Mengakhiri Sebelum Memulai

4K 224 8
                                    

***
Karna kau hadir tepat kala tersemainya luka lama. Menghadirkan rasa yang belum pernah bersua. Membuatku sadar, melepasmu bagai melepas bahagia.

***

"Ukhti atika selamat ya...", atika tersenyum tipis kala seorang adik kelas mengucapkan selamat atas kemenangan KSM Nasional tentunya. Imampun demikian.

"Eh, iya dek. Syukran"

"Kok anti yang jawab sih!", fira menyikut lengan azka.

"Yah, habisnya atika gak ngejawab", bahtah azka kemudian.

Selanjutnya mereka kembali menuju kamar.
"Kalian balik duluan, ana mau nemuin ustazah zur dulu", ucap atika kala mereka sampai didepan tangga kamar.

Fira dan azka mengangguk setuju. Selanjutnya atika langsung berjalan menemui ustazah zur ditangga Mushalla.

"Assalamua'laikum ustazah..."

"Wa'alaikum salam, eh atika", ustazah zur langsung mempersilahkan atika untuk duduk disampingnya.

"Ustazah, nanti malam penyerahan jabatan ketua DIM ya"

Ustazah zur mengangguk," iya, gimana, udah siapin kata-kata pembukaan belum"

Atika menggosok tengkuknya sesaat.
"Gini ustazah, besok kan jumat. Kami departemen bahasa mau ngadain pembelajaran Qawaed. Tadi siang Raisa udah minta izin ke ustazah faridah. Dan ustazah faridah udah ngijinin.

"Jadi ustazah,nanti malam ana gak bisa masuk. Karna besok ana diberi jatah ngajar dikelas Aliyah. Dan materinya juga agak sulit. Nanti malam ana harus belajar sama raisa. Karna besokkan subuh-subuh udah masuk kelas", ucap atika menjelaskan maksudnya.

"Jadi atika gak bisa hadir nanti malam. Yaudah, ditunda sampai minggu depan aja gimana?"

"Eh, jangan ustazah. Jangan ditunda lagi. Kasihan pengurus lama. Harus terbeban sampai minggu depan. Merekakan udah kelas enam, udah deket sama ujian akhir ustazah...", tolak atika cepat.

Ustazah zur diam,"terus yang akan ngegantiin atika nanti malam siapa dong?"

"Kan ada Vicky yang jadi sekretaris periode kali ini. Jadi Vicky aja yang mewakilkan ana nanti malam", tawar atika cermat.

Ustazah zur mengangguk,"iya juga ya! Yaudah, gak apa kalau atika gak masuk nanti malam"

Atika menghembuskan nafas lega. Ia bersyukur ustazah zur mau menerima alasannya. Atika tak berbohong, ia benar-benar ingin mempersiapkan diri untuk mengajar Qawaed besok subuh.

Namun, ada alasan lain dibalik itu. Atika benar-benar tak ingin berjumpa dengan sang ketua lama. Arkan. Ia sudah mulai mengikhlaskan perasaannya yang tak terbalaskan.

Atika berpamitan pada ustazah zur, dan langsung berbalik menuju kamarnya. Atika termenung, ia bingung apa yang ia lakukan ini benar atau salah. Sebenarnya, ia tak pantas menjauhi arkan seperti ini, lagipula arkan tak salah apa-apa.

Namun, inilah satu-satunya cara atika untuk mengikhlaskan perasaanya. Dengan menjauh. Jika perlu, sampai kapanpun atika tak mau lagi berjumpa dengan arkan. Ia hanya takut luka dihatinya tak kunjung mengering kala ia terus berinteraksi dengan pemuda itu.

BainanaWhere stories live. Discover now