Arthur | extrapart #1

12K 357 34
                                    

Tiga tahun berlalu sejak hari di mana Arthur resmi menjadikan Theresa sebagai pacarnya.

Selama tiga tahun ini, banyak perubahan yang sudah terjadi. Salah satunya, suksesnya perusahaan teknologi Arthur yang dirintisnya setahun belakangan.

Hari ini digelar sebuah acara perusahaan dalam rangka merayakan ulang tahun perusahaan milik Arthur dan Theresa.

Arthur di rumahnya sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara perusahaan malam ini. Dia sudah tidak sabar untuk menemui gadisnya yang sudah sangat dirindukannya, yaitu Theresa.

Sayangnya, ada beberapa hal yang membuat Arthur terpaksa menunda keberangkatannya. Yaitu, mobilnya yang belum juga diantar sampai sekarang setelah dimintanya untuk dipoles agar kelihatan lebih bersih dan mengkilat.

Selagi menunggu mobilnya datang, Arthur memikirkan kembali apa saja yang bisa disampaikannya saat pidato nanti. Serta memikirkan serangkaian kalimat lainnya yang akan disampaikannya.

Tak lama setelah itu, Riko, asisten pribadi Arthur memberitahunya bahwa mobilnya sudah bisa digunakan. Setelah memastikan penampilannya baik, Arthur segera berangkat. Sebelumnya, Arthur mengabari Theresa lebih dulu.

Lima belas menit kemudian, Arthur sampai di perumahan milik Theresa. Arthur masuk ke dalam untuk menyapa Kent dan Rina yang tentunya dibalas dengan sambutan yang baik dari keduanya.

Kent memeluk Arthur, "Lama tidak bertemu, sudah banyak berita tentangmu di majalah-majalah dan koran ya?"

Arthur menanggapinya dengan tawaan, "Kalau bukan bantuan dan dukungan dari papa, Theresa, serta om dan tante, saya tidak akan bisa sampai kesini."

Rina memutuskan untuk memanggil Theresa yang sedang berada di kamarnya, tapi Arthur malah mengatakan bahwa dia yang akan memanggil Theresa dan memberikan waktu lebih kepada Kent dan Rina untuk bersiap-siap.

Arthur mengetuk pintu Theresa, mendengar Theresa berdeham, Arthur membuka pelan pintu kamar gadisnya itu.

Terlihat Theresa yang sedang memoleskan lipstick berwarna pink sebagai sentuhan terakhir riasan wajahnya. Arthur menyisir rambut Theresa.

"Loh sejak kapan kamu di sini?" tanya Theresa bingung.

"Baru sampai. Emang kamu ga sadar tadi yang panggil kamu itu aku?" tanya Arthur.

Theresa menggeleng, "Kayanya aku terlalu fokus merias diri deh sampai ga sadar itu kamu."

Arthur tertawa merutuki kepolosan gadisnya. Arthur memutuskan untuk mengepang rambut Theresa yang langsung saja disetujui gadis itu.

"Aduh, tapi aku takut berantakan nih," ujar Arthur sedikit panik.

"Gapapa, kamu kan udah pernah kepangin aku. Dan hasilnya bagus kok," puji Theresa tulus.

Setelah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit, barulah kepangannya selesai. Ternyata tidak buruk, untuk percobaan yang ketiga kalinya.

"See? Ini bagus, Sayang."

Theresa berdiri dan memeluk Arthur, sudah lama dia tidak memeluknya karena urusan bisnis yang harus diselesaikannya di Paris selama kira-kira sebulan, membuatnya tidak bisa sering-sering bertemu Arthur.

"Kamu kangen aku ga?" tanya Theresa.

"Mana perlu ditanya itu, kangen lah!"

Theresa tersenyum mendengar jawabannya. Memang sederhana dan terkesan biasa saja, tapi mampu membuatnya berbunga-bunga.

Arthur melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, menggenggam tangan Theresa dan mengatakan, "Udah yuk, kita berangkat. Papa sama mama kamu udah nungguin juga pasti."

ARTHUR ✔Where stories live. Discover now