2. Arion

3.4K 174 4
                                    

Rambut hitamnya yang berkilau, giginya yang rapih dan bersih terlihat di cermin. Bercermin menatapi wajahnya sendiri sudah termasuk kebiasaan yang jika dilewatkan membuatnya tak nyaman menjalani hari-hari. Setelah melakukan perawatan wajah dan mencukur beberapa bulu halus yang mendiami janggutnya, ia menatap fokus matanya di depan cermin.

"Aduh, gue kenapa ganteng banget ya? Gak salah cewek pada suka sama gue. Tapi mereka sampah, cuma mau duit gue doang." Tutur kata itu bahkan selalu ia gunakan ketika bercermin. Menyombongkan diri di depan diri sendiri sudah menjadi santapan ia sejak remaja. Memiliki wajah visual memang kelebihannya sejak lahir. Tapi ternyata, sifat sultannya membuat dirinya sedikit congkak.

Rion turun dari kamarnya menuju meja makan. Terlihat senyum sumringah memancar dari diri seorang ibu. Gina Alexander Edzard, ibu yang sangat sabar di dunia ini. Ibu dari seorang pria berwajah visual yang baru saja datang untuk ikut jamuan sarapan pagi. Dan tengah duduk seorang laki-laki tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda, beliau Edwin Alexander Edzard, seorang Ayah yang begitu peduli pada keluarga. Pak Edwin adalah petinggi, pendiri sekaligus pemiliki perusahaan manufaktur dalam tipe Komunikasi, Elektronik dan Transportasi terbesar di kota Bandung, Edzard Group. Tidak hanya memegang manufaktur saja. Edzard Group telah merambah ke bisnis perhotelan yang kini berjalan sukses, dan membuat nama Edzard Group semakin terkenal dalam dunia bisnis nasional maupun internasional. Mereka sudah banyak menjalani kerjasama dengan perusahaan-perusahaan bonafit yang sudah terkenak dikancah bisnis manufaktur dan lainnya.

"Pagi Ma, pagi Pa." Rion menyapa mereka begitu datar. Tak ada seulas senyum yang melekat di wajahnya.

Ya, sedari tadi kita membicarakan dirinya namun tidak tahu nama lengkapnya.

Namanya Arion Edzard. Arion berarti mempesona atau memikat hati dan Edzard artinya penjaga kekayaan. Sepadan dengan namanya, beliau cowok tajir yang memikat hati para kaum hawa. Dengan visualnya yang tampan siapapun yang melihat pasti terpesona.

Arion sebenarnya begitu benci dengan Papanya. Kenapa? Karena Pak Edwin bukanlah Papa kandung dari Arion. Setelah Ayah kandung Arion meninggal saat Arion masih dalam kandungan, Mamanya menikah lagi dengan seorang laki-laki tajir, berwibawa, harta melimpah dan perusahaannya pun di mana-mana sejak Arion lulus dari SMAnya. Tentunya mereka berdua tidak menumpang hidup pada laki-laki tajir itu. Mama Arion adalah putri tunggal dari pemilik perusahaan ritel ternama di kota Bandung. Sejak kecil, Arion memang dibiasakan hidup dengan mewah, tapi ia tak pernah manja. Setelah Ayah kandungnya meninggal, ia diwariskan sebuah Apartemen mewah di Bandung, juga dengan beberapa kekayaan yang dimiliki Ayah kandungnya, itu semua adalah milik Arion. Mamanya hanya mendapat sebagian dari harta itu, karena beliau tidak ingin menerima kecuali untuk sang anak. Ya, sejak dari dalam kandungan hingga lulus SMA, Arion dibesarkan sendiri oleh sang Mama. Dan, tidak aneh lagi jika Arion belum bisa menerima Pak Edwin sebagai Ayahnya saat ini. Arion sudah tidak pernah merasakan bagaimana memiliki sosok Ayah selama bertahun-tahun. Hal itu membuatnya sulit menerima lingkungannya sekarang.

