15. Kembali?

50 13 2
                                    

Tuk tuk tuk.

Putri mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penggaris besi sembari berteriak, "Attention attention (baca: tetap 'attention'), well to the well, listen to me please!" Mendengar teriakan Putri yang menggema, teman-teman kelas yang sudah beranjak ingin pulang, mengurungkan niat. Menaruh perhatian pada Putri.

Aliya yang sedang duduk di kursi dosen, terkekeh geli mendengarkan pronounce Putri yang amburadul. Dengan jahil, ditendangnya bokong Putri hingga terloncat beberapa langkah ke depan.

"Ih, kasar banget sih!"

"Lagian elo, Bahasa Indonesia aja belum bener, sok-sok English segala lo! Kacau!!"

"Biarin." Putri mencebik. Dijulurkan lidahnya. Aliya tertawa renyah. Temannya yang satu ini memang rada unik. Putri sering sekali membuatnya geram tetapi juga yang paling sering membantunya saat kesusahan.

"Okay, aku mau kasi tai ke kalian, kalau nanti sore, kita bakal ke panti asuhan. So, barang siapa yang terjatuh di toko sebelah mohon dipungut kembali barangnya."

"Hahahahaha."

Aliya kembali menendang bokongnya.

"Kampr*t," umpat Putri. Dini dan Risa serentak menimpukinya kertas yang sudah diremas sembari menyorak, "Huuu, turunkan harga BBM! Naikkan harga diri wanita!" Sontak saja gelak tawa kembali pecah, menghiasi kelas yang seharusnya sudah dikosongkan beberapa detik yang lalu. Aliya pun tertawa ngakak dan rasanya dia ingin sekali menjungkitkan kursinya ke belakang sampai ia akhirnya terjengkang seperti biasanya, kemudian biar tambah greget dia ingin berguling-guling indah di lantai. Tapi ... tidak. Dia malu. Ah, syukur dia masih punya malu.

"Naikkan harga diri banci dong!" pekik seorang lelaki yang dikenal agak gemulai. Kali ini dia yang menjadi pusat perhatian.

"Ada yang LGBT woiii, hajaaaarr!" seru Aliya membuka suara . Sontak saja lelaki yang bernama Nunu itu melebarkan pupil matanya.

"Busyet, gua jadi gulai itu bawaan! aslinya masih normal woii," sangkalnya.

"Gemulai!" sahut beberapa orang membenarkan ucapannya.

"Ah, masa? gue cium mau lo?" Seorang lelaki yang menjabat sebagai ketua kelas membuka suara.

"Ya, maulah," jawab Nunu semangat. Suara tawa kembali menggema. Ketua kelas yang bernama Savian mengeluarkan seringaian lalu memajukan bibirnya dua senti. Matanya menyiratkan kemesuman. Melangkah pelan-pelan menghampiri Nunu.

Nunu yang berdiri lima meter darinya bergidik ngeri. "Ampun, gua becanda sumpah. Jijik gua!" Nunu kalang kabut dan berlari menghindari Savian. "Savi please stop ya! Gua jijik banget woi!"

"Hahahaha." Tak ada satu pun yang tidak tertawa di sana. Kelas itu memang selalu riuh. Ya, maklum namanya juga anak komunikasi yang mana berisi manusia-manusia yang easy going (kecuali Richard). Mereka jadi lupa pulang dan juga lupa mempertanyakan pembahasan apa yang sebenarnya akan Putri sampaikan.

Brukk.

Terwujudlah sudah hasrat hati Aliya untuk terjengkang dan berguling-guling di lantai. "Goblok! Goblok!" sorakan itu mengarah pada Aliya.

***

"Jangan terlalu sering minum obat itu," ujar seorang laki-laki yang diperkirakan usianya tiga puluh tahunan. Di saat yang bersamaan, seorang pembantu perempuan di rumahnya datang membawakan dua gelas green tea dingin yang kemudian diletakkan di hadapan mereka. "Silakan tuan, saya permisi." Setelah sedikit membungkuk hormat dan mempersilakan mereka, ia pun beranjak pergi.

Love Is Sacrifice (Sedang Revisi)Where stories live. Discover now