12. Taruhan

1.7K 85 3
                                    

Arion begitu asik mengendarai racing car di arena sirkuit. Beberapa tikungan ia lewati dengan handal sambil memainkan stirnya. Wajahnya yang tertutup helm memperlihatkan mata yang begitu serius ke depan jalan. Ia sering sekali melakukan hal itu ketika emosinya berada di level paling tinggi. Gas juga sirkuit yang ekstrem sudah menjadi jadwalnya ketika dilanda emosi. Menurutnya, mengendarai mobil balap bisa merendamkan emosinya walaupun sejenak. Gas adalah pelampiasannya di saat seperti itu. Anehnya, walaupun mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi di arena sirkuit, ia tak pernah mengalami lepas kontrol atau kecelakaan.

"Bisa-bisanya Mama nampar gue. Ini semua gara-gara tuh cewek baja." Arion mendengus kesal memainkan stir mobilnya.

Di ujung sana, terlihat Aldo berjalan untuk menyaksikan temannya balap, sendirian. Ia membawa minuman isotonik yang khusus untuk sobatnya tersebut. Matanya memicing ketika Arion akhirnya menghentikan mobilnya. Ia turun dengan helm yang masih melekat di kepalanya. Ia membuka helmnya, menampakkan rambutnya yang sedikit lepek karena keringat. Ia menghampiri Aldo dengan masih menggunakan racing suit yang ia kenakan. Terlihat memang baju itu sungguh panas ketika dikenakan. Ia membuka setengah resleting bajunya.

Aldo menyodorkannya sebotol minuman isotonik. Arion ambil dengan tergesa dan lantas meminumnya.

"Keliatannya suasana hati lo lagi bagus nih." Aldo terkekeh mengejek. Padahal ia tahu kondisi sebaliknya.

"Gue ditampar!"

"Hah? Sama siapa? Komplotan mana?"

"Sama Mama gue sendiri."

Aldo kemudian memuncratkan air minum yang ada di mulutnya yang belum sempat ia telan. Ia terkekeh ketika Arion menyebut 'Mama' menampar dirinya.

"Serius lo? Soal taruhan?"

"Soal taruhan bahkan lebih berbobot buat gue sebut. Ini soal cewek yang nolongin gue waktu itu." Arion menenggak lagi minumannya dengan kasar sampai air itu tak tersisa sedikit pun.

"Mama lo bawa tuh cewek ke rumah lo? Anjir, Mama lo beneran wonder woman sih haha."

Arion melirik Aldo dengan kesal.

"Iya iya sorry sorry. Oh iya, Daily kampus mau ngundang lo ke acara seminar. Lo disuruh jadi narasumbernya, entah kenapa harus lo? Gue bingung. Lo tau, semua dosen juga bingung."

Arion terdiam aneh setelah ia menghabiskan minumannya. Perkataan Aldo pun ia tak cerna dengan baik, bahkan seperti mengabaikannya.

"Hei, ada masalah lo?"

"Punya dosa apa ya gue bisa hidup di tengah keluarga yang monoton begitu. Gue bahkan pernah berharap buat jadi orang biasa yang bisa lakuin apapun sesuka gue, tanpa punya mandat, tanggung jawab, atau peraturan yang aneh."

Tepukan tangan Aldo di pundaknya membuat Arion seketika menoleh datar.

"Bro, di luar sana banyak yang pengin jadi kaya. Lo malah pengin jadi orang miskin."

"Gue gak bilang miskin bego. Gue cuma mau jadi orang biasa yang lakuin apapun sesuka gue."

"Tenang tenang. Kalau lo bingung buat habisin duit lo, gue bisa bantu soal itu bro."

Arion menyeringai jengkel. Ia menendang betis Aldo hingga Aldo meringis nyeri. Kemudian, pria arogan itu melangkah pergi dengan tenang.

Itulah Arion. Cowok tegas, keras, namun ia memiliki kebodohan yang jarang orang lain ketahui. Kalau saja temannya bernama Aldo itu lebih pintar sedikit saja darinya, mungkin Arion bisa berpikir sebelum bersikap lebih dulu. Tapi, Aldo yang sok gentle itu, menamai dirinya dengan cowok seribu kebaikan, memiliki kapasitas otak mungkin 50% di bawah Arion.Tetapi, di balik semua itu, keahlian tangannya tak bisa di pungkiri lagi. Penuhnya lukisan yang menghiasi kamarnya menjadi satu alasannya untuk tetap bisa menjadi orang yang berguna.