"Rion, ayo sarapan. Nanti kamu telat ke kampus." Pak Edwin berusaha melunakkan hati Arion terhadapnya, namun usahanya selalu sia-sia. Rion tak mengindahkan perkataan Pak Edwin. Ia hanya terdiam dengan mengoles selai di rotinya.

"Rion, jawab Papa kamu," bisik Bu Gina perlahan.

"Ma, gak apa-apa kok. Rion harus sarapan, kalau ngomong terus bisa telat."

Bagaimana bisa seorang Papa yang dibenci Arion begitu peduli padanya, sedangkan Arion tidak menganggapnya? Usaha demi usaha pun Pak Edwin lakukan untuk bisa melunakkan hati Arion yang sebenarnya tak pernah setuju jika Mamanya menikah lagi. Padahal Arion tahu, ia sendiri sangat ingin merasakan memiliki sosok Ayah yang tak pernah ia lihat sejak lahir. Kedatangan Pak Edwin, bukannya membuat Arion terlihat senang, dan malah berakhir dengan kebencian tersendiri.

"Di mana Arga?" Mata Bu Gina memencar.

"Nah dia datang." Pak Edwin antusias.

"Pagi Ma, pagi Pa," ucapnya dengan senyum berbanding terbalik dengan sikap Rion sebelumnya.

Arga Alexander Edzard, putra kandung dari Pak Edwin. Ia anak dari istri sebelumnya yang telah meninggal dunia. Arga adalah anak tertua dalam keluarga. Ia bekerja di perusahaan, menjadi Direktur perusahaan cabang yang dimiliki oleh Pak Edwin. Arga lulus lebih dulu karena IQ yang dimilikinya. Ia seorang Sarjana Ekonomi. Usianya baru menginjak 23 tahun, beda satu tahun dengan Rion, yang usianya 22 tahun lebih muda 1 tahun darinya. Ya, sepertinya karena ini Arion menolak untuk memiliki keluarga. Ia tak pernah ingin memiliki saudara. Menurutnya, memiliki saudara hanya membuat sebuah perdebatan yang pasti tidak akan berguna untuk hidupnya.

Rion memilih untuk menghabiskan uangnya dengan berfoya-foya tanpa melakukan hal yang menurut orang bisa berguna. Walaupun sifat mereka berbeda, tapi bagi Pak Edwin tidak dalam hal kasih sayang mereka sebagai orangtua. Menurut mereka, status anak adalah sama. Sama-sama harus diberi kasih sayang dan mereka bahkan selalu percaya, jika anak adalah sumber rezeki. Kedatangan Arion, membuat Pak Edwin begitu senang karena Arga bisa memiliki saudara. Terlebih lagi, ia akan memiliki keturunan yang akan melanjutkan apapun usahanya yang selama ini semakin jaya.

Arion menatap sinis Arga yang melirik malas dirinya.

"Kenapa gue harus jadi saudara dia. Nama gue bagus-bagus pake segala ditambahin. Bikin gue muak aja," batin Rion jengkel.

"Pa, Ma, Rion berangkat dulu." Arion terlihat menyoren tas berwarna hitam di pundaknya.

"Belajar yang benar." Ucapan Arga membuat mata Rion melirik tajam ke arahnya.

"Sejak kapan lo peduli sama gue?"

"Tadi!" Arga terkekeh. Ia memang suka mengejek adik tirinya itu.

Ya, berbanding terbalik dengan sikap Arion. Arga justru lebih baik dalam menerimanya sebagai saudara. Ia tahu Arion tak senang dengan itu, namun ia juga tahu kalau realita selalu saja menang dalam kehidupan. Terima tak terima, ia tetap harus menerima karena kebahagiaan sang Papa saat ini adalah prioritasnya.
Walau dalam tanda kutip, Arion sesekali menjengkelkan dirinya karena sikapnya yang membuat siapapun ingin sekali berkelahi dengannya.


Voment, masukannya sangat di harapkan. Maaf kalau belum nyambung😂🙏

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now