31. The Big Problem

1.2K 69 4
                                    

Langit tak mendukung untuk beraktifitas hari itu. Terlihat mendung langit pagi menyembunyikan matahari untuk tidak keluar. Hari itu Arion sudah terlihat tampan mengenakkan stelan jas untuk pergi ke kantor mengerjakan amanatnya menjadi seorang CEO hotel. Akhirnya rasa benci itu menit demi menit ia kontrol dengan baik. Dan ia telah nyaman berurusan dengan bisnis yang ia benci sebelumnya. Namun suatu hal mengalihkan pandangan baik Arion yang telah berubah selama ini.

"Apa? Kita kehilangan Investor? Kenapa?"

Baru jam sembilan pagi, Pak Edwin terlihat mengeraskan suaranya di lantai utama mansion Edzard. Ia terlihat mengobrol bersama ajudannya. Dan terlihat pula alis mata yang terangkat emosi sambil memegangi Ipad di tangannya.

Arion turun dengan cepat melihat kegaduhan yang Pak Edwin buat dibawah sana. Ia menatap bingung sang Papa yang terdiam dengan mata terus mencirikan emosi.

"Ada apa ini?" Arion bertanya polos.

"Arion. Bisa kamu melihat ini? Ini sangat bermasalah." Pak Herman memberikan Ipad-nya pada Arion.

"Hah? Kenapa bisa? Kenapa bisa tiba-tiba begini? Saya sudah membujuk keras Pak Purnomo dan Pak Krisna untuk hal ini. Dan beliau sudah menyetujui untuk berinvestasi pada Edzard Group. Kenapa tiba-tiba mereka membatalkan perjanjian? Saat ini, investor terbesar kita adalah mereka. Kita bisa bermasalah."

"Saya kurang tahu Arion, beberapa pekan ini kami juga kekurangan sponsor untuk proyek, badget yang dikeluarkan pun semakin membengkak," sahut Pak Herman.

"Saya udah atur semuanya. Saya udah belajar waktu, juga resiko semuanya kenapa tiba-tiba sponsor juga menghilang bersamaan dengan ini? Perusahaan gak ada yang bermasalah sama sekali."

Pak Edwin sudah tak tahan mendengar penjelasan Arion saat itu. Kehilangan Turbo Group yang dipegang Pak Purnomo, sama saja akan mendapat kematian pertama bagi perusahaan. Tanpa Turbo Group, Edzard akan bermasalah. Mereka adalah perusahaan yang sangat berpengaruh bagi Edzard Group. Tanpa mereka, Edzard bisa diambang masalah besar hingga bisa menimbulkan kebangkrutan.

"Arion, kenapa ini? Papa kasih tanggung jawab seperti ini, kamu malah sepelein. Kamu berpikir bahwa semuanya bisa diselesaikan dengan uang? Arion, kenapa kamu kecewain Papa? Masalah proyek ini benar-benar sudah diluar batas. Papa sudah tak bisa membujuk lagi Pak Purnomo. Beliau terbang ke Hongkong saat ini. Papa sudah berbicara dengan direktur eksekutif, tapi hasilnya nihil. Papa sudah sejauh ini, dan apa yang telah kamu lakukan? Malah mempersulit semuanya. Kenapa kamu mengatakan kalau akan menyerahkan salah satu aset Edzard demi mendapat persetujuannya? Hah?"

Mata Pak Edwin masih melebar saat menerima semua laporan bahwa proyek yang tengah dibuatnya di ambang kegagalan. Terlebih lagi, dia imbaskan semua pada Arion. Memang, Arion selama ini ditunjuk menjadi penanggung jawab proyek bersama Pak Budi. Arion sendiri yang memang bertanggung jawab untuk mengurus kerjasama bersama Turbo Group. Sementara Pak Budi untuk Kreshna Group yang dipimpin oleh Direktur Utama bernama Pak Krisna. Tapi, semua telah gagal tanpa maksud.

"Kamu tau, ini bisa berimbas pada umur perusahaan utama Rion."

"Pa, Arion udah ikutin semua prosedur perusahaan. Ikutin semua yang Papa bilang. Arion udah keluarin setengah dari harta Arion untuk ini, Arion gak menjual aset Edzard pada siapapun. Siapa yang bilang seperti itu? Arion udah belajar tentang semuanya. Resikonya. Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa Papa kesal sama Arion? Papa sendiri yang memberikan amanah ini pada Arion dan Pak Budi. Untuk sponsor yang tiba-tiba saja hilang? Ini aneh kan Pa? Lagi pula bukan cuma Arion yang dikasih mandat ngurus proyek ini, Rion gak sendiri, ada Pak Budi juga." Arion mulai beradu mulut lagi dengan Papanya. Ia berusaha membela diri karena ucapan Pak Edwin serasa menekan semuanya adalah kesalahan Arion.

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now