38. Cemburu

1.3K 56 0
                                    

Hari demi hari terlewati begitu cepat. Di dalam hari yang panjang itu, Arion berusaha untuk memperbaiki permasalahan perusahaan juga keluarganya yang sempat memanas.  Bahkan mandat CEO muda padanya masih tetap melekat. Siang itu, setelah melakukan meeting dengan para direksi, Arion melangkah keluar gedung berniat untuk pulang. Hari itu jadwalnya memang padat, tapi ia mampu menyelesaikannya dengan baik. Arion telah berubah saat ini.

"Lo yang nyetir," tegas Arion seraya melempar kunci mobil pada Nara yang berdiri tegap di samping mobilnya.

"Ke mana?"

"Udah masuk aja. Nanti gue kasih tau."

Selama perjalanan, Arion hanya menutup matanya duduk di kursi tengah dengan tangan melipat ke dada. Nara terus menerus meliriknya lewat cermin.

"Aneh banget setelah meeting dia pergi. Sultan selalu seenaknya," batin Nara.

"Belok kanan."

Nara kaget ketika Arion yang tengah tidur itu mengeluarkan suara untuk memerintahnya.

"Ke mana sih emang? Lo gak kasih tau tujuan, gimana gue bisa fokus buat nyetir!"

"Bawel banget lo jadi cewek. Ucapan bos itu harus diikutin. Udah buru ikutin suara gue."

Beberapa menit mengikuti arahan dari Arion, mereka berhenti di sebuah gedung terlihat seperti Bar mewah mampu membuat Nara melebarkan matanya.

"Arion ... jangan lakuin hal ini. Gue tau ini emang kebiasaan lo. Gue gak mau lo masuk ke dalam masalah lagi." Nara merangkul tangan kekar Arion untuk menahannya masuk ke Bar. Karena Nara tahu, taruhan sudah pasti akan Arion lakukan jika ia menginjakkan kakinya ke dalam Bar mewah itu.

"Udah masuk, ikutin gue." Arion merenggut paksa leher Nara dan menahannya dalam siku besarnya juga memaksa Nara masuk ke dalam Bar.

"Lepasin gue, gue gak bisa napas," rengek Nara.

Di dalam sana, sudah banyak orang yang menunggu Arion dengan memegangi stik billiard.

"Taruhan?" ketus Nara.

"Parno banget sih lo. Gue cuma mau main, kali ini tanpa dollar." Arion lantas mengambil stik billiarnya, juga mulai menaruh bola putih pada papan.

Nara tahu, selama hidupnya masih terikat dengan manusia Sultan itu, hidupnya pasti akan menjadi memelahkan. Disamping wanita lain seusianya telah banyak melakukan hal,  seperti jatuh cinta, hangout bersama teman, ataupun weekend bersama keluarga, namun Nara tak bisa melakukan itu semua. Sekarang Nara tahu, jika membenci pekerjaan membuatnya terus bertahan, maka ia akan selalu membenci pekerjaannya, walau terkadang pekerjaan itu terus membuatnya dekat dengan Arion. Dan melihat perubahan Arion walaupun sedikit, Nara mempunyai kebahagiaan tersendiri karena hal itu.

Setelah lama duduk di sofa Bar dengan memainkan ponselnya, Nara disapa seorang pria yang menghentikan matanya yang fokus pada ponsel.

"Nara?"

Senyuman laki-laki itu membuat Nara sekali melihat, langsung mengenalnya.

"Dewa?"

"Aduh kita mungkin jodoh, sering banget ketemu secara kebetulan gini." Dewa tak segan duduk di sofa yang sama dengan Nara.

Kali ini, rasa bosannya telah terbayarkan karena Nara sempat mengobrol empat mata dengan Dewa. Mereka terlihat lebih akrab dan saling melempar candaan satu sama lain. Wajah ceria Nara telah mengalihkan pandangan Arion di ujung sana. Ia menyurang heran ketika Nara terlihat bercengkrama dengan seorang laki-laki yang selalu ia lihat dimana pun dirinya berasa bersama Nara. Arion menyurang kesal di ujung sana.

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now