33. Lemah

1.2K 63 7
                                    

Sudah seharian Arion tak menelpon Nara. Padahal, Nara memang izin untuk tidak bekerja karena anak-anak murid taekwondonya mengadakan turnamen. Nara tahu, Arion yang paling tak betah ketika ia tak menyiksa Nara. Namun hari itu, membuat Nara terus menatap layar ponselnya. Nara memberanikan dirinya untuk menelpon, tapi nomor ponsel itu terdengar tak aktif. Kecemasan mulai timbul dari diri Nara. Ingin pergi ke mansion Edzard, tapi Arion tak memanggilnya. Ia tak akan pergi jika bukan panggilan pekerjaan.

"Aldo mungkin tau di mana Arion sekarang." Nara membatin cemas dan segera mencari Aldo di kampus. Orang-orang mungkin banyak yang mengenal Aldo dan tahu di mana Aldo tinggal selama ini. Setelah mendapatkan banyak info tentang dan nomor telepon Aldo dari para penggemar Arion, Nara berusaha secepat mungkin menelponnya.

"Halo, Aldo. Gue Nara."

"What? Nara. Gue harus kasih tau Nara tentang Arion nih," batin Aldo.

Beberapa menit, Nara sampai di depan rumah Aldo dengan napas terengah-engah. Arion hendak keluar rumah, dan terkejut mendapati Nara tengah berdiri di depan pintu rumah Aldo.

"Lo! Ngapain di sini?" 

"Gue gak mau bolos kerja," jawab Nara menatap tajam Arion dengan napas yang belum sempurna tenang.

Mereka berbincang di dalam rumah Aldo. Semua Aldo ceritakan pada Nara walaupun Arion sempat menyangkal segala perkataan temannya itu. Iya, Arion memang tak ingin dikenal lemah oleh orang-orang. Ia terus tertunduk bungkam depan Nara sang asisten.

"Kenapa lo gak cerita sama gue?"

Pertanyaan Nara mengawali pembicaraan mereka berdua di luar rumah Aldo.

"Gue jatuh miskin. Gue gak bisa gaji lo lagi. Mulai sekarang, lo gak usah nemuin gue lagi."

"Kontrak gue belum selesai, gue masih asisten lo. Apapun gubrisan lo, gue tetap gak mau pergi. Kan lo bilang, gaji gue bakalan dipotong," ucap Nara dengan mata berkacanya. Dirinya sungguh iba melihat kondisi Arion saat ini. Arion yang biasa hidup enak, laki-laki dewasa yang sebenarnya kekanakan, laki-laki yang lugu dan manja itu mengalami masalah sebesar gunung. Terlebih lagi masalah Mamanya sendiri yang tak percaya membuat Nara semakin ikut terbawa perasaan.

Pak Herman datang ke hadapan mereka. Tentu saja hal itu mengejutkan Arion.

"Pak Herman, dari mana bapak tau saya di sini?"

"Saya dengar, Kenya terbang ke China. Sepertinya, Kenya memang melarikan diri. Orang suruhan saya sedang menyusulnya ke sana."

"Itu artinya bapak ...."

"Iya, saya percaya kamu. Musuh kita ternyata banyak Arion. Kamu harus lebih jeli lagi."

"Orang asing yang gak pernah gue kenal sekali pun, percaya sama gue. Tapi nyokap gue sendiri ...."

"Saya yakin Mama kamu percaya. Hanya saja dia masih tertekan karena foto itu. Jadi saya mohon kamu tenang dulu, gak ada ibu yang mau anaknya terkena banyak masalah."

Nara memegang lengan kekar Arion dengan penuh cemas.

"Nar?"

"Apa?"

"Gue butuh tempat buat tidur. Di manapun itu, asal bukan di rumah lo. Gue butuh buat mikir apa yang harus gue lakuin selanjutnya."

Aldo datang dan mendengar semua perkataan Arion.

"Kenapa? Lo mau pergi dari rumah gue? Gue gak keberatan mau lo selama apapun tinggal di sini."

"Nggak. Gue gak mau terus-terusan di sini. Gue butuh sendiri buat mikirin apa yang akan gue lakuin nanti."

MILLION DOLLAR MANWhere stories live. Discover now