XVIII

23 0 0
                                    

"WHAT?!"

Fla menggeleng-gelengkan kepala dengan tidak percaya juga sementara kedua sahabatnya terbelalak di hadapannya.

"Dia halu apa begimana?" Wia menepuk kepalanya sendiri.

"DIA yang halu, apa... aku?" Fla meremas-remas tangannya dengan gugup. Cita yang duduk di sebelahnya langsung menarik bahu Fla dan menghadap padanya.

"Kalau kamu yang halu, masa halunya sampai ke kita juga? Ke satu kelas? Ke satu sekolah?" Ujar Cita masuk akal.

"Gak tau, ah! Aku males juga berdebat, jadi aku diemin aja dia ngaku-ngaku. Nunggu Haikal bangun aja biar dia tau kenyataannya sendiri." Fla menghela napas dan mengangkat bahunya.

Fla juga membiarkan Ibu Haikal memeluk Andah dan menenangkan gadis itu dan berkata Haikal tidak apa-apa. Dia juga membiarkan dirinya ditarik oleh Bagas untuk pergi dari sana karena menurut Ibunya Haikal ada kemungkinan Haikal hari ini tidak akan sadar sepenuhnya, dan mengizinkan Andah menemaninya di sana sebelum anaknya satu lagi dan suaminya datang. Fla akhirnya diantar Bagas ke tempat bimbel karena kalau ia pulang ke rumah sama saja ia kepikiran tentang Haikal. Ia memilih untuk menyibukkan kepalanya dengan menggambar.

Sikapnya yang seperti zombie di tempat bimbel membuat Reyhan iba dan akhirnya mengantar Fla pulang selamat sampai rumah. Fla juga membiarkan dirinya membuka diri pada Reyhan penyebab dia hari ini tidak fokus dan seperti zombie. Sepanjang perjalanan dia menceritakan segalanya dan sesampainya di rumah Reyhan bahkan mengecek keadaan Fla lewat chatting dan telpon.

"Hari ini mau jenguk lagi?" Tanya Cita.

"Maunya... tapi..."

"Tapi apa?"

"Aneh gak sih kalau aku cuma temennya tapi jenguk terus?" Fla menatap Wia dan Cita bergantian.

"Ya udah, kita ikut jenguk. Kita juga temennya Haikal, kan? Nanti kalau kita pulang kamu gak usah ikut, pepet terus! Jangan mau kalah sama si Andah!" Wia menepuk tangannya dengan ide bagus.

Dan sepulang sekolah, ke sanalah mereka berangkat. Sebelum masuk ke rumah sakit, mereka menyempatkan dulu membeli buah-buahan di supermarket yang ada di dekat rumah sakit. Ketika mereka sampai ke lantai yang dimaksud, pemandangan Ibu Haikal langsung terlihat. Duduk membungkuk sambil memainkan ponsel, matanya menerawang. Ketika Ibu Haikal melihat Fla, senyum merebak.

"Hei, Fla. Enggak bareng Andah?" Sapa beliau, membuat Fla sepersekian detik berjengit kesal.

"Oh, saya sama Andah beda kelas, Tante." Fla menjawab sediplomatis mungkin.

Cita dan Wia mengucapkan duka cita mereka sambil memberikan bingkisan. Lalu mereka berdua pura-pura menanyakan keadaan Haikal, padahal mereka sudah tahu dari Fla. Tapi memang hari itu Fla baru tahu kalau Haikal akhirnya dipindah ke ruang ICU makanya belum bisa dijenguk karena belum sadar juga.

"Benturan keras di kepala kata dokter. Walau pun bangun, dia harus tetep diobservasi takut ada gejala lain." Jelas Ibu Haikal. Lalu tiba-tiba terdengar suara ponsel yang bergetar dan Ibu Haikal langsung mengangkat ponselnya dan tersenyum. "Oh, Andah belum bisa datang katanya OSIS dulu. Dia rajin begitu ya memang kalau di sekolah?"

Wia dan Cita bengong. Mereka anggota OSIS dan seumur hidup tidak pernah Andah menjadi anggotanya. Cita sudah buka mulut untuk membantah tetapi Fla langsung menyela.

"Namanya juga anak IPA, Tante. Kalau anak IPS kayak kita, sih, emang pulangnya suka lebih cepet." Senyum Fla manis. "Tante butuh apa, biar saya bantu."

Pada akhirnya Wia dan Cita juga ikutan menemani Ibu Haikal yang menunggu Andah muncul. Alasan kenapa Wia dan CIta mau ikutan menemani jelas saja untuk memergoki Andah yang pura-pura sibuk, juga karena Fla memberi kode kalau akan aneh sekali kalau dia sendirian yang menemani Ibu Haikal.

Ketika Ibu Haikal dipanggil untuk andministrasi rumah sakit, otomatis Fla, Wia dan Cita berjanji akan menunggu di ruang tunggu ICU untuk berjaga-jaga. Mereka duduk dalam diam dan berkomunikasi lewat chat, berdebat apa yang harus dilakukan selanjutnya. Mereka datang ke sini tanpa persiapan skenario yang matang. Lagian, memang kenapa kalau Andah datang dan melihat Wia dan Cita? Belum tentu juga Andah tahu kalau Wia dan Cita anggota OSIS dan dia ketahuan bohong.

Tepat pada saat itu Ibu Haikal muncul. Wia dan Cita segera bangkit dan tanpa persetujuan Fla mereka pamit pulang.

"Fla juga mau pulang?" Ibu Haikal menoleh.

"Oh, enggak Tante. Kasian kalau saya pulang, Tante nanti sendiri. Kalau perlu apa-apa nanti gimana." Fla akhirnya improvisasi.

"Aduh, makasih ya, Fla. Nanti kalau ada Andah gak apa-apa boleh pulang." Ibu Haikal tersenyum manis.

Wia dan Cita bersalaman dan pamit pulang. Mereka masih melambai-lambai di depan pintu lift. Saat pintu lift terbuka Wia dan Cita langsung membeku. Fla juga hampir pingsan melihat orang yang ada di dalam lift itu. Tidak mungkin ini hanya sebuah prank, karena kalau iya keterlaluan dan tidak memiliki tujuan jelas. Kalau bukan...

"Haikal..." Tanpa sadar Fla berbisik.

"Oh, itu anak tante udah datang. Sini, Helqi." Ibu Haikal melambai.

Pemuda duplikat Haikal melangkah keluar lift melewati Wia dan Cita yang lupa kalau mereka mau pulang. Mereka malah berbalik mengikuti langkah pemuda itu menuju Ibu Haikal dan Fla.

"Ini adik kembarnya Haikal, Helqi."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now