Tut ...Tut ...

Vanya tersenyum senang saat Rega takut dengan ancamannya,  lagian ia tidak mungkin menganggu Rega dengan kekasih pemuda itu, dirinya hanya mengancam saja agar Rega mau menurutinya.

.
.
.

"Makan apa?" Wajah Rega benar-benar terlihat sangat kesal, acara menontonya dengan sang pacar harus batal hanya karna ancaman bodoh Vanya.

Vanya yang tengah duduk di samping Rega menatap buku menu dengan raut wajah serius, tidak memperdulikan wajah Rega yang benar-benar sangat badmood.

"Cumi krispi satu baskom," kata Vanya sambil menatap Rega dengan raut wajah yang membuat siapa pun tidak bisa menolaknya.

Rega mengusap wajahnya gusar, kembali merasa lelah dengan kelakuan aneh Vanya ini.

"Gua denger dari Mevan katanya lo mau diet, iya?" tanya Rega yang tak memperdulikan wajah mengemaskan Vanya.

"Gak jadi diet, 'kan masih ada lo yang nantinya jadi pacar gua," ceplos Vanya yang sukses membuat Rega mengetuk-ngetuk kepala tangannya ke kepala pada meja sebanyak tiga kali.

"Ogah!" ucap Rega dengan raut wajah datarnya.

Vanya yang melihat tingkah Rega itu hanya bisa tersenyum geli, ternyata lebih asik mengerjai Rega seperti ini ketibang mengerjai Mevan yang selalu terbawa perasaan.

"Mas ganteng!" panggil Vanya yang sukses membuat Rega cengo.

Pelayan restoran yang Vanya panggil pun kini sudah berada di hadapan Vanya sambil tersenyum ramah.

"Cumi krispi, cumi saus singapura, semur cumi, cumi bumbu pedas, cumi asam manis, cumi saus tiram dan minumnya air putih satu galon yah," pesan Vanya dengan wajah santainya.

Pelayan di hadapan Vanya menatap Vanya dengan tatapan tak percaya, sedangkan Rega memilih untuk pura-pura sibuk dengan buku menu di hadapannya saja, ia malu bahkan sangat malu dengan kelakukan Vanya ini. Astaga ini di restoran bukan di warteg!

"Canda mas ganteng, minumnya satu teko aja," kata Vanya sambil terkekeh geli melihat wajah pelayan yang benar-benar blank itu.

"Mas, nya?" tanya si pelayan pada Rega.

"Nasi goreng pedas sa—"

"Lo gak suka pedes, Rega sayang!" potong Vanya dengan tatapan sinisnya pada Rega.

"Nasi goreng manis sa—" Lagi-lagi ucapan Rega terpotong oleh Vanya.

"Jangan manis tar lo kena diabetes," katanya membuat Rega menggeram kesal.

"Air kobokan satu!" pasrah Rega dengan wajah kesalnya.

"Air putih pake es batu satu, Mas," kata Vanya yang dibalas anggukan oleh si pelayan.

"Saya permisi."

Saat ini Rega benar-benar ingin mati saja, yang dilakukan Vanya kali ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya, ini restoran besar tapi Vanya malah memesan seperti di warteg, ia menyesal karna di perjalanan tadi ia tidak membuang Vanya ke rawa-rawa.

Beberapa menit berlalu, pesanan Vanya pun datang, Vanya memakan makanannya dengan lahap, sedangkan Rega hanya menatap air putih dingin di hadapannya dengan rasa sedih.

Begitu malangnya nasip seorang Rega Pratama yang harus menikmati kesedihan ini seorang diri.

Hingga tak lama Rega dibuat terkejut bukan main saat seseorang dengan tiba-tibanya menumpahan minuman pada kepala Vanya,

"Feli, sialan!"  Raut wajah Rega kini berubah marah saat tau jika kekasihnya lah yang menumpahkan minuman pada kepala Vanya.

"Jadi ini alesan lo ngebatalin acara nonton kita? Buat makan sama selingkuhan lo, ini?" Gadis bernama Feli itu berucap dengan nada penuh amarah.

Sedangkan Vanya yang menjadi korban hanya bisa diam dengan kepala menunduk. Vanya tidak lemah, dirinya bisa saja melawan dan melakukan yang lebih parah, tapi tidak sekarang. Vanya akan menunggu Rega saja, ia ingin tau apa yang akan pemuda itu lakukan.

"Bodoh tau gak!" geram Rega dengan netra yang terlihat begitu marah.

"Dasar perusak! Lo kira gua bakal diem aja saat tau pacar gua selingkuh sama cewek model lo kek gini?" Dengan lantangnya Feli berucap. Semakin dibuat geram saat Vanya tak kunjung bersuara, jangan kan membalas ucapannya, menayapnya saja tidak sama sekali.

Vanya masih diam, membiarkan orang-orangan sawah di sampingnya ini mengoceh sampai berubah dangdutan. Vanya tidak memperdulikannya, dirinya lebih peduli pada tubuhnya yang terasa lengket karna minuman itu—membuatnya merasa tidak nyaman.

"Dasar cabe-cabean! Lo itu cuman cabe busuk yang bisanya ngerebut pacar orang!"

Sudah cukup, Vanya sudah muak dengan jelmaan kuyang di smapingnya ini. Dengan menatap santai pada Feli yang terlihat begitu marah, Vanya berdiri dari tempatnya, beralih menatap pada Rega sambil tersenyum kecil.

"Rega, Anya minta izin yah buat berubah," kata Vanya yang kembali menatap Feli dengan tatapan sinis.

"Bismillah, Hai orang-orangan sawah, boneka Anabelle, jalangkung, kenalin gua Vanya Daviandra, cewek imut, cantik dan mengemaskan, dengernya orang-orangan saw—" Niat hati ingin berpidato itu harus terhenti saat dengan cepatnya Feli memberikan tamparan keras pada pipi Vanya, membuat Vanya seketika diam.

Ais, sialan! Berani sekali orang-orangan sawah itu menampar pipinya.

"Jaga ucapan lo!" Teriak Feli tepat di depan wajah Vanya.

"Lo yang harus jaga ucapan lo! Berani banget lo nampar Vanya, bocah yang gua sayang!" gertak Rega dengan suara yang sedikit meninggi.

Pemuda itu kini sudah di penuhi amarah, bahkan Rega tidak memperdulikan dirinya yang kini menjadi bahan tontonan. Dirinya sudah begitu marah oleh kelakuan gila kekasihnya itu, berani sekali dia menampar Vanya.

"Vanya sahabat gua, sialan! Dan kita putus!" Setelah mengatakan itu, Rega langsung menarik pergi Vanya dari hadapan Feli yang tengah mematung karna ucapannya.

▪︎▪︎▪︎

▪︎ 𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧 ▪︎
~ 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒 ~

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now