I

154 6 2
                                    


Haikal berjalan menembus lautan murid di hadapannya. Matanya tertuju pada satu wajah yang sudah diincarnya sejak ia memasuki gedung olah raga tempat ia dan banyak lagi pelajar di seluruh Bandung mengikuti Try Out salah satu universitas besar di Bandung. Sudah sejak lama ia ingin menyapa gadis yang sedang berkumpul dengan teman-temannya itu, namun entah kenapa ia seakan tidak memiliki kesempatan. Padahal mereka sudah agak lama saling kenal, namun mereka lebih sering hanya saling melempar senyum ketika berpapasan, atau hanya menyapa ketika gadis itu bicara pada pacarnya, Andanisa.

"Hey, Kal."

Sebuah suara menghentikan langkahnya dan ia segera menoleh. Ia bisa melihat tubuh kecil temannya sejak SMP melompat-lompat minta diperhatikan sambil menyengir lebar.

"Hey, Unyil!" Haikal menyambut teman lamanya sambil menjabat tangan. Sudah lama mereka tidak bertemu.

"Mau ke mana?" tanya Si Unyil pada Haikal.

Haikal yang takut kehilangan sosok yang dicarinya di kerumunan manusia masih menoleh-noleh dan sedikit-sedikit berjalan ke arah di mana gadis itu masih berkumpul dengan sesama temannya.

"Temen Kal di sana, Nyil. Takut keburu ilang. Sini ikut, yuk!" Haikal mengajak si Unyil sekalian sambil terus berjalan. Si Unyil mengikuti Haikal sambil terus bicara.

"Temen kamu yang itu?" tiba-tiba Si Unyil berhenti ketika mereka tinggal beberapa langkah dari tujuan Haikal.

"Iya, yang dandanannya kayak Avril Lavigne," jawab Haikal menunjuk gadis yang kini sepertinya sedang memijat tangan seorang teman sekelasnya. Gadis itu mungil, tubuh rampingnya dibalut kaos abu-abu polos dan celana kargonya digulung sebatas betis dengan sepatu bertali persis seperti gaya Avril Lavigne.

"Dia kan, mantannya temenku." Si Unyil menahan lengan Haikal dengan suara sepelan mungkin agar gadis itu tidak mendengar ucapannya. "Kita pernah kenalan sekali waktu dia dibawa ke SMA Supratman."

"Masa sih? Kapan putusnya?" tanya Haikal. Dia pernah mendengar obrolan Andah, nama panggilan pacarnya Andanisa, dan gadis itu. Katanya gadis itu sedang menunggu dijemput pacarnya yang beda sekolah.

"Lumayan lama sih, kayanya udah setengah tahun, deh!" Si Unyil bergosip. "Ikut nyapa boleh, ya?"

"Ngapain?"

"Pingin tahu aja. Temenku itu udah deketin beberapa cewek lagi, dia udah nemu pengganti juga gak?"

"Dih! Pingin tahu aja!" Haikal tertawa. "Buat apa?"

"Ya buat gosipin, lah!" Si Unyil tertawa. "Pada dasarnya, manusia itu emang seneng ikut campur urusan orang, Kal."

Haikal hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai melangkah mendekati gadis itu dengan Si Unyil di sampingnya. Ketika ia sudah berada di samping gadis itu, bahkan gadis itu tidak menyadari keberadaannya. Ia malah sedang gantian memijit tangan orang lain. Kalau boleh sih, Haikal juga mau tangannya dipijit. Try Out tadi soalnya banyak tapi waktunya sangat sedikit. Tangannya terasa masih bergetar habis membuat bulatan hitam dengan pensil 2B nya yang sekarang sudah tersisa setengahnya itu.

"Fla," panggil Haikal sambil menepuk bahu gadis itu. Gadis itu menoleh dan tersenyum memandang Haikal. "Haikal, inget kan?" Haikal menunjuk dirinya, siapa tahu gadis itu lupa kalau mereka saling kenal. Flarisia memang banyak yang suka di sekolah walau pun tidak terlalu kentara.

"Ya ampun, Kal. Iya inget, dong!" Gadis itu tertawa renyah sambil menepuk lengannya.

"Kamu masih inget sama dia?" Haikal menunjuk Si Unyil yang berdiri di sebelahnya dan seperti Fla tidak bisa mengingat siapa gadis kecil di sebelah Haikal.

"Hai, Fla. Masih inget gak? Aku Mia, temennya Reyhan." Si Unyil tersenyum menyapa dengan ramah, namun Haikal bisa melihat ada sedetik perubahan ekspresi ketika Si Unyil atau Mia ini menyebutkan nama Reyhan, namun ditutupi dengan cepat dengan senyuman ramah yang sama.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now