"Tapi aku nemuin album dan surat itu setelah aku ninggalin dia, Ga."

"Terus sekarang kamu mau ninggalin aku demi dia?"

"Ga... "

"Jangan egois, Ca."

Senja menggeleng. "Aku mau pulang." Senja tarik tangannya di genggaman Ega. Memalingkan wajahnya.

"Kekanak-kanakan!" cetus Ega.

"Cuma perasaan aku aja atau iya. Kalau kamu sekarang berubah?" Senja menatap Ega tak mengerti. Pasalnya akhir-akhir ini Ega lebih banyak menghasut nya dan memperlakukannya tidak selembut biasanya. Terkesan kasar dan tatapan yang selalu Ega berikan kini berubah tajam.

"Setiap perubahan ada penyebabnya. Dan aku berubah karena di khianatin kamu!"

"Aku bukan berkhianat, Ga."

"Terus apa?!" Ega menyandarkan punggungnya kasar ke kursi menatap Senja jengkel.

"Sekarang situasi nya beda saat aku janji dulu."

Ega terkekeh. "Omong kosong!"

setelah menyucapkan itu Ega pergi begitu saja. Mengabaikan panggilan Senja berkali-kali membuat sebagian pengunjung cafe menatap ke arahnya.

Senja menunduk. Kenapa semuanya malah semakin rumit di hadapi?

***

Elang merangkul pundak Meira saat keduanya dan orang tua Elang sampai di rumah Meira. Elang bawa Meira untuk duduk di sofa bersampingan dengannya.

Meira mendaratkan kepala nya di dada bidang Elang. Tak ingin melepaskan lilitan di tangan Elang.

"Aku kangen, Lan." suara Meira terdengar manja membuat Zara dan Bimo tersenyum lalu meninggalkan keduanya.

"Iya, Mei. Aku juga."

"Lusa aku sekolah yang sama, Sama kamu. Satu kelas juga kan?"

"Satu kelas?" tanya Elang sedikit kaget.

Meira mengangguk. "mau nya dan semoga aja sekelas ya?"

Diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum.

"Mama papa kamu gak ada?"

"Kapan sih mama sama papa ada waktu sama aku? Aku selalu sendiri, Lan. Andai Oma gak ninggalin aku secepat ini. Pasti aku sekarang masih di Aussie. Punya tempat keluh kesah."

Elang tersenyum. Mengerti bagaimana Meira.

"Kamu akan nemenin aku disini kan, Lan?"

"Iya."

"Jagain aku juga kan?"

"Iya, Mei."

"Selamanya?"

Elang mengangguk. Senja akan mengertikan?

Mengerti? Harusnya. Karena Meira adalah sahabatnya. Sahabat kecil keduanya. Meira yang membuatnya lupa kepada Senja saat itu tapi satu tahun sebelum Senja kembali, Meira pergi ke Aussie. Tinggal bersama Oma nya.

"Promise?" Meira mengacungkan jari kelingkingnya.

Elang menautkan kelingking keduanya. "Promise."

Meira tersenyum senang lalu mengecup pipi Elang membuat laki-laki terkejut.

"Kaget ya?" tanya Meira sembari mengelus pipi Elang yang baru saja ia kecup.

Elang menggeleng kaku, "kamu istirahat ya Mei? Aku antar ke kamar." ujar Elang membuat Meira mengangguk.

Elang bangkit dari duduknya, masih dengan merangkul bahu Meira dan Meira melingkarkan kedua tangannya di pinggang Elang. Keduanya melangkah menaiki undakan tangga menuju kamar Meira.

Erlangga: Bad Fiance ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя