Tempat Berlabuh Terakhir

7.9K 277 39
                                    

***

"Jadi diundang nih?"

"Ya diundang lah, masa iya gak diundang", atika mengaduk hot chocolate dihadapannya.

Diluar sana masih hujan. Sepulang kerja tadi, arkan mangajak atika bertemu disalah satu kafe yang ada dipusat kota. Mereka akan membicarakan beberapa hal mengenai pernikahan mereka setelah Ramadhan mendatang.

"Yaudah deh, Imam diundang",jawab arkan mengiyakan permintaan tunangannya. Sebenarnya ia masih merasa cemburu pada imam. Hingga sekarang imam masih sering berkomunikasi dengan atika.

Atika hanya mengangguk,"terus, ukhti salsa juga jangan lupa diundang",pesan atika mengingatkan.

"Terserah atika aja",jawab arkan ragu-ragu.

"Oke! Harus diundang dong",jawab atika enteng.

Arkan mengernyit, mengapa segitu santainya atika memjawab untuk mengundang salsabila.

"Atika gak cemburu?", tanya arkan hati-hati.

Atika mengerutkan keningnya. Ia diam sesaat, dan sekarang ia tahu. Ternyata arkan masih merasa cemburu terhadap Imam. Dan sekarang, arkan sedang mengkhawatirkan atika. Apakah atika juga cemburu.

Atika tersenyum, "untuk apa cemburu?"

"Setiap orang punya masa lalunya masing-masing. Jadikan masa lalu itu sebagai pembelajaran, bukan pengecoh masa depan. Yang terpenting sekarang, kita sudah menemukan bahagia itu kan", jelas atika sambil tersenyum.

Arkan malah menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia merasa sangat malu karna ketahuan masih cemburu.

"Yang terpenting sekarang, masa depan atika siapa?",tanya atika.

"Ya akhon lah!", jawab arkan cepat.

Atika terkekeh,"terus, kenapa masih cemburu"

Arkan hanya diam tak tau harus menjawab apa. Satu sisi, benar apa kata atika. Untuk apa dia masih cemburu. Padahal ia telah melamar atika, dam acara pernikahan akan segera dilangsungkan.

Tapi ya namanya juga cinta, wajar kalau cemburu. Begitu pikir arkan.

***

"Qabiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahri Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu waliiyut Taufiq"

Akad terdengar tegas dari bibir arkan. Seluruh penghuni gedung menjadi saksi prosesi acara sakral itu. Semua mengucap syukur ketika para saksi mengucapkan 'sah'.

Arkan tersenyum, pada hari ini. 9 syawal bertepatan pada tanggal 2 Agustus. Arkan telah resmi menjadi seorang suami bagi wanita yang ia cintai sejak lama.

Sekarang ia percaya, cinta tetap tau kemana takdirnya menuju. Sejauh apapun jarak, sebesar apapun benteng pemisah. Bila memang takdir, cinta tetap menyatu.

Arkan dan atika berjalan bersisian menuju pelaminan. Semua tersenyum bahagia menatap pasangan baru itu. Apalagi, atika tampak sangat cantik mengenakan pakaian adat Aceh itu.

"Atika udah tu, anti kapan?", ucap yara menyenggol ninda.

"Heh, ngapain tanya ana, situ kapan?", cibir ninda membalas.

"Ck, berisik!", tegur fire membuat mereka sontak terdiam.

Sedangkan disisi lain. Ayyas berdiri bergabung dengan teman-teman cowok atika.

"Mam, anta sama Ayyas gak jadi saudara deh", ejek kasymal membuat Ayyas dan Imam menatapnya.

"Saudara semuslim kok", jawab Ayyas.

BainanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang