LIII

6 0 0
                                    

"Dijemput?" Reyhan duduk di samping Fla di loby bimbel mereka sementara orang-orang berlalu lalang untuk segera pulang. Dijemput mau pun pulang sendiri.

"Iya." Fla menoleh sekilas sambil tersenyum, sibuk dengan ponselnya.

"Mana bisa dia nyetir kalau kamu chat terus?" Reyhan menggoda.

"Ih! Sok tau!" Fla mencibir. "Ini mah temen-temen aku. Inget Cita sama Wia?"

"Awet ya temenannya? Kok, tahan sama kamu, sih?" Reyhan terkekeh.

"Yang gak tahan cuma kamu doang kali, Re." Fla membalas sambil menjulurkan lidahnya dan ikutan tertawa.

"Aduh, mati!" Reyhan memeluk dadanya dan pura-pura mati bersandar ke punggung sofa. Fla tergelak tapi Reyhan tiba-tiba merasa tidak nyaman. Ia bisa mencium wangi rambut Fla dengan jarak sedekat itu. Wanginya masih sama seperti dulu, wangi manis yang entah apa.

"Awas nanti diculik wewe gombel!" Fla bangkit dari duduknya. "Duluan, ya, Re!"

Fla melambai girang dan segera keluar pintu hampir melompat seperti kelinci. Reyhan beringsut ke dekat jendela, memerhatikan Fla yang berlari menghampiri Helqi yang sudah siap dengan helmnya. Terlihat Helqi menudungkan jaket Fla yang berhoody sebelum ia memakaikan helm di kepala gadis itu. Mengunci helm, naik ke motor, membungkuk sedikit agar dia bisa membuka pijakan untuk Fla. Fla menaiki motor dengan tangannya yang digenggam erat oleh Helqi agar gadis mungil itu bisa dengan mudah memanjat motornya. Langkah terakhir, Helqi menarik kedua tangan Fla dan melingkarkannya di perutnya. Lalu motor mereka melaju menjauhi tempat bimbel, di mana Reyhan tertegun melihat kemesraan mereka berdua sejak siang. Pikirannya melayang sekali lagi ke masa lalu.

***

"Halo Princess." Reyhan berdiri tegak menyambut Fla keluar dari pagar rumahnya.

"Halo my Prince." Fla membalas sambil tersenyum manis dan menatap Reyhan dengan takjub. "Akhirnya dikasih juga mobil yang kamu pengen?"

"Iya, dong! Kan aku ranking satu walau punya pacar." Reyhan nyengir dan meraih tangan Fla untuk digamitnya dan diantarkannya gadis itu ke depan pintu mobil penumpang.

"Segitu gak percayanya ya..." Fla mendengus sambil tertawa pelan.

"Buat kamu, aku lakukan apa pun, Tuan Puteri." Reyhan mengecup punggung tangan Fla dan membukakan pintu mobil Jimnynya.

"Buat aku apanya? Kamu kan emang udah lama banget pingin mobil ini!" Fla tertawa sambil berusaha menaiki mobil yang lumayan tinggi itu. Reyhan meraih pinggang Fla dan mengangkatnya dengan mudah.

"Ih! Gak gitu doang! Aku tuh kan gak mau, pacarku yang manis ini kepanasan, kehujanan..." Reyhan mencolek pipi Fla dengan gemas sebelum ia menutup pintu mobilnya dan berlari ke arah sisi pengemudi.

"Memang pernah aku protes kalau kamu pake motor?" Fla tertawa.

"Kan aku bilang, buat pacarku yang manis dan imut, masa aku ajak hujan-hujanan, panan-panasan." Reyhan mengedipkan matanya dan segera melajukan mobilnya dengan sebelah tangan menggenggam erat tangan Fla dan disimpan dekat pinggangnya setelah ia kecup lagi tangan itu.

***

"Kenapa harus ke sana?" Reyhan dengan panik berjalan ke lapangan parkir mobil sekolahnya sambil berusaha membawa tasnya dengan benar.

"Temenku yang ajak." Fla membalas di sebrang telepon.

"Kamu kan gak hapal jalan Dago dan sekitarnya, La!" Reyhan membanting pintu mobilnya dengan segera dan menyalakan mesin mobilnya dengan panik.

"Iya makanya coba kamu kasih tahu aku, aku harus pake angkot atau bus apa? Soalnya temenku tadi malah pulang duluan karena buru-buru."

"Engga usah! Tungggu di situ aja! Aku jemput kamu!"

"Kamu kan lagi kerja kelompok. Gak usah jemput. Tanya aja sama temen kamu, siapa tahu ada yang tahu angkutan mana yang bisa kupake untuk balik ke sekolah!" Suara Fla terdengar panik.

"Gak! Tunggu di situ! Temen kamu gila ya ninggalin kamu sendirian!" Reyhan melajukan mobilnya secepat ia bisa agar bisa menjemput Fla yang ditelantarkan temannya yang harus menjenguk teman lain mereka di rumah sakit borromeus.

Setelah mereka bertemu, sekalian Reyhan mengajak Fla berjalan-jalan di ITB, karena mereka kebetulan ada di dekat situ. Alasannya biar Fla enggak jadi anak rumahan banget yang tahunya cuma jalan ke sekolah sama rumah dan rumah nenek. Mereka duduk-duduk di bangku semen dekat koperasi di sana. Reyhan membelikan mereka air mineral dingin dan camilan-camilan untuk dinikmati sambil menatap pohon-pohon rindang di atas mereka.

"Kalau ada apa-apa tuh kamu harus bilang sama aku." Reyhan mengunyah keripiknya sambil menatap Fla. "Kalau ada apa-apa gimana?"

"Kan aku udah bilang, mau jenguk Rasyid bareng-bareng yang lain." Fla meneguk minumannya.

"Tapi ini kamu sampai ditinggal, lho!" Reyhan cemberut.

"Iya, aku kan nebeng sama Yus. Anak-anak lain udah pergi. Taunya Yus ditelpon mamanya, harus cepet pulang. Kan gak mungkin aku maksa Yus nganterin aku pulang dulu. Kayanya sih, serius makanya dia mukanya langsung panik dan minta maaf." Fla mengangkat bahunya pasrah. "Makanya aku nanyain kamu. Kalau aku nelpon orang rumah nanti mereka panik gimana?"

Reyhan mengelus kepala pacarnya dengan sayang.

"Sama aja, dong, nelpon aku juga?" Reyhan tersenyum manis menatap kedua mata belo milik Fla. Yang ditatap cemberut. "Kamu inget pernah nyasar naik angkot?" Fla mengangguk. "Kalau orang yang sayang kamu, pasti panik kalau kamu ada potensi nyasar sekali lagi. Jadi, lain kali, kalau ada apa-apa kamu tinggal telepon. Aku pasti datang."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now