17. Falling Love?

58 14 4
                                    

Assalamualaikum?
Hai semua?
Aku cuma mau ngingetin, sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an, jadi jangan sampai kita lalai dengan kewajiban ya.

Selamat membaca😊

***

"Nah, ini anak angkat Bunda. Biasa dipanggil Alang. Hm panggilan kesayangan. Kalau nama sebenarnya ...."

"Tetap Alang." Pria ber-sweater abu dan menggunakan masker, menyela ucapan Karin. Memilih untuk menyebutkan namanya sendiri.

Karin memicingkan matanya, menatap Alang dengan kepala sedikit mendongak ke kanan.

Aliya menyorot tajam pria itu. Alang yang tak sengaja bertemu tatap dengannya membalas tatap lebih tajam lagi. Sengit. Seakan saling mengeluarkan cahaya bak sengatan listrik.

"Ngapain sih lo? Kayak mau makan orang tau gak!" desis Putri yang sengaja mencubit pelan punggung tangan Aliya. Mendengar hal itu Aliya langsung mengalihkan pandangannya. Menatap 'sok' serius wajah Karin.

"Ah iya namanya tetap Alang sih. Hehe." Karin sengaja membuat alasan. Dia mengerti saja kalau Alang memang tidak ingin ia menyebutkan nama aslinya. Yang ia tidak mengerti adalah apa alasannya. Dan yang paling tidak mengerti lagi adalah kenapa suara Alang mendadak dibuat berbeda dari biasanya?

"Oh. Hai Alang?" sapa mereka terkecuali Aliya. Entah kenapa setelah keluar dari kamar mandi, ia lebih banyak diam. Raut wajahnya terlihat tengah memikirkan sesuatu. Entah apa.

"Nama gue Ri ...." Risa baru saja mengulurkan tangannya di hadapan Alang dan ingin memperkenalkan diri namun segera dipotong oleh Alang, "Gak perlu. Gak nanya kok." Tanpa disengaja, kelima gadis itu menganga secara bersamaan.

Karin mendesah pasrah. Sedikit merasa bersalah karena telah memaksanya untuk berkenalan dengan para tamunya itu. Padahal sejak awal Karin tau kalau Alang tidak mudah membuka diri kepada orang baru.

"Bunda, Alang mau balik ya?" Tanpa basa-basi lagi ia menyalim tangan Karin lalu beranjak pergi. Tak menghiraukan anak-anak yang memanggilnya dan menahannya untuk pulang.

Netra kelima gadis itu memperhatikan kepergiannya. Sampai-sampai nyaris kepala mereka memutar 180 derajat, dan itu pun masih dengan mulut yang terbuka. Masing-masing berkata dalam hati.

"Ehem ehem." Dehaman Karin membuat mereka tersadar dengan perilaku yang seolah sedang terhipnotis oleh sosok Alang Itu. Mereka lantas berbalik badan, kembali menjadikan Karin sebagai pusat perhatian.

***

Setelah pamit, kelima wanita young adult itu pun berjalan keluar dari panti tersebut. Aliya berjalan seraya mendorong kursi roda Karin. Memang Karin berniat untuk mengantar mereka sampai di depan pintu.

"Makasih banyak ya Bunda? Kami pamit dulu," ujar Putri mewakili.

"Iya Bunda. Makasih banyak," sahut yang lainnya kecuali Aliya. Dia malah terkesima dengan pemandangan yang berada tak jauh di depan mobil Putri.

"Eh, seharusnya Bunda yang bilang makasih banyak sama kalian." Karin tersenyum dengan ramahnya.

"Kirim salam sama Babe Erik ya Bunda. Semoga urusannya lancar dan cepat balik lagi," ujar Putri. Dia mengetahui soal suami Karin setelah tadi diperbincangkan. Karin manggut-manggut menanggapinya. Lalu berujar, "Aamiin. Sekali lagi makasih."

Aliya yang masih tak beranjak dari belakang Karin masih saja terpaku pada pemandangan yang sama.

"Gak boleh pulang pokoknya."

"Kok gitu sih? Biasanya juga boleh."

"Tapi Kakak kan hari ini lagi sakit. Biasanya kalo sakit Kakak gak pulang. Tidur di sini. Iya kan temen-temen?"

Love Is Sacrifice (Sedang Revisi)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें