XIX

22 0 0
                                    

Pemuda itu berhenti tepat di hadapan Fla dan ibunya, dengan tatapan dingin dia melirik Fla. Fla yang jauh lebih pendek darinya jelas merasa merinding, mata itu sedingin es. Ibu Haikal tersenyum sambil menyentuh lengan Helqi dan memaksa pemuda itu menghadapi Fla. Fla masih terpana dengan kemiripan mereka yang sangat identik, bahkan tahi lalat kecil di pipi kiri mereka pun sama persis. Bedanya hanya mata mereka, mata Haikal membulat ramah sedangkan mata Helqi menyipit tampak judes dan galak.

"Siapa, nih?" Helqi bertanya dingin.

"Heh! Sopan sedikit, Qi. Ini Fla, tau kan?" Ibu Haikal menepuk lengan anaknya salah tingkah menghadapi sambutannya begitu dingin dan tak bersahabat.

"Hm?" Helqi menatap Fla selama dua detik, membuat gadis mungil itu semakin mengerut di tempatnya berdiri. Mata itu entah kenapa tampak begitu penuh kebencian. "Siapa?"

"Fla." Fla memberanikan diri mengulurkan tangannya pada Helqi, tapi pemuda itu hanya menatapnya sebentar dan segera memalingkan wajahnya.

"Oh, sobatnya Kakak." Helqi menyeringai tapi tidak ada keinginan untuk menyambut tangan Fla, membuat Fla dengan wajah merah menurunkan tangannya.

"Aduh, maaf ya Fla. Anak ini suka gitu kalau sama orang baru, judes. Makanya jomblo seumur hidup." Ibu Haikal tertawa canggung.

Fla ikutan tersenyum tapi matanya melirik ke arah lift di mana Wia dan Cita tadi masih terpaku. Tapi sepertinya kedua temannya kini sudah pergi tanpa Fla sadari. Dengan canggung Fla kembali duduk karena Ibu Haikal mengajak mereka duduk. Dia bingung, dengan adanya adik Haikal, jelas Ibu Haikal sudah tidak membutuhkannya di sana. Tapi dia ragu-ragu mau pamit pulang. Hati kecilnya merasa dia tidak mau ketinggalan berita kalau Andah datang.

"Mam, udah makan?" Helqi menyimpan tas ranselnya ke bangku di sebelahnya.

"Udah. Kamu?"

"Belum, tadi langsung ke sini." Helqi membuka botol minum mineralnya dan meneguknya banyak-banyak.

"Fla udah makan?" Ibu Haikal kini meliriknya. Yang ditanya langsung gelagapan, bingung antara jawab jujur atau tidak.

"Eh... ud..." KRUUUUUK! "...ah... tante."

Wajah Fla seketika memerah sementara Ibu Haikal tertawa kecil sambil mengelus punggung Fla. Fla ingin sekali menenggelamkan diri di lantai sampai ke basement. Karena terlalu sibuk memikirkan alasan untuk menjenguk Haikal, Fla sampai lupa makan sama sekali selama jam istirahat sekolah.

"Makan dulu aja ya, sama Helqi." Ibu Haikal menunjuk anaknya.

"Eh, gak usah Tante, saya mau pulang aja. Tante kan udah ada Helqi." Fla bangkit, merasa ini saat yang tepat untuk pamitan. Harapannya jelas saja ditahan oleh Ibu Haikal, tapi setengah dirinya memang ingin pulang saja.

"Gak apa-apa, Andah juga kan masih lama datang, sini temenin sama Helqi." Ibu Haikal tersenyum, ikut bangkit dari duduknya.

"Ngapain si Andah ke sini?" Tiba-tiba Helqi nyeletuk.

"Aduh, kamu makanya dengerin kalo orang ngomong, dong! Masa pacarnya dirawat gak nemenin dia?" Ibu Haikal mencubit gemas pipi anaknya.

"Pacar? Mereka udah putus, Maaam!"

"Ih! Sok tau!" Ibu Haikal tertawa.

"Tante, saya pulang aja ya." Fla memotong.

"Duh ini lagi satu ribet." Helqi menghela napas. "Makan dulu aja!"

Fla terdiam. Ibu Haikal terdiam. Mereka saling bertatapan dan Ibu Haikal mendorong pelan punggung Fla. Mau tidak mau gadis itu berjalan mendekati Helqi. Pemuda itu berjalan menuju lift tanpa melirik Fla sedikit pun. Dengan dengusan kesal Fla mengikuti Helqi dan menyusun skenario di kepalanya kapan waktu yang tepat ia bisa langsung kabur. Ia lebih memilih untuk pulang dan kelaparan di jalan dari pada harus makan dengan Raja Eskimo.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now