1. Richard Vs Aliya

340 25 17
                                    

"Dahh." Seorang gadis berambut sebahu membalas lambaian dua cewek pengendara sepeda motor yang baru saja melintasinya.

Menyusul mobil Esteem biru tua yang melaju pelan mengiringi langkah gadis itu. Pengemudi mobil menurunkan kaca jendela. Memandang temannya sebentar, lalu bertanya, "Yakin gak mau ikut?"

"Gak usahlah. Kan ada Mira." Yang ditanya menjawab dengan senyum lebar.

"Halah! Kan bisa ikut mobil gue juga kalik."

"Gak usah, Put. Ngerepotin. Kan beda arah." Mendengar itu, si pengemudi Esteem yang dikenal dengan nama Putri seketika menghentikan mobilnya. Gadis itu ikutan berhenti mendadak.

Putri memicing menatap temannya yang doyan bersikap sok jual mahal saat ditawarkan bantuan.

"Apa sih? Gue bilang enggak papa. Jangan maksa deh."

Putri meringis. Melemparkan pandangannya ke depan mobil. Sedetik dua detik hening. Hitungan ketiga

Dugg!

"Aw." Aliya refleks memegangi kepala bagian belakangnya.

"Hahahaha." Terbahak-bahak Putri. Melirik spion, cewek itu melihat seorang pria yang diperkirakan tersangka pelaku percobaan pemusnahan kepala Aliya, temannya yang sok jual mahal itu. Tapi setelah dipikir pikir lagi, tak mungkin kalau pria itu pelakunya. Yang Putri tahu, cowok itu tak suka mencari masalah.

"Aduh, siapa sih? Gak sopan amat." Aliya menoleh ke belakang.

"Siapa pun orangnya, sampein terima kasih gue ke dia ya?" pinta Putri di sela tawanya.

Aliya mengernyit heran. "Ngomong apa sih lo?"

"Tadi gue yang mau jitak kepala lo, tapi udah keduluan. Bilang sama dia, lain kali kalau mau ngelempar orang jangan pake botol kosong. Kalau bisa yang masih ada isinya atau yang berat sekalian semacam botol sirup misalnya. Hahaha." Tepat saat itu, Putri melajukan mobilnya. Menyisakan tawa jahat yang berdengung-dengung di telinga Aliya.

"Sialan lo!" umpatnya. Menendang kerikil yang tak berdosa.

Aliya berbalik badan. Matanya melebar saat melihat seorang pria pemilik mata elang berjalan ke arahnya. Namun yang lebih mengejutkan adalah saat pria itu menghentikan langkah tepat di depannya.

Dengan mata yang lebih tajam dari silet, cowok itu menatap Aliya. "Sorry, sengaja," ujarnya enteng.

"Jadi elo yang barusan ngelempar gue?"

"Kalau iya kenapa?" tanya balik cowok itu dengan nada menantang. Aliya melotot geram. Bukan Aliya namanya kalau diperlakukan seperti itu masih bisa sabar.

"Lo tahu ini apa?" Gadis itu mengepalkan tangan dan mengacungkannya di depan wajah cowok itu.

"Jari," sahutnya datar.

Melihat raut tenang tanpa dosa yang tergambar di wajah pria itu, jelas saja Aliya bertambah geram. Tanpa pikir panjang lagi, cewek itu mengayunkan tinju dan ...

"Tolong buang sampah gue, ya? Kata Pak Agung, kebersihan sebagian dari iman." Aliya gagal meluapkan emosi. Cowok itu cepat menghindar dan melenggang pergi meninggalkannya. Tak lupa menitipkan pesan yang membuat gadis itu naik darah.

Richard tersenyum miring. Masih saja meneruskan langkahnya.

Aliya berbalik badan. Lekas mengejar Richard dan menghadang jalannya.

"Berhenti!" Aliya merentangkan tangan. Langkah Richard seketika terhenti.

"Gue punya pertanyaan!" lugas Aliya.

Love Is Sacrifice (Sedang Revisi)Where stories live. Discover now