EXTRA PART 2 [DARAH MASALALU]

160 8 0
                                    

Nara terus termenung di dalam kamarnya. Ia bahkan terus menerus menelpon Arion, namun tak pernah terdengar aktif nomor ponsel pria yang tengah menyembunyikan rasa sakit hatinya dari siapapun. Pikiran Nara tak bisa menganggur sebentar saja, karena Arion terus mengiang di kepalanya membuat gadis itu harus menghentikan kegiatannya detik itu juga. Nara berhenti di sebuah mansion besar. Ya, bukan untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang asisten Rion. Ternyata, sudah satu bulan Arion membiarkan Nara untuk mengelola padepokannya dan hidup dengan apa yang ia suka. Sejak saat itu pun, Nara sudah terlihat jarang mendampingi Arion.

Nara bertemu Mang Ridwan yang membuatnya langsung terduduk di sebuah sofa ruang tamu mansion Edzard. Saat itu Bu Gina dan Pak Edwin sedang mendatangi sebuah pertemuan penting di Singapura untuk beberapa jam. Rumah terlihat kosong, namun dari atas sana terlihat Arion yang menuruni anak tangganya.

"Siapa sih Mang yang nyari saya pagi-pagi begini. Gak tau apa saya ini orang sibuk." Arion terlihat meracau sambil sibuk memakai arloji ke tangannya. Rambutnya pun sudah terlihat begitu rapih dengan gelombang tampan yang siap menyibukkan mata para kaum hawa.

Nara masih melihatnya fokus dengan mata yang berkaca. Arion belum sadar ketika Nara sudah berada di rumahnya. Mata Arion beralih fokus dan langkahnya terhenti ketika melihat Nara di bawah sana yang terlihat menunggunya. Arion percepat langkahnya untuk turun. Ia berjalan begitu cepatnya hingga mengabaikan Nara yang kaget karena sikap Arion.

Mang Ridwan heran ketika Arion yang tak bisa sama sekali mengabaikan Nara, kini ia berusaha untuk meninggalkannya.

"Den Arion mau ke mana? Di sini ada neng Nara den. Dia mau ketemu sama kamu," ucap Mang Ridwan menghentikan Arion berjalan.

"Saya gak punya waktu buat buang-buang waktu. Saya mau ke kantor. Ada rapat penting yang harus saja jalani."

Arion yang kekeh, mulai keluar rumah.

"Arion ... Arion .. tunggu dulu Arion. Dengerin penjelasan gue dulu." Nara mengikuti langkah cepatnya hingga pria itu sampai ke mobil.

Nara terus mengetuk kaca mobilnya dengan keras karena Arion menutup rapat semua jendela mobilnya. Dan hingga mobil itu mulai berjalan, Nara terus mengikuti dan menempelkan tangannya pada kaca mobil Arion.

"Pak Arion, gimana ini? Apa saya harus berhenti?"

"Jalan aja. Jangan peduliin siapapun."

Mobil itu akhirnya dipercepat oleh sang supir membuat Nara akhirnya menghentikan langkah untuk mengejar Arion.

Seorang pria berjas navy tengah duduk di sebuah kursi. Di depannya terlihat meja besar dengan banyak sekali berkas. Sepatu mahal itu terlihat berada di atas meja dengan kaki yang terlipat memanjang. Pria setengah tua itu terus menghirup asap yang berasal dari sebuah vape yang ia hisap. Kepulan asap memenuhi ruangan dan mengganggu pernapasan kedua laki-laki berkemeja hitam di hadapannya.

"Jadi, kalian gak bisa naklukin Edzard?" tanyanya pada kedua pria itu.

"Iya Pak. Edzard menolak kerja sama dengan kita. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin meyakinkan Pak Edwin. Namun, kami tetap ditolak."

"Edwin?" Pria berkemeja navy itu menurunkan kakinya ke bawah. Ia berdiri dan mengitari kedua pria tersebut.

"CEO Edzard Group sudah membahasnya dengan saya. Dan, jangan berkecil hati. Masih banyak perusahaan yang mencari kita."

Kedua pria itu akhirnya bisa bernapas lega setelah bos mereka akhirnya mengerti atas penolakan kerja sama Edzard Group dengan perusahaan mereka. Kedua pria itu saling melempar senyum. Namun ...

"Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan senyuman." Pria berkemeja navy itu merangkul keras kedua leher pria berjas hitam tersebut. Layaknya mencekik, kedua pria itu terlihat kesakitan karena genggaman bosnya mampu membuat mereka sesak napas.

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now