Harapan yang Pupus

124K 9.2K 291
                                    

Rozzie menatap Keanu sebal yang kini sedang fokus mengemudi di sampingnya. Lelaki itu tampak tidak merasa bersalah sama sekali setelah membawanya kabur dari kosan temannya semalam. segala rentetan omelannya pada lelaki itu pun seakan hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Sama sekali tidak digubrisnya. Buktinya sekarang lelaki itu bisa bersiul - siul senang di tengah subuh buta.

Akibat ulah Keanu, Rozzie harus mengguyur tubuhnya pagi - pagi buta dengan air dingin karena pemanas air di kamarnya sedang tidak berfungsi.

"Zie pulangnya mau sekalian dijemput, gak?", tawar Keanu pada Rozzie.

"Enggak.", jawab Rozzie ketus.

"Oke, nanti mas tunggu di parkiran ya.", ujar Keanu santai sambil membelokkan kemudinya.

Rozzie pun mendengus kesal ke arah Keanu. "Mas ngerti bahasa Indonesia gak sih? Zie kan bilang gak usah dijemput."

"Mas khawatir kalau kamu pulang malam sendirian."

"Aku bukan anak kecil lagi, mas. Gak usah lebay deh.", ujar Rozzie sambil melengos dan melipat kedua tangannya di dada lalu bersandar pada kursi.

"Kalau daddy kamu yang amanatin mas untuk jemput?", tawar Keanu sekali lagi masih urung juga menyerah.

"Nanti aku minta sopir aja yang jemput. Mas gak perlu repot - repot.", ujar Rozzie ketus.

Rozzie tak habis pikir mengapa Keanu senang sekali memaksanya dan bertindak sesuka hatinya. Terkadang itulah yang membuat Rozzie menghindari lelaki itu. Sikapnya overprotektif seperti daddy-nya. Tapi toh Rozzie masih bisa menerima sifat daddy-nya itu karena Radith adalah ayah kandungnya. Tapi tidak dengan Keanu, dia bukanlah siapa - siapanya. Walaupun mereka lumayan dekat, Rozzie tak pernah menganggap Keanu lebih dari sekedar saudara laki - laki.

"Lagian hari ini Zie pulang dianter teman, kok.", ujar Rozzie sambil celingak - celinguk ke arah gerbang kampusnya yang masih terlihat sepi.

Satpam kampus pun bahkan masih briefing pagi. Hanya satu-dua mahasiswa yang sudah berseliweran di kampus. Dugaannya akan terjebak macet pagi ini ternyata tidak terbukti. Seharusnya ia masih bisa bergelung di dalam selimutnya lebih lama dan menlanjutkan mimpinya yang sempat terpotong suara serak Keanu khas lelaki bangun tidur.

"Siapa?", tanya Keanu penasaran penuh dengan nada curiga.

"Kak Banyu."

"Banyu siapa?"

"Perlu ya mas tau?"

Rozzie menatap Keanu malas tetapi jantungnya sedikit berpacu ketika melihat wajah Keanu. Rahangnya mengeras, sementara nafasnya berburu. Tapi entah kenapa senyuman terpaksa dengan wajah melasnya masih saja dipaparkan ke arah Rozzie. Rozzie tau jelas Keanu sedang berusaha menahan amarahnya. Bukan sehari dua hari ia mengenal lelaki itu.

"Zie... kamu kan kenal sama lelaki itu belum lama. Mas takut kamu diapa - apain. Kalau dia punya niat buat nyulik kamu gimana?"

Keanu pun akhirnya tak kuasa melepaskan nada bicaranya yang terdengar sangat khawatir. Bukan khawatir, cemburu lebih tepatnya. Sejujurnya ia benar - benar terkejut karena Rozzie tak pernah sekalipun diantar pulang ataupun dijemput oleh lelaki selain Keanu, Daddy-nya, sopir keluarga ataupun Raikan. Jelas Keanu tidak akan cemburu pada Rai. Dia kakak sepupu Rozzie.

"Kak Banyu itu baik, mas. Dia gak akan macam - macam kok. Udah ya, Zie pamit dulu."

Buru - buru Zie melompat turun dari SUV putih Keanu sebelum lelaki itu sempat bertanya - tanya lebih lanjut mengenai kakak senior tampan di organisasinya itu. Sebetulnya Zie bukannya ingin dekat - dekat dengan Banyu secara spesial. Tapi statusnya sebagai sekretaris Banyu yang notabene adalah wakil ketua organisasi membuatnya terpaksa harus sering - sering bersama lelaki tampan itu.

MASQUERADE PRINCEWhere stories live. Discover now