SPECIAL STORY - Surat Cinta

14.7K 2.1K 127
                                    

Sekarang posisinya Keanu sedang duduk di kasur sementara Rozzie berdiri di depannya. Keanu menangkupkan kedua tangan di depan wajah sementara sikutnya bertumpu di atas pahanya. Ia melirik Rozzie yang dengan jarak yang nyaris bersentuhan dengannya. Wajah Keanu tampak bimbang, sama seperti istrinya.

"Berapa lama?"

"Mungkin dua sampai tiga minggu."

Keanu mendesah. "Aku bisa ikut—"

"Mas...," Rozzie menyentuh pundak Keanu, menatap lelaki itu tepat ke bola mata. "Proyek ini sangat penting. Papa masih di luar kota, kamu nggak mungkin ninggalin Keimas sendiri. Dia masih perlu bantuan kamu."

Rozzie mengusap kepala Keanu dengan lembut. "Kamu pulang ke rumah Mama aja dulu. Sekalian nemenin Keimas di sana. Mama sama Papa kan baru dua minggu lagi."

Keanu menghela napas. "Masa Mas mesti jagain bayi gorilla itu, sih?" keluh Keanu.

"Kok gitu sih sama adikmu sendiri. Mending berdua Keimas di sana atau berdua Bayem di sini?" Rozzie menaikkan kedua alisnya, menggoda Keanu.

Keanu mengalah. "Ya sudah. Tapi, nanti, begitu Papa dan Mama pulang, Mas akan langsung susul kamu dan Aya ke sana."

Rozzie mengangguk kemudian mengecup puncak kepala Keanu lembut. "Maaf, ya, Zie ninggalin Mas." Yang lalu dibalas dengan pelukan erat Keanu pada tubuh Rozzie.

"I'm gonna miss you both so much."

****

Radith tengah sibuk di ruang kerja yang temaram. Sudah hampir tengah malam saat tangan Radith masih sibuk menulis di atas selembar kertas. Bersama kertas itu, terhampar pula beberapa foto almarhumah mendiang istrinya yang cantik, Arianda. Mekipun terlihat pucat, Arianda tetap terlihat cantik saat menggendong Rena yang baru berumur dua hari di atas ranjang rumah sakit. Ada lagi foto saat Arianda membuat kue di dapur bersama Rena dengan wajah belepotan tepung. Ada lagi foto-foto liburan mereka di London, dan yang terakhir foto Arianda saat hamil Rozzie yang berusia tiga puluh minggu di dalam kandungan. Saat-saat terakhir Radith bersama istrinya.

Radith tidak berniat bersedih malam ini, ia hanya ingin mengenang istrinya. Sudah beberapa kali ia memimpikan Arianda, minggu-minggu terakhir membuatnya semakin rindu. Makanya, Radith menulis surat.

Teruntuk istriku, cintaku, duniaku, Arianda.

Sudah beberapa minggu terakhir kamu terus muncul dalam mimpiku. Apa kamu merindukanku juga di sana? Dalam mimpiku, kamu sangat cantik, seperti biasanya. Kamu datang dan memelukku, mengatakan kalau kamu Rindu. Tapi, belum sempat aku membalas perasaanmu, kamu telah lebih dulu hilang ditelan kenyataan yang harus kuhadapi bersama anak-anak.

Lalu, esok malamnya, kamu datang lagi. Mengenakan gaun merah cerah pemberianku. Kita duduk di restoran mewah di London. Seperti kencan makan malam yang selalu kita lakukan. Kamu menarik tanganku, mengusapnya pelan. Kemudian, kamu bilang, kamu senang melihatku baik-baik saja bersama anak-anak. Kamu ingat apa jawabanku, kan? Aku bilang, anak-anak adalah hadiah terindah yang pernah kamu berikan untukku. Ada kamu dalam diri Rena. Ada kamu dalam diri Rozzie.

Ada kamu, Arianda. Kamu tak pernah benar-benar pergi. Aku tahu kamu tak pernah meninggalkanku.

Arianda, anak-anak kita sekarang sudah berbahagia, bersama lelaki yang aku percaya mampu membahagiakan mereka. Aku sudah menepati janjiku kepada kamu untuk menjadi ayah sekaligus ibu pengganti untuk Rena dan Rozzie. Apakah aku tak boleh mendapatkan hadiah? Bertemu dan bersamamu, misalnya? Tapi, tentu, aku tidak boleh menantang takdir Tuhan. Kamu dan aku, akan tetap bersama, walaupun raga kita tidak bersama.

MASQUERADE PRINCEWhere stories live. Discover now