XXX

29 0 0
                                    

"La, sori ya. Aku agak telat dikit," suara Reyhan di telepon mencoba mengalahkan suara deru angin di sekitarnya. Fla menutup sebelah telinganya dengan jari telunjuknya sementara dia menekan kuat-kuat speaker telepon ke telinga lain. Helm membantunya untuk meredam suara jalanan. "Kamu udah di jalan?"

"Iya. Gak apa-apa. Kalau nyampe duluan mau aku pesenin tiketnya?" Fla sedikit berteriak.

"Boleh. Kamu ada talangan? Aku bertiga."

"Ada. Tempat di biasa ya?"

"Oke. Thanks ya , La."

"Sama-sama, Re."

Fla menutup teleponnya tepat ketika motor Helqi berbelok ke sebuah Mall. Pemuda itu meluncur mulus menuju tempat parkir basement. Padahal Fla berikeras tidak ingin diantar sampai dalam, tapi Helqi kembali dengan teori mannernya yang mengatakan laki-laki bertanggung jawab itu memastikan orang yang diantarnya selamat sampai tujuan. Pastikan dulu orang diantar sudah bertemu dengan orang yang memiliki janji sebelum pulang. Fla tidak tahu apakah teori leaki-laki bertanggung jawab itu hanya karangan Helqi saja atau memang ada peraturan tak tertulis,

"Kalau aku tinggal kamu gitu aja, abis itu kamu ilang gimana?"

"Naudzubillah, Helqiii!"

"Makanya..."

Jadi ketika Helqi memarkirkan motornya, Fla turun dan menaruh helmnya, pemuda itu ikut berjalan bersama ke dalam Mall. Ketidaknyamanan Fla hilang berangsur-angsur karena sikap Helqi yang biasa saja. Malah mereka sempat melihat-lihat etalase roti yang harumnya sampai ke luar dan ngemil roti cokelat satu berdua hanya karena mereka pingin nyicip tapi tidak mau kehilangan selera makan.

"Eh, lupa. Aku mau pesen tiket dulu ya ke atas." Fla menepuk tangannya.

"Nonton apa, sih?" Helqi mengecek ponselnya, mengecek jadwal film hari itu.

"Itu loh, film Pixar yang baru."

"Animasi?"

"Eh... ya, hallo? Pixar?" Fla memutar matanya.

"Kamu ke bioskop cuma untuk nonton film kartun?" Helqi mengangkat alisnya heran.

"Memangnya harusnya nonton apa?" Fla tertawa sambil melangkahkan kakinya ke eskalator naik.

"Apa, kek! Film action? Harry Potter?"

Mereka melangkah masuk ke dalam bioskop dan menuju ke deretan poster sebelum membeli tiket. Fla menarik Helqi dan menyuruhnya mengamati poster film animasi di hadapannya.

"Ini bukan kartun biasa." Fla tertawa.

"Kartun, kan?"

"Ihhh."

"Nonton di DVD ajalah."

"Kalau seru nonton di bioskoplah!"

"Tau dari mana seru atau enggak? Kan kamu belum nonton!"

"Ya kalau menyesal gimana ternyata seru?"

"Ya udah terima aja."

"Ini kan film pertamanya seru!" Fla masih ngotot.

"Tapi belum tentu sekuelnya seru. Malah kadang terkesan maksa biar disambung-sambungin sama konflik film pertama." Heqi tak kalah ngotot. "Hayo."

"Ya udah, sih. Aku gak ngajak kamu, kok!" Fla mencibir.

"Aku juga gak mau ikut." Balas Helqi tidak mau kalah.

"Ya memang aku gak ngajak, kan!"

"Hei, La." Sebuah panggilan membuat mereka menoleh. Reyhan tersenyum sambil melirik Helqi dengan sedikit heran.

"Eh, ya ampuuun Re! Kamu udah keburu dateng! Aku belum pesen tiket." Fla terbelalak, menyadari ternyata sudah lama mereka berjalan-jalan ke sana ke mari dan berargumen tentang film.

"Gak apa-apa." Reyhan tersenyum lagi.

"Oh, iya ini kenalin Helqi." Fla menunjuk Helqi sekilas berharap pemuda itu mengulurkan tangan untuk salaman, tapi ternyata Reyhan dan Helqi hanya saling melempar senyum tipis sambil mengangguk sopan. "Kamu sendirian?"

"Oh, enggak." Reyhan seperti teringat langsung menoleh ke belakangnya. "Masih inget kan sama Ilham?"

"Hey Flaris!" Ilham muncul dan mengulurkan tangan, menjabat tangan Fla disambung dengan high-five. Lalu Ilham menyapa Helqi dan berkenalan sekilas. Ilham memang selalu membuat suasana menjadi ramai karena kepribadiannya yang terbuka.

"Sama ini, kenalin," Reyhan mengulurkan tangannya ke belakang dan menggandeng seorang gadis asing untuk maju, "... Rena."

Fla tersenyum, terpaksa. Ia tidak menyangka Reyhan akan membawa seorang gadis ke acara nonton hari ini. Ternyata Cita dan Wia benar, hatinya belum terlalu lurus. Melihat Reyhan yang sudah move on secara langsung tenyata menimbulkan ketidak nyamanan di ulu hatinya.

Fla mengulurkan tangannya untuk berkenalan, tetapi ia baru sadar kalau tatapan gadis itu bukan ke arahnya, tapi ke arah Helqi. Matanya terbelalak kaget dengan jelas, namun Helqi tentu saja dengan ekspresi datar menatap Rena seakan-akan Rena hanya angin yang berembus.

"Oke, kita pesen tiket ya." Reyhan yang menyadari kecanggungan tiba-tiba itu segera menarik Rena menuju loket.

"Biar aku aja yang pesen." Helqi melangkah menyusul Reyhan.

"Eh? Kamu kan gak suka..."

"Aku ikut nonton."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now