"Sialan. Punya teman kayak lo, gue pasti bisa masuk rumah sakit berkali-kali. Bener-bener bukan naluri manusia nih anak," gumam Aldo berjalan dengan pincang.

•••

Terlihat banyak lampu di sebuah ruangan. Banyak juga wanita cantik yang tengah bercengkrama dengan beberapa pemuda. Ada yang bermain billiard, kartu, bahkan minum segelas air yang bahkan sekali minum dapat memabukkan.

Arion tengah menyodok beberapa bola. Kali ini, ia tengah menjalani taruhan dengan lawan mainnya. Iya, lagi dan lagi. Walaupun terlihat badboy kelas atas, mulut Arion memang idak pernah sekalipun mencicipi beberapa minuman ajaib itu. Pernah mencoba, tapi dirinya lantas pingsan karena tubuhnya tak sanggup dipengaruhi minuman berat tersebut. Kejadian itu bahkan ketika dirinya baru saja lulus dari SMA. Saat itu Bu Gina mengurungnya di kamar seharian karena kejadian itu. Dan menyewa beberapa bodyguard untuk tak membuatnya berulah lagi. Banyak orang yang memaksa untuk melakukannya, namun Rion tidak pernah terjebak oleh hal bodoh karenanya lagi. Hanya saja, beberapa taruhan yang menguras beberapa uangnya tidak segan ia lakukan.

"Ayo Yon pasti lo bisa."

Beberapa menit mereka bermain, tangan lihai milik Arion menumpaskan permainan dengan kemenangan di tangannya. Arion meraih lima batang emas yang tertera di sebuah meja dan dimasukkannya ke dalam sebuah kantung berwarna hitam. Ia melemparkan emas-emas itu pada Aldo dan melangkah ke seseorang dengan senyum selebar samudra. Ia menepuk pundak orang tersebut dengan perlahan. Mendekatkan mulutnya pada telinga orang itu.

"Lo harus belajar lagi. Bongkar tabungan lo dan beli emas lagi buat gue," bisik Arion membuat orang itu tertegun menahan amarah karenanya.

Arion menanggalkan jejaknya untuk pergi. Tatapan sinis mulai muncul dari lawan mainnya. Serasa jengkel melihat orang tajir melintir itu merampas lima batang emas miliknya, orang itu lantas menarik kerah baju belakang Arion.

Buggghhh

Pukulan keras telah mendarat di wajah Arion, bahkan tanpa ia mempersiapkannya lebih dulu.

"BRENGSEK! APA-APAAN LO?" Arion berteriak kesal dengan suara khas layaknya auman harimau. Suaranya memang terkenal begitu ganas. Teriakannya sudah dikenal banyak teman taruhannya di belahan bar manapun.

"Balikin emas gua!"

"Apa lo bilang? Apa lo lagi cosplay jadi bayi dan ngerengek minta botol susunya dibalikin?" Arion terus mengusap celah bibirnya yang telah pecah karena pukulan itu. Sedikit darah terlihat di jempolnya setelah mengusap celah bibir seksinya.

"Gue tau main curang."

"Apa? Gue ARION EDZARD, semua orang tau gue. Lo salah kalau bilang gue curang. Dan bahkan sekarang lo lagi cosplay jadi banci. Gue udah bilang, lo harus belajar lagi. Mau gue ajarain caranya bermain?" Ejekan Arion membuat lawannya semakin berapi-api.

"Yon ayo pergi. Jangan tanggepin dia. Gue tau si Ken emang kayak gitu."

Peringatan Aldo tak diindahkan oleh Arion. Jiwa sensitivitasnya tak bisa dibendung lagi. Ia bahkan sudah menggertakan giginya kesal sedari tadi. Ia pun maju dan saling pukul dengan lawan mainnya, Ken. Seketika Bar menjadi tempat layaknya pertandingan MMA.

"Woy pergi lo, jangan balik lagi ke sini."

Pemilik Bar menuntaskannya dengan mengusir mereka.

"Yon, lo segala buang waktu nanggepin tuh banci."

"Bajingan kayak dia harus dikasih pelajaran. Emas ini milik gua. Brengsek kayak si Ken gak usah dijadiin lawan. Pantesnya main barbie sama ponakan gua." Arion meringis merasakan sesak di dadanya. Aldo merangkul Rion mengajaknya untuk pulang ke rumahnya.

Voment
🙏
thx

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now