XXVII

24 0 0
                                    

"Ternyata dia brengsek juga."

"HUSH!"

"Kalau bukan brengsek apa namanya, dong?" Wia mendukung Cita sambil menantang Fla dengan cibirannya. "Abis bikin baper tiba-tiba ninggalin? Kaya gak pernah ada apa-apa."

"Bener juga kata si Reyhan," Cita manggut-manggut, "Orang yang suka sama kita gak mungkin bikin kita bingung. Untung juga sih, diliatinnya sekarang sebelum jadian. Kalau udah jadian... ah. Udahlah..."

Fla meringis. Mereka bertiga seperti biasa sedang rumpi jam kosong di dekat masjid sekolah. Duduk-duduk sambil membawa amunisi, keripik pedas dan minuman dingin, mereka curhat-curhatan sambil sedikit gosip.

"Ikut, yuk!" Fla mengunyah keripiknya.

"Jangan ke rumah sakit lagi ya!" Wia mengacungkan cokelat coki-coki yang sedaritadi dipegangnya dengan tatapan mengancam.

"Engga, kok. Reyhan ngajakin nonton hari ini." Fla tertawa pelan.

"Duuuuhhh... langsung ada gantinya dong!"

"Barang lama rasa baruuuu!"

"Ogah! Nanti kita jadi kambing cantik." Cita tertawa sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.

"Enggak berdua doang, ya! Dia katanya mau ada jalan-jalan emang sama temen-temennya, jadi dia ngajakin aku. Mumpung lagi enggak ada kelas bimbel." Fla terkekeh. "Aku keburu bilang iya, jadi janjian di lokasi langsung hari ini pulang sekolah."

"Jangan pergi deh kayanya, Fla." Cita mengingatkan. "Yakin hati kamu bakal terus lurus kaya sekarang kalau kamu pergi sama dia?"

Fla terdiam, ia teringat kejadian di bioskop, betapa Reyhan menggenggam tangannya tanpa ragu, mengusap kepalanya, merangkulnya, menenangkannya. Dia tidak tahu apa yang ada di pikiran pemuda itu, tapi kata-kata Cita membuatnya tertegun. Dan terdiamnya Fla jelas membuat Wia dan Cita tahu apa jawabannya. Fla memang belum pernah bisa melupakan Reyhan sepenuhnya.

"Fla... beneran deh, gak usah pergi," Wia segera mendukung Cita. Mereka pernah ada di masa-masa kelam Fla di mana gadis itu bisa tiba-tiba menangis hanya karena di kantin ia bisa mencium aroma parfum yang sama dengan Reyhan. Bahkan Cita menyediakan satu box penuh coki-coki di laci mejanya, untuk menghibur dan memberikan hormon bahagia pada Fla yang bisa tiba-tiba bergelung sedih hanya karena ia melihat sosial media Reyhan yang memposting foto cewek.

"Iiiihh! Aku gak apa-apa tau!" Fla tertawa sambil mendorong bahu Wia dengan gemas. "Aku udah gak ada rasa sama dia!"

Wia dan Cita saling tatap. Mereka sudah berusaha mencegah Fla untuk tidak melompat ke lubang buaya yang sama, tetapi lagi-lagi gadis itu lebih mendengar kata hatinya. Mereka lagi-lagi hanya bisa bersiap-siap untuk hari kelam itu mungkin akan datang lagi.

Suara ribut-ribut di seberang lapangan basket yang tepat berada di seberang masjid membuat mereka bertiga berpaling dan melupakan sejenak curhatan Fla. Entah kenapa orang-orang yang ada di selasar sekolah menatap ke satu arah, sebuah objek bergerak karena kepala-kepala itu berputar cepat. Karena jam kosong kali ini ada periode terakhir, banyak orang-orang yang sudah berkeliaran di luar kelas memakai tas atau bahkan mulai makan siang.

Fla kaget melihat pusat perhatian semua orang di selasar sekolah itu berjalan terus menuju kelasnya. Cita dan Wia juga kaget sampai-sampai mulut mereka menganga lebar. Kekagetan itu terus berlangsung dan segera menjadi kepanikan ketika mereka bisa melihat seseorang itu bicara dengan teman sekelas mereka dan menunjuk tepat ke arah mereka.

Fla menghitung langkah pemuda itu, hanya butuh tiga puluh langkah menuju masjid sekolah dengan kaki pendeknya. Ia yakin, pemuda itu butuh langkah lebih sedikit mengingat kakinya yang panjang melangkah lebar-lebar.

"Ketemu." Pemuda itu berhenti di hadapan Fla.

"Ng... ngapain di sini, Qi?" Fla tersenyum canggung memandang wajah Helqi.












Way Back to YouWhere stories live. Discover now