Hati yang Bimbang

106K 9.3K 426
                                    

Rozzie menarik nafas panjang untuk yang entah ke sekian kalinya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu ketika Keanu memintanya membuat keputusan yang sulit.

Belum ada jawaban yang diberikannya pada Keanu karena ia sendiri tidak tau harus menjawab apa. Keanu memang menyebalkan dan sering membuatnya naik pitam. Sikap Rozzie berubah blak - blakan bila di dekat lelaki itu. Dia bukanlah dirinya yang dikenal banyak orang ketika berada di dekat Keanu. Tapi entah mengapa justru ia merasa lebih bebas.

Rozzie meraih sling bag-nya hendak bangkit berdiri ketika sebuah tangan menahannya. Rozie terbelalak menyadari itu adalah tangan Banyu.

"Zie ," panggil lelaki itu menahan gerakan Zie.

Mau tak mau Rozzie pun kembali terduduk. Ditatapnya kakak seniornya malas. "Ada apa kak?"

Wajah Banyu pun tampak menatap Rozzie lekat. Tak sedikitpun dialihkannya pandangannya dari gadis itu. "Nanti malam kamu ada acara?"

"Kalau mas Banyu mau ngajak Rozzie jalan, Rozzie gak bisa," jawabnya ketus to the point.

Banyu tersenyum menatap Rozzie. Ia sudah kebal dengan sikap Rozzie yang ketus dan jutek padanya. Ia tidak akan mundur hanya karena respon minim Rozzie.

"Ini bukan urusan pribadi. Ini undangan untuk organisasi kita. Ada semacam farewell party senior. Kamu harus nemenin Kakak malam ini. Tidak ada penolakan."

Rozzie ingin membantah permintaan Banyu tapi ia sadar posisinya sebagai sekretaris Banyu. Ia tidak mungkin membantah perintah atasannya. Rozzie pun mengangguk pasrah.

"Nanti malam kakak jemput ke rumah kamu. Kamu kirim alamatnya lewat SMS ya."

Rozzie mengangguk sekali lagi mengiyakan perkataan Banyu. Dengan berat hati akhirnya Banyu pun melepaskan Rozzie dan membiarkan gadis itu pulang dengan beban pikiran menumpuk. Belum lagi selesai masalahnya dengan Keanu, kini ia harus kembali berhadapan dengan Banyu yang banyak mau. Mungkin itu singkatannya.

Banyu = Banyak Mau.

Rozzie mendesah kemudian kemudian menghampiri mobilnya yang sudah terparkir manis di pelataran parkir kampusnya. Dilihatnya supirnya kini sudah siap mengantarnya pulang.

"Pulang sekarang, non?" tanya pak Bambang sopan.

Rozzie mengangguk sambil memejamkan matanya. "Ngebut ya, pak."

"Saya usahain, non. Kalau macet ya gak bisa ngebut..."

Rozzie pun hanya mengiyakan pasrah lalu 10 menit kemudian ia telah terlelap sepanjang perjalanan menuju rumahnya.


—————————————————


Rozzie menatap bayangan dirinya di cermin. Wajah terpoleskan makeup tipis. Sengaja ia memilih gaun yang tertutup maskipun bermodel pas badan hingga membentuk lekuk tubuhnya. Mau tak mau Rozzie memang harus menyesuaikan pakaiannya dengan tempat berlangsugnnya acara. Mengetahui tempat yang akan didatanginya adalah klub malam, ada sedikit rasa takut dalam diri Rozzie. Kalau saja bisa, ia ingin sekali memakai gamis agar tidak ada mata yang berani menatapnya jelalatan. Ia tidak pernah ke tempat itu. Kalau ayahnya tau, tentu Radith akan melarangnya.

Rozzie pun menarik nafas sambil merapikan rambutnya yang digulung ke atas menyisakan rambut - rambut pendek yang menjuntai di sekitar wajahnya memberikan kesan manis. Ia meraih clutch metalik di kasur lalu turun ke bawah. Ayahnya sedang tidak ada di rumah. Kalau Radith ada, sudah pasti ia akan menginterogasi Banyu sedetail mungkin. Justru Rozzie ingin hal itu terjadi agar Banyu gagal membawanya pergi ke klub malam itu.

MASQUERADE PRINCEWhere stories live. Discover now