ARTHUR || 8

12K 623 0
                                    

Theresa adalah sosok yang pekerja keras, sama seperti ayahnya. Buktinya, sekarang ini, dia masih berada di perusahaan, hanya untuk menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk, serta mempersiapkan bahan untuk presentasi, mengecek beberapa produk di bidang yang mereka tekuni, yakni perhiasan.

Siska mengetuk pintu sebelum masuk. Berjalan masuk ke dalam ruangan ketika diizinkan untuk masuk. Siska mengatakan, "Tugas saya sudah selesai. Apakah boleh pulang lebih dulu?"

Theresa mengangguk. "Boleh. Saya masih banyak urusan. Hati-hati di jalan."

"Terimakasih. Sebelum saya pergi, apa ada hal yang perlu saya bantu?"

Theresa menggeleng. "Saya bisa. Terima kasih atas tawarannya."

Karena tidak ada hal yang bisa dilakukan lagi, Siska memutuskan untuk pulang. Saat menaiki lift, dia bertemu dengan Arthur. Arthur yang biasanya jarang berbicara apalagi menegur, tiba-tiba berbicara kepadanya.

"Kamu sendiri?"

Siska menggeleng. "Ada Miss Theresa di atas."

"Jadi kenapa baru pulang?"

"Karna ingin temani Miss Theresa. Tapi, rupanya pekerjaannya banyak sekali dan dia mengizinkan saya pulang. Jadi, saya memutuskan untuk pulang lebih dulu," jelas Siska.

Arthur mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengatakan, "Hati-hati di jalan."

Siska tersenyum menanggapi, "Terima kasih. Kamu juga pulang?"

Arthur mengangguk. "Tentu saja. Sudah malam, saya pun butuh istirahat."

"Baiklah, hati-hati. Sampai jumpa besok!"

Melihat Siska berjalan pergi, Arthur pun pergu. Masuk ke dalam mobilnya. Sebenarnya Arthur tidak langsung pulang, sebaliknya entah kenapa dia memutuskan untuk menunggu Theresa keluar. Arthur menunggu di mobilnya. Mobilnya berada di depan lobby perusahaan sekarang.

Tidak lama kemudian, Theresa keluar. Matanya sayu. Wajahnya pucat. Arthur ingin turun dan menyapa, tapi dia yakin Theresa pasti akan menjadi bawel sepertinya.

Arthur mengamati bahwa langkah Theresa mulai berantakan seolah-olah dia kehilangan keseimbangan. Maka, Arthur bergegas turun dan mendekat. Beruntung Arthur bergegas, sehingga dia berhasil menangkap gadis itu, sebelum jatuh menyentuh tanah.

——

Theresa terbangun tepat pukul 1 dini hari. Bertanya-tanya di mana dia sekarang karna dia yakin sekali dia tidak sedang di kamarnya. Melainkan di sebuah kamar yang bernuansa kecoklatan. Sedikit ngeri karna tadi malam dia pulang sangat malam dan sekarang kepalanya sakit.

Terdengar suara buku diletakkan di sebuah rak, Theresa menoleh. Ternyata itu Arthur. Dengan gerakan tiba-tiba, Arthur mengukur suhu tubuh Theresa untuk mengetahui apakah gadis itu demam atau tidak.

Menyadari tatapan bingung Theresa, Arthur mengatakan, "Kamu pingsan tadi. Baru sadar sekarang."

Sebenarnya, Arthur malas harus bersikap baik seperti ini. Lagipula, ini sama sekali tidak seperti dirinya. Namun, kebaikan tidak boleh dilakukan setengah-setengah, meskipun sekarang dia sebenarnya menyesali keputusannya untuk menolong Theresa, harusnya tadi dia bersikap tidak peduli saja seperti biasanya.

Arthur memutuskan untuk memasak, dia yakin bahwa gadis itu belum makan. Hanya masakan sederhana, yaitu sup jagung. Makanan hangat yang berkuah selalu menjadi pilihan terbaik bagi seseorang yang kurang sehat. Selain itu, proses pembuatannya pun tidak memakan waktu yang sangat lama. Praktis dan lezat, sempurna.

ARTHUR ✔Where stories live. Discover now