13. Sweet Friend

61 20 2
                                    

"Richard?" panggil Aliya saat mereka sudah tiba di depan kos Aliya. Richard yang duduk di depan kemudi, menoleh. Menatap datar.

"Hmm, lo sakit apa?"

"Biasanya kalau badan panas sakitnya apa?"

"Demam."

"Tu tau."

"Beneran cuma demam? Kok tadi megangin dada?"

"Itu sih sakit hati!"

"Hah?" Aliya mengernyit.

"Baru pertama kali ditampar cewek. Jatuh harga diri gue!" Matanya melotot menatap Aliya.

Aliya mendecih. "Yang ada lo yang jatuhin harga diri gue!" tegasnya.

"Oke." sahutnya cuek. Lagi-lagi dia kembali seperti Richard sebagaimana biasanya. Aliya cemberut. Tatapannya lurus ke depan. Kedua tangannya dilipat di dada.

Gak tau diri! Udah salah malah nyalahin orang. Minta maaf juga kagak. Dasar kampr*t! Gerutu Aliya.

"Ya udah sana turun!" seru Richard. Aliya berdecak kesal. Dengan segera ia melepaskan seat bealt dan keluar dari mobil Richard.

"Richard sialan!" Dengan keras ia membanting pintu mobil. Richard sedikit terkejut dibuatnya.

"Woi!" Richard membuka jendela mobil. Menoleh ke arah Aliya yang sudah berdiri di atas trotoar dan sisi mobilnya. Seperti yang sudah sudah, Richard kembali tak sudi memanggil nama Aliya. Dia berubah secepat kilat.

"Apa lagi?" tanya Aliya ketus.

"Sama-sama. Gue terharu dengar ucapan terima kasih lo. Gue emang baik sih orangnya," ujarnya datar. Seringai kecil singgah di bibirnya.

Aliya mengangkat sudut kanan bibirnya. Menatap Richard sebal. "Dih, PD! Seharusnya lo yang bilang makasih sama gue!" sahutnya nyolot.

"Gak sudi. Lo gak tulus kan? Barusan lo pamrih!"

"Susah ngomong sama lo!" bentak Aliya.

"Emang." Richard menekan kalimatnya. Tatapannya pun tajam. Aliya melototinya. Perasaan geram menyelimutinya. Ingin rasanya mencabik-cabik wajah Richard yang ketampanannya melebihi wanita itu.

"Sampai jumpa di kampus!" ujar Richard hendak mengakhiri perdebatan mereka.

Aliya mendengus. Sorot matanya kembali normal. "Jangan kuliah kalau belum sembuh bener!" katanya.

"Eh, peduli?" Richard mengernyit.

Aliya kembali melotot. Dia sadar jika perkataannya barusan terkesan menunjukkan kepedulian. Tapi ini bukan soal Richard orangnya melainkan siapapun orang yang berada di dekatnya saat ini ~kalau sedang dalam posisi Richard~ pasti dia juga akan bertindak serupa. Sepertinya Richard berlebihan!

"Udah ah, gue mau masuk!" Lelah menghadapi lelaki itu, Aliya pun lekas melangkahkan kakinya meninggalkan Richard yang menatapnya sembari tertawa kecil.

Jendela mobilnya kembali di tutup. Richard pun melajukan mobilnya.

***

Seseorang berdehem seakan memberi kode kepada Aliya. Wajah Aliya yang masih cemberut itu langsung menoleh ke sumber suara.

Bang Roziq!

Aliya nyengir kuda. Bang Roziq meledek cengirannya dengan cengiran juga.

"Udah beli sarapannya neng?" Nada bicara Roziq sok manis. Aliya menggaruk kepala yang tak gatal. Cengengesan menanggapi Roziq.

"Abang udah waras yak?"

"Alhamdulillah. Berkat doa neng Aliya," sahutnya sembari  memukul mukul pentungan di tangannya berkali-kali. Tatapannya tajam.

Love Is Sacrifice (Sedang Revisi)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora