram yang tersorot ke arahnya, tak tahu apa itu siang ataupun sudah malam.

Di luar sana Reno ikut menyaksikan proses interogasi yang dilakukan polisi terhadap Raisya. Proses interogasi dilakukan untuk mengorek informasi lebih lanjut terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Tasya. Prosesnya dilakukan secara tertutup dan rahasia, kecuali untuk Reno, karena Reno adalah pihak pertama yang melapor sehingga ia berhak menyaksikan proses interogasi.

Selama proses interogasi, Raisya tidak menunjukan ekspresi wajah bersalah. Cewek itu tidak memanipulasi diri, menjeda ataupun menyanggah setiap pertanyaan yang dilontarkan pihak polisi.

"Saudari Raisya tolong jawab pertanyaan saya. Jika anda terus diam, maka anda akan dinyatakan bersalah," ucap polisi itu dengan baik-baik.

"Sekali lagi saya tanya apakah anda yang mendorong saudari Tasya dari atas gedung?" tanya Polisi itu masih dengan intonasi lemah lembut.

Tidak ada respon dari Raisya. Bibir cewek itu tidak mampu untuk menjawab semua pertanyaan. Raisya memilih bungkam, menyembunyikan kebenaran yang ada. Walaupun Bunga pernah melakukan hal buruk kepadanya, tapi mereka tetaplah sahabat.

"Saudari Raisya tolong bicaralah. Jika anda memang tidak merasa bersalah katakan yang sejujurnya. Itu akan sangat membantu kami." Polisi itu mendegus melihat Raisya tetap bungkam.

Raisya menunduk untuk mengalihkan pandangan, mengikuti kata hati dan pemikiran daripada mengatakan yang sebenarnya.

Polisi itu terus membujuk Raisya untuk bicara dengan bersikap normal dan santai, mencoba menyesuaikan keadaan mereka agar dapat dipercaya sehingga cewek itu mau menceritakan kejadian yang sejujurnya.

"Katakanlah yang sejujurnya, anda tidak perlu takut selama anda memang tidak bersalah. Pihak polisi memerlukan pengakuan anda untuk memberi informasi yang dapat membantu memajukan kasus ini."

"Sudah lah pak. Mana ada maling yang mau mengaku," timpal Reno menyindir.

"Saudara Reno mohon diam! Di sini anda tidak berhak bicara!" seru polisi itu mengingatkan.

"Untuk saudari Raisya jika anda tidak mengatakan apapun, maka anda bisa dijatuhkan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan hukuman penjara maksimal dua puluh tahun penjara." Wajah Raisya mendongak dengan mata melebar. Ia jadi terkesima mendengarnya.

"Apa anda masih ingin bungkam?" lanjut polisi itu. Raisya sudah payah menelan ludahnya, meremas jemari dengan jantung berdetak kencang.

"Sudah lah Raisya tinggal katakan saja yang sejujurnya," timpal Reno dengan nada bersekongkol.

"Apa jangan-jangan kejadian ini ada hubungannya sama Bunga? Makanya lo diam untuk menyelamatkan cewek licik itu!" sambung Reno memancing emosi Raisya.

The Day With You (COMPLETED)Where stories live. Discover now