6. Hotel Scene

2K 115 0
                                    

Pagi kembali, sinar mentari yang menyorot kaca jendela kamar Rion, dibuka oleh Bik Sari. Sinar yang berasal dari jendela balkon kamarnya yang menyilaukan mata, mampu membuat tidur Rion terusik.

"Apa-apaan sih Bik?" ketusnya dengan mata yang masih lemah untuk terbuka.
Ia pun tak canggung untuk memarahi seorang Bik Sari, yang tentunya jauh lebih tua darinya.

"Den, cepat rapih-rapih. Hari ini kan Den Rion mau ikut Tuan Besar ke Hotel." Ucapan Bik Sari membuat mata Rion terbuka cepat.

Arion lantas merapihkan dirinya secepat mungkin, karena ia tak ingin aset yang ia punya disita oleh Mamanya. Tidak. Ia tak bisa hidup tanpa barang-barang itu. Semuanya bahkan sudah menjadi bagian hidupnya.

Turun dari tangga rumahnya, seseorang yang berpakaian kasual. Bu Gina, Pak Edwin juga Arga, pupil mata mereka mulai melebar melihatnya. Arga terkekeh dan sedikit dia menertawakannya.

"Rion, ini meeting resmi. Baju apa yang kamu pake?"

"Ya elah Ma, ini tuh model tau, fashion Rion emang kayak gini, terus gimana lagi?"

"Tolong ambilin jas untuk Rion," ucap Bu Gina pada pelayan rumahnya.

"Baik Nyonya."

Dikenakan olehnya, jas berwarna hitam. Ia bahkan terlihat lebih elegan dari sebelumnya. Walaupun hanya t-shirt polos yang dipakainya bukan kemeja resmi yang menemani jas hitamnya.

"Kenapa harus mau sih tuh anak, penghasilan Edzard Hotel kan lagi booming-boomingnya sekarang," batin Arga. Ia mulai merasa resah karena pelantikan Arion yang tiba-tiba itu. Ia bahkan tahu progres bisnis Edzard milik Papanya selama ini. Dan hal itu membuatnya terlihat khawatir dengan keputusan yang diambil Pak Edwin. Arga sudah lebih lama berada dalam lingkup bisnis. Cabang besar Edzar pun ia kelola dengan begitu baik. Dan rasa khawatirnya mulai muncul ketika pikiran sang Papa yang menjadikan anak laki-lakinya yang brutal, suka berbuat onar dan bahkan suka sekali taruhan menjadi CEO hotel Edzard.

Edzard Hotel, bisnis perhotelan Edzard Group adalah aset yang dimiliki Pak Edwin dan menjadi satu-satunya harta kekayaan yang paling terus menghasilkan banyak rupiah. Hotel di kota Bandung, yang terbilang lebih dari 5 bintang ini terletak di wilayah strategis pertengahan kota. Di luar gedung memang terlihat biasa. Jika seseorang masuk ke dalamnya, terlihat beberapa dekorasi berbahan dasar emas juga perak yang membuat mata siapapun bisa terbelalak. Edzard Hotel, adalah Hotel terbesar kedua di Kota Bandung. Banyak sekali petinggi perusahaan elite negara atau mancanegara yang menginap bersama keluarga saat liburan ke kota Bandung atau hanya sekedar memiliki janji pertemuan yang penting.

Pintu hotel terbuka. Semua menyambut kedatangan Pak Edwin beserta Rion yang dikawal beberapa asisten Pak Edwin.

"Itu anak Pak Edwin yang dibicarain mau ngelola hotel ini?" tanya salah satu resepsionis.

"Wah ganteng ya, keren, dia punya karisma tersendiri." Gosip tentang Arion sudah merebak ke seluruh pengisi hotel.

"Baru dateng lagi ke sini gue, setelah bertahun-tahun gak pernah dateng, ternyata perkembangannya pesat juga," batin Rion.

Pertemuan dengan seluruh staf dilakukannya dengan kondusif.

"Kalau hotel gue kelola, gue bisa dapet setengah harta dari Papa, gue juga kan anaknya. Masa harus si Arga terus," batin Rion. Ia mulai punya pemikiran dengki. Tak pernah Arion kira, bahwa ia akan memikirkan hal itu saat pelantikannya. Padahal sebelumnya, ia tak peduli dengan kebesaran atau kemakmuran Edzard.

"Gimana Rion, kamu setuju?"

"Oke, Rion setuju. Rion akan mengelola ini dengan baik. Jadi, buat semuanya, mohon bimbingannya."

Ya, sedikit demi sedikit akhirnya pikiran Arion mulai terbuka. Bukan untuk mengambil hati sang Papa atau mengambil keuntungan darinya. Ia pikir, dari hal ini bisa saja membuat Arga kesal dan itu adalah hiburan juga bagi hidupnya. Melihat kedengkian Arga yang selama ini berpura-pura menjadi saudara baik baginya adalah suatu moment yang tak bisa ia lewatkan begitu saja.

Di kamarnya Arion mulai bercermin. Ia terus membenarkan kerah kemejanya dengan membuat celah senyum di bibirnya. Alisnya ia kerutkan dengan fokus menatap dirinya yang terlihat sangat pantas menjadi seorang CEO sebuah perusahaan ternama.

"Akhirnya, bukan gue yang akan luluh sama Pak Edwin. Tapi Pak Edwin yang akan luluh sama gue. Gue gak sabar liat ekspresi si Arga manusia bermuka dua itu," gumamnya menyeringai senyum.

Apa julukan bad boy yang disematkan pada Arion bakalan ilang?

Ikuti terus cerita si Rion🙏
Voment

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now