Semangat Oppa

5K 256 7
                                    


***

kesibukan tampak jelas di asrama Cut Nyak Dhien 1 dan 2. Jam sudah menunjukkan setengah delapan pagi, setengah jam lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Akhwati ijlisna jami'an... hayya nakkrau du'a (kawan kawan duduk dulu, ayo kita baca doa)"

Amel yang selaku ketua kamar berteriak pada anggotanya untuk berkumpul dan melaksanakan ubadah membaca doa sebelum sekolah.

5 menit berlalu...

Satu persatu penghuni asrama mulai meninggalkan kamar.

"Atika... anti masuk sekolah kan?", tanya nufus yang sedang memasukkan buku kedalam tasnya.

Atika yang sedang memakan roti berhenti sesaat.
"Masuk---"

"Kayaknya...", lanjutnya ragu.

Pasalnya, beberapa hari lagi atika dan tim debatnya akan berangkat ke Banda Aceh. Jadi ia perlu persiapan ekstra untuk perlombaan tersebut.

"Ahh atika... hari ini CC biologi loh, masa ia anti gak masuk"

Nora datang dan duduk di samping atika.

Atika tampak menimbang sesaat.
"Ana gak bisa ngambil keputusan. Kalau ustazah zur gak ngijinin, ana juga gak akan bisa masuk!"

Tampak decakan dari beberapa teman sederetan dengan atika.

"Jadi gimana dong, udah di deretan kita gak ada yang bisa pelajaran IPA lagi...", ucap ninda pasrah.

Atika memandang teman temannya kasihan.
Anak anak sederetan dengannya memang paling anti dengan pelajaran yang berbau eksat.

Mereka telah berusaha untuk mencintai eksat. Sampai sampai mereka menamai kelompok mereka dengan nama MAFIA (Matematika, Fisika, Kimia).
Dengan anggota yang sering disapa mafioso.

Namun hasilnya nihil, mereka tetap tak mampu untuk mencintai eksat.

"Jangan dipaksa, jika memang sudah tak bisa"

Itulah kalimat yang sering dikeluarkan icut ketika mereka benar benar nge-blank kala dihadapkan dengan eksat.

Oleh karena itu, deretan itu selalu berpangku pada atika. Atika maklum saja, ia paham dengan kemampuan teman temannya.

"Jangan terlalu dibawa pusing dengan hal hal yang kurang dibakati, fokus saja pada kemampuan!"

Itulah ucapan atika yang mampu membangkitkan kembali semangat belajar teman temannya.

Dan hari ini mereka akan menghadapu cerdas cermat antar kelompok dikelas.

Dan tanpa kehadiran atika, itu benar benar bala besar yang harus mereka hadapi. Dan taruhannya ialah nilai ulangan akhir semester terancam merah.

"Jadi gimana ni tik?", tanya nora pada atika.

Atika mengangguk, "ana usahakan masuk", ucap atika.

Setelah itu mereka langsung bergegas turun.

Atika dan beberapa temannya sedang memakai sepatu diteras asrama, ada juga beberapa dari mereka yang duduk dibawah pohon palem.

BainanaWhere stories live. Discover now