Mini Sekuel Part 2 - Gayatri

70.1K 5.6K 327
                                    




Keanu duduk diam di  kursi ruang tunggu ruang bersalin. Tidak seperti  biasanya, Keanu sama  sekali tidak pecicilan. Ia duduk dengan kedua  tangan menangkup wajah.  Tak jauh berbeda dengan Radith. Sejak dua jam  lalu, semua mimpi  buruknya, kenangan terakhir dengan almarhumah  istrinya, serta  pikiran-pikiran buruk tak berhenti berputar di  kepalanya.

Ia takut. Mungkin rasa takutnya melebihi rasa takut siapapun, bahkan mungkin Keanu.

Dia tahu   bagaimana rasanya kehilangan. Dan Radith tak mau hal itu terulang  lagi.  Karena butuh waktu bertahun-tahun baginya--bahkan sampai  sekarang--untuk  dapat mengikhlaskan seseorang yang sangat ia cintai.

Radith  menangis. Ya.  Maka dari itu, Keanu berusaha untuk tidak ikut  menumpahkan air mata  meskipun rasanya ia tak sanggup membayangkan wajah  pucat pasi Rozzie  sebelum masuk ke ruang bersalin.

Renata  berusaha  menenangkan ayahnya. Beruntungnya ada Ares di sana untuk  memberinya  dukungan. Keynan dan Dafeeya sendiri sedang berada di  Yogyakarta dan  baru dapat jadwal penerbangan besok pagi. Adis pun masih  dalam  perjalanan bersama Raikan dan Keeyara.

Jadilah hanya mereka berempat di dalam ruang tunggu.

Ares menyodorkan segelas kopi hangat yang dibelinya di minimarket rumah sakit.

"Diminum dulu, Nu."

Keanu mendongak, menerima kopi pemberian Ares dan berterima kasih. Ia menyesap kopi manisnya pelan.

"Rozzie  dan Aya pasti  selamat," ujar Rena untuk kali ketiga sejak dua jam  terakhir demi  menghibur ayahnya, adik iparnya, suaminya, lebih-lebih  dirinya sendiri.

Hampir sama seperti Radith, Renata kecil tahu   bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu. Rozzie adalah perempuan   paling disayanginya, karena keegoisan masa kecilnya, anak itu lahir   tanpa kasih sayang seorang Ibu. Sekarang, paling tidak, Rozzie harus   merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Memiliki keluarga   sendiri bersama orang yang ia cintai.

Rena ingat, ketika ia   berusia enam belas tahun dan Rozzie berusia lima tahun, adiknya pernah   bertanya kepadanya, ketika Rena sedang menyisir rambut Rozzie dan   adiknya sendiri asyik bermain rumah-rumahan:

"Mbak, Mommy itu orangnya cantik, ya? Baik nggak? Sayang sama Mbak Rena, nggak? Kok Mommy nggak mau ketemu aku?"

Saat itu Rena cuma bisa menahan tangis sambil mengenang masa lalunya bersama ibunya.

"Mommy  itu cantiiikk  sekali. Daddy jatuh cinta banget sama Mommy. Mommy juga  baik banget.  Mbak Rena minta apapun pasti Mommy kasih. Termasuk....  waktu Mbak Rena  minta punya adik..."

Setelah itu Rozzie  kecil  cuma mengangguk dan kembali asyik dengan boneka-boneka cantik  serta  cangkir-cangkir teh di atas meja mini miliknya.

Radith  sendiri ingat  kali pertama ia menggendong bayi Rozzie sambil meneteskan  air mata. Ia  menggendong putri cantiknya erat, tersenyum seraya  menangis. Ia berjanji  kepada dirinya sendiri serta almarhumah istrinya,  akan menjadi ibu  pengganti yang baik demi kedua putri mereka. Ia akan  memastikan Rozzie  memiliki kasih sayang yang sama seperti anak-anak  lain dengan orang tua  yang utuh.

Tenang, ya, Nak.  Daddy nggak  peduli kalau orang lain bilang tingkah Daddy konyol. Asal  kamu bisa  tertawa, jadi badut pun Daddy rela asal putri Daddy senang.

Lagi-lagi, Radith mengusap wajahnya. Ia melirik Rena dengan senyum masam. "Daddy nggak apa-apa, Re...."

Renata memeluk ayahnya erat. Air matanya hampir tumpah melihat mata kemerahan Radith.
Ia melihat Keanu, belum bergerak sama sekali dari tempatnya. Wajahnya memandang kosong lantai rumah sakit.

MASQUERADE PRINCEWhere stories live. Discover